Happy reading!!!Haechan berada di rumah gubuk Mark, dia tidak akan kembali sebelum bertemu dan berbicara bersama Mark, tapi bukankah tadi kesempatan yang bagus, tapi kenapa dirinya berlari, itu membuat dirinya merutuki jalan pikirnya tadi "sial! Kenapa aku harus berlari sialan." Kesalnya.
Mengingat kembali perkataan Nara dan menjadi sebuah fakta jika Mark telah menikah, pada secepat ini dia menemukan kekasih, atau sebelum dirinya bertemu dengan Mark dia telah memiliki kekasih, tapi selama Haechan tinggal bersama Mark dirinya tidak pernah melihat Mark menghubungi seseorang dengan panggilan sayang, seharusnya ia juga menceritakan tentang kekasihnya saat dirinya menjadi beruang.
Malam telah tiba, Haschan membuka gulungan kasur tersebut untuk ia mengistirahatkan tubuhnya "sepertinya Mark memang berniat tidak akan kembali. Oke Haechan jika kau mengetahui fakta yang sama dengan Nara, kau tidak boleh bersedih, biarkan Mark hidup bahagia." Semangatnya pada diri sendiri.
Haechan menbaringkan tubuhnya, memejamkan matanya untuk mengarungi alam tidur "selamat malam Mark." Gumamnya.
Haechan benar-benar terlelap, pukul 00:40 pintu gubuk tersebut terbuka, memperlihatkan sosok Mark yang melangkah semakin mendekat ke arah Haechan yang tengah tertidur, meneliti setiap wajah Haechan "jika benar kau kekasihku, kenapa aku tidak bisa mengingat dirimu." Gumamnya, pikirannya benar-benar tidak bisa mengingat siapa laki-laki berparas manis ini, "lalu selama ini kemana dirimu hingga dua tahun jika kau kekasihku? Apa aku melakukan suatu kesalahan dulu hingga membuatmu pergi jauh? Lalu untuk apa kau kembali lagi?" Rentetan kata terus Mark ucapkan, banyak pertanyaan yang ingin Mark tanyakan tapi orang yang ia tanyakan telah tidur, "seharusnya aku tidak datang di saat larut seperti ini." Tujuannya untuk bertanya dengan jelas asal-usul laki-laki itu, tapi dirinya terhalang oleh sosok sang anak yang tak bisa ditinggal.
Mark merasa bersalah pada laki-laki yang Nara bilang adalah kekasihnya, kenapa ia begitu tega bahkan melupakan sosok tersebut dan dirinya lebih memilih menikah. Mark menekuk lututnya, tubuh Haechan berposisi miring hingga Mark bisa melihat dengan jelas ketika dirinya menekuk lututnya "apa yang harus aku lakukan nantinya jika kau benar-benar kekasihku? Aku tidak mungkin menceraikan istriku yang telah memberikanku anak." Tangan Mark meraba wajah Haechan, dari dahi, hidung, bibir hingga dagu, "Nara benar, kau cantik dan lucu, dan aku sendiri mengakuinya saat melihat parasmu untuk pertama kali di ponsel Nara."
Mark merasa sakit pada kakinya karena lama menekuk lututnya, dia berdiri untuk mengambil kursi kecil buatan sendiri, meletakkan tepat selaras dengan depan wajah Haechan, dia terdian namun pandangannya tetap pada titik yang sama, mengagumi wajah Haechan "tapi jika bukan kekasihku kau tidak akan tau gubuk ini, bahkan keluarga kecilku saja tidak tau, apa dulu kau sangat berharga untukku?" Mark menatap seluruh ruangan tersebut, "kau bahkan membersihkan tempat ini, aku lama tidak datang karena sibuk mengurus istri dan anakku, maafkan aku, aku tidak tau dan bodoh tidak mengetahui semuanya, wajahmu terasa asing hingga walaupun aku berusaha mengingatnya tetap saja aku tidak bisa."
Mark meraih anak rambut Haechan lalu ia tarik di belakang telinganya "kau benar-benar menawan, benarkah kau sebelumnya kekasihku? Kenapa kau bisa menerimaku yang berada di bawahmu." Mark pikir dia mungkin mendapat roda keberuntungan itu kenapa laki-laki itu mau menjadi kekasihnya.
Lama mengagumi wajah tersebut hingga membuat Mark tertidur dengan kepala yang berada pada kursi yang Haechan tiduri. Secara perlahan mata Haechan terbuka, dia mendengar semua perkataan Mark karena dirinya cukup sensitif walaupun saat tidur, tangannya dengan lembut mengelus rambut Mark "bagaimana jika kau tau aku bukan kekasihmu melainkan hanya beruang yang memaksamu untuk menemani pergi ke kota?" Haechan melihat cincin yang berada di jari Mark, "cincin itu indah Mark, istrimu sangat beruntung mendapatkan dirimu, kau baik bahkan bertanggung jawab, sepertinya kembalinya aku ke sini adalah hal yang salah, tidak sepantasnya aku merasakan perasaan cinta padahal kita hanya hidup bersama dalam beberapa hari."
"Aku harus pulang sekarang, aku akan mengatakan pada keluargaku jika aku tidak bisa membawamu karena dirimu telah menikah, aku tidak mungkin merebut kebahagiaan orang lain." Haechan beranjak dari tidurnya, sedikit menundukkan kepalanya dan mengecup dahi Mark, "anggap itu salam perpisahan dariku untuk selamanya, semoga kau selalu hidup bahagia bersama keluargamu Mark, dan aku berharap kau juga mengingatku secara perlahan."
Haechan terdiam membisu setelah mengingat janjinya pada para menteri, dia menarik nafasnya yang sangat dalam untuk menenangkan pikirannya "Mark, aku tidak akan merebut kebahagiaan orang lain dan aku harus mencari pendamping segera, kau tau Mark, aku harus menunjukkan kekasihku agar hyungku bisa berkuasa, tapi tidak bisa karena kakak iparku tidak bisa memberikan keturunan, aku tidak tega melihat hyung batal menjadi seorang raja, hyung sangat menginginkan tahta itu untuk membangun negri yang ia impikan. Tapi aku tidak akan tega membiarkan hyung tidak dilantik, aku datang kemari untuk memintamu ikut bersamaku, hidup di alamku bersama kekuargaku menjadi kekasihku, tapi mungkin aku telat."
Haechan menelan ludahnya, dia tengah dilanda kegugupan karena ingin mengatakan tentang perasaannya "Mark, bagaimana aku mengatakannya ta-tapi aku mencintaimu saat melihatmu pertama kali." Haecahn bernafas lega setelah mengatakannya, dia tidak lagi menyembunyikan perasaannya, "aku mengatakan ini karena tujuanku sekarang berganti, aku harus kembali dengan segera dan mancari orang lain yang mau bersanding denganku, tidak apa-apa aku harus bersama orang yang tidak aku cintai asal aku bisa melihat hyungku menjadi raja dan kau hidup bahagia bersama keluargamu." Haechan berdiri dari duduknya, melangkah keluar dan menatap gubuk tersebut yang baginya banyak sekali kenangan.
Memejamkan matanya untuk membaca mantra hingga lubang yang semula kecil bertambah besar, berwarna biru pada pinggieannya sedangkan hitam pada tengahnya, kaki Haechan hendak melangkah masuk sebelum teriaman menggelegar menghentikannya "HAECHAN TUNGU!!" Mark yang bertariak dengan lantang, "jangan masuk dan meninggalkan aku lagi."
"Mark? Kapan kau mengingatku?" Haechan tentu saja terkejut, bagaimana bisa Mark mengingatnya padahal dia tidak mencabut sirhirnya.
"Tadi saat aku mengelus wajahmu, tapi itu hanya samar saja, aku tertidur dan mengingat semuanya. Jangan pergi lagi, aku mohon." Harap Mark, dia meraih tangan Haechan dan menariknya ke dalam pelukannya.
Haechan membalas pelukan Mark, menikmati hangatnya tubuh Mark kembali, lalu setelahnya dia emndorng pelan tubuh Mark, mengingat jika Mark telah menikah "lepas Mark."
Mark melepaskan pelukannya, menggenggam kedua tangan Haechan "jangan pergi lagi." Ujarnya dengan tatapan memohon.
"Aku tidak bisa Mark, untuk apa aku berad di sini? Keluargaku menunggu diriku, lagipula kau telah menikah bukan? Jangan pikirkan aku, sekarang yang harus kau pikirkan pertama adalah keluarga kecilmu."
"Tapi Haechan."
"Mark, aku tidak ingin merebut kebahagiaan orang lain, aku tidak suka."
Bersambung...
![](https://img.wattpad.com/cover/342738965-288-k169183.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bear Is My Soul Mate (Markhyuck)
FantasíaMark adalah seorang pemahat dengan banyak pembeli karena kemisteriusannya, tidak ada yang tau di mana dirinya tinggal, jika ingin mengikuti selalu saja kehilangan jejak. Mark telah hidup di dalam hutan selama bertahun-tahun, hanya seorang diri, men...