"Kau yakin dengan ini?"Yang ditanyai mengangguk dengan yakin "sangat, orang tuaku bertemu di dunia itu."
"Tapi Chenle kita akan pergi ke dunia itu tanpa ijin orang tua, apalagi orang tuamu sedang pergi entah kemana."
"Jisung, jika kau tidak mau menemaniku silahkan pergi kembali, aku tidak memaksamu." Mereka berdua adalah Chenle dan Jisung, tujuan Chenle untuk mengunjungi dunia manusia, dia tertarik dengan dunia itu setelah membaca buku yang berada di perpustakaan, bagaimana dunia itu yang begitu canggih dengan teknologibya, bahkan walaupun dunia beruang ingin mengikutinya, kecanggihannya tetap saja dunia beruang sangat jauh berbeda.
Mereka berdua telah remaja, di mana di usia mereka ingin mencoba hal yang baru dan Chenle ingin mengunjungi tempat di mana kedua orang tuanya bertemu, sedangkan Jisung tidak tertarik dengan itu tapi Chenle yang mengajaknya, dan dia tidak mungkin meninggalkannya sendiri.
Jisung mendesah lelah, dia dengan pasrah mengikuti Chenle "ayo buka gerbangnya."
Chenle tersenyum lebar, dia memejamkan matanya dan membaca mantra, hal yang paling dia pelajari lebih dulu adalah membuka dimensi lain, karena ketertarikannya dengan dunia manusia.
Bulatan dengan warna biru terlihat, dari kecil hingga membesar, Chenle menggenggam tangan kiri Jisung, mereka mulai melangkah masuk tapi saat berada di dalam lubang itu mereka di bawa berputar namun berusaha tautan tangan mereka untuk tidak terlepas.
"AAAAA!!" Teriakan yang nyaring bersahut-sahutan di dalam lubang itu.
"CHENLE!! KENAPA BERPUTAR SEPERTI INI?!?" Teriak Jisung, kepalanya mulai berdenyut karena putaran pada tubuhnya yang begitu cepat.
"MAAF, KEKUATANKU TIDAK SEMPURNA!!" Balas Chenle, kekuatannya belum sempurna namun dia memaksa untuk pergi ke dunia manusia, semoga saja mereka mendarat pada tempat yang sepi.
Sedangkan di sisi lain, Haechan yang tengah memejamkan matanya langsung terbuka, melihat putra dan keponakannya yang sedang berputar pada lubang dimensi.
Dia dengan cepat berdiri, jika bertanya dia sedang berada di mana, maka jawabannya adalah Haechan dan Mark berada di dunia manusia, ingin berbulan madu kata Mark.
"Haechan, kenapa terburu-buru?" Mark yang melihat istrinya itu tengah berjalan tergesa-gesa. Di tangan Mark memegang sebuah cangkir yang berisi kopi yang ia buat sebelumnya.
"Putramu berada di lubang dimensi, aku telah mengubah pendaratan mereka pada rumah hutan kita dulu." Jawab Haechan, jika saja ini tidak diketahui oleh Haechan maka putranya akan menjadi tontonan gratis bahkan menjadi topik utama dalam berita 'dua orang yang terjatuh dari langit secara misterius', "bahkan putramu menggunakan pakaian kerajaan bukan pakaian manusia." Lanjutnya.
Mulut Mark membulat terkejut, dia meletakkan cangkir kopinya lalu meraih kunci mobil yang tergeletak di atas meja "ayo segera pergi sebelum Chenle tiba."
Mereka keluar dari rumah yang sederhana, masuk ke dalam mobil dan Mark yang mengemudi "kau akan terkejut nanti jika bukan hanya Chenle, melainkan keponakanmu juga ikut." Papar Haechan.
"Astaga putraku." Keluhnya.
Kembali pada Chenle dan Jisung yang masih saja berputar, terhitung dua puluh menit mereka seperti itu hingga beberapa kali terdengar suara muntahan dari Jisung.
"AAAAA!!"
Brugh!
Mereka terlempar hingga berposisi sujud dengan kepala yang menunduk, Chenle meringis saat lututnya terantuk batu "pendaratannya tidak mulus."
Jisung mendengus, dia memegang kepalanya yang masih saja berputar "aku menyesal ikut denganmu Chenle."
"Maaf." Sesalnya.
Mereka berdua memiringkan kepala saat melihat dia pasang kaki yang berada di depannya, secara perlahan Jisung dan Chenle mendongak untuk melihat siapa yang berada di depannya itu.
Mark berdiri dengan berkacak pinggang, menatap dua tersangka yang saat ini masih tersungkur "berdiri dan ikut aku."
Chenle dan Jisung berdiri lalu mengikuti Mark, mereka di bawa keluar dari hutan dan meminta mereka untuk masuk ke dalam mobil berwarna merah terang "ibu... " Lirih Chenle.
Ternyata Haechan menunggu di dalam mobil di samping kemudi "anak nakal!" Serunya.
Jisung dan Chenle menunduk, Jisung menyikut bahu Chenle karena dia merasa jika ini semua adalah salah Chenle, dia yang mengajak dirinya untuk pergi ke dunia manusia "ibu, Chenle yang salah di sini bukan Jisung, aku yang memaksa dia untuk ikut."
"Ibu paham, jelaskan di rumah saja nanti."
Mark melajukan kendaraan ke rumah yang di beli secara langsung oleh mereka berdua, niat mereka memang untuk bulan madu, jika yang lain berbulan madu di negara lain maka mereka berbulan madu di dunia manusia.
"Ibu banyak anak yang seumuran diriku keluar dengan baju yang selaras, apa manusia bekerja sangat keras hingga manusia dengan umur masih muda sudah bekerja seperti itu?" Taunya Chenle saat mobilnya melewati sebuah bangunan megah, yang dilihat oleh Chenle adalah anak yang telah pulang sekolah.
"Tidak Chenle, mereka tidak bekerja, memang ada beberapa remaja seumuran dirimu telah bekerja tapi untuk yang kau lihat tadi, mereka adalah murid di sebuah sekolah, sama seperti dirimu yang belajar dengan kakek dan paman, mereka juga belajar dengan guru mereka." Jelas Mark.
"Apa manusia juga mempelajari kekuatan dan pertahanan kerajaan?"
Mark menggeleng "manusia tidak memiliki kekuatan seperti kita, mereka belajar banyak pengetahuan umum, seperti menghitung dan ilmu alam."
"Apa Chenle bisa seperti mereka?" Chenle tertarik dengan itu semua, bukankah terlihat keren saat dirinya menggunakan pakaian yang bagus.
"Ayah tidak masalah jika Chenle ingin bersekolah di dunia manusia tapi Chenle harus mendapatkan ijin dari kakek dan nenek." Mark tentu tidak keberatan, dia akan membiarkan putranya untuk menimba ilmu sebanyak-banyaknya dan bisa di bawa ke dunia beruang, maka intansi sekolahan bisa tersampaikan.
Jagan tanya Mark dia sebelumnya sekolah atau tidak, dengan kehidupan yang serba kekurangan dan hidup di dalam hutan, tidak ada harapan untuknya bersekolah, dia bisa membaca dan berhitung saja sudah bersyukur.
"Chenle akan mendapatkan ijin nanti, dan saat Chenle memutuskan kembali itu artinya Chenle telah siap untuk mengambil alih kekuasaan."
Mark melirik ke arah Haechan yang masih saja terdiam "Haechan apa kau keberatan Chenle untuk bersekolah di sini?"
Haechan menggeleng "tidak, aku senang jika Chenle ingin mempelajari ilmu lain, tapi aku juga tidak mungkin meninggalkan putraku di dunia manusia sendirian."
"Maka kita akan tinggal di sini." Balas Mark, "menunggu sampai Chenle keluar dari sekolah lalu kita kembali ke dunia beruang."
"Aku tidak masalah juga tentang hal itu, tinggal di dunia manusia. Ada ketakutan terbesar di pikiranku Mark, jika kita sering keluar masuk dunia manusia tidak menutup kemungkinan banyak rakyat yang ingin pergi juga ke dunia ini, bagi mereka tidak ada yang perlu di takuti lagi, baiklah jika mereka bisa menjaga rahasia, bagaimana nantinya jika mereka menyebarkan tentang dunia beruang?"
"Maka terdapat sanksi yang mereka dapatkan, mereka yang memaksa keluar dari dunia beruang tanpa ijin dari Kerajaan maka mereka akan terbakar saat itu juga, mereka yang ingin menyebarkan tentang dunia beruang maka lidah mereka akan terpotong saat itu juga, peraturan ini berlaku untuk seluruh rakyat beruang." Tutur Mark.
Haechan membulatkan matanya terkejut dengan apa yang Mark katakan "Ma-mark? Tidakkah ini keterlaluan?"
Mark menggeleng "semua untuk kedamaian dunia beruang."
Haechan menghela nafasnya, Mark adalah si pahit lidah, dan semua ultimatumnya akan benar-benar terjadi, dia membuat peraturan seperti itu maka ia yakin jika gerbang dimensi telah berkobar api yang panas.
"Jadi Chenle boleh sekolah?"
"Chenle dan Jisung akan sekolah di dunia manusia, untuk ijin dari Jeno dan Jaemin itu akan menjadi urusan paman Jisung." Ujar Mark.
"Yeaahh!!" Pekik Chenle.
Sudah ya?
Gak nyangka yang baca secepat itu
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bear Is My Soul Mate (Markhyuck)
FantasíaMark adalah seorang pemahat dengan banyak pembeli karena kemisteriusannya, tidak ada yang tau di mana dirinya tinggal, jika ingin mengikuti selalu saja kehilangan jejak. Mark telah hidup di dalam hutan selama bertahun-tahun, hanya seorang diri, men...