7

1.9K 212 4
                                    


Happy reading!!!

Ada yang berdecak kagum, ada yang biasa saja dan ada juga yang bingung, itu perasaan yang tergambarkan pada masyarakat beruang itu, mereka berbondong-bondong saat Johnny meminta mereka datang semua di lapangan untuk melihat benda yang Haechan ciptakan dengan sihirnya, walaupun bukan ciptaan hasilnya tapi banyak orang yang memuji kecerdikan pangeran kedua itu.

Suara riuh menambah kesan bahagia mereka saat Johnny bertanya apakah mereka mau menggunakannya atau tidak, mereka semua serempak mengatakan iya dengan antusias.

Keantusiasan mereka membuat Haechan yang sejak tadi hanya menonton tersenyum senang, sangat sederhana membuat masyarakatnya senang, sebuah benda yang mungkin kata mereka baru hingga membuat mereka ingin mencobanya.

Johnny mengangguk berwibawa "aku akan meminta persetujuan untuk para menteriku, aku akan mengumumkan apakah benda itu bisa digunakan dilingkungan kita atau tidak, jika iya pertanyaannya adalah kapan benda itu bisa digunakan."

"Ayah maaf." Haechan memotong ucapan Johnny dengan kepala yang menunduk, menunjukkan rasa hormat dan tidak nyaman memotong ucapan Johnny.

"Ada apa Haechan?" Tangannya mengelus rambut Haechan yang lembut, dia bangga dengan apa yang diinginkan sang anak untuk negeri mereka.

"Benda itu yang ayah terus sebutkan adalah motor." Jelas Haechan dengan pelan, dia cukup terganggu ayahnya mengatakan benda itu dan benda itu, padahal dia telah memberitahukan nama benda yang telah digunakan oleh hyungnya itu.

Johnny mengangguk "oh, ayah lupa nak." Johnny kembali menatap kepada masyarakatnya, "sekarang kalian kembalilah, kalian tunggu saja berita yang nanti aku umumkan."

Haechan menggerakkan kepalanya menatap sekitar, dia kehilangan hyungnya "ayah, apakah ayah melihat hyung?"

Johnny mengangguk "dia tengah marah karena ayah memaksa dia melepaskan motor itu, dia ingin memasukkan motor itu ke dalam istana." Jelas Johnny, "mana mungkin ayah mengijinkannya, ditambah suaranya yang besar pasti mengganggu di dalam istana."

Mereka berdua melangkah bersama diikuti para pengawal di belakangnya, Johnny menyilangkan kedua tangannya di belakang dan melangkah menyamakannya dengan Haechan "bisakah kau menciptakan sihirmu tentang sepeda yang lain? Ayah tidak bisa membayangkan jika semuanya menggunakan motor besar itu pasti suaranya akan bising."

Haechan mengangguk "sepeda itu hanya untuk Hyung saja, sedangkan mereka tidak, di dunia manusia terdapat sepeda tanpa pedal seperti itu ayah, kata Mark sepeda itu bernama matic, semoga aku bisa membayangkannya."

"Untuk ayah?" Johnny hanya bercanda tentu saja, tapi melihat anggukan sang anak dia tau jika sang anak telah memikirkan segalanya.

"Aku tentu tidak melupakan ayah, benda itu akan aku bayangkan nantinya."

"Apa ini berbeda?"

"Berbeda dari motor? Tentu ayah."

Mereka duduk di taman istana, para pelayan dengan sigap menuangkan teh pada cangkir kecil dan setelah selesai mereka melangkah mundur untuk berdiri di belakang mereka berdua "ayah penasaran dengan Mark yang kau sebut terus-terusan itu, bukan ayah seolah tau tentang perasaanmu, tapi kau terlihat menyukainya, saat kau menyebut nama Mark wajahmu seketika cerah sekali."

"Apa sangat terlihat ayah?" Cicit Haechan, dia menunduk untuk menyembunyikan kegugupannya.

"Ayah telah melewati fase di mana umur ayah saat seperti dirimu, tentu ayah tau gelagat apa yang diperlihatkan." Tangan Johnny terulur untuk mengelus bahu Haechan, "jika kau menyukainya kenapa tidak mengajaknya ke negeri kita Haechan?"

"Ayah, Haechan telah menawarkannya tapi dia lebih memilih tinggal di dunianya karena tidak bisa meninggalkan tempatnya, dia manusia tentu tempatnya di dunia manusia."

Johnny mengangguk membenarkan "seharusnya seperti itu, tapi pikiran terkadang berubah seiring waktu nak, jika kau mau menarik Mark ke negeri kita, aku akan meminta para prajurit untuk menculiknya."

Haechan menggeleng dan menatap Johnny dengan tatapan sendunya "ayah lupa jika seorang manusia yang belum bisa meninggalkan dunianya maka dia tidak diterima di dimensi kita, secara spontan tubuh Mark terpelanting."

"Ah iya, bagaimana bisa aku melupakannya." Bagaimana bisa dia melupakan padahal keluarga terdahulunyalah yang membuatnya, "lalu kau akan membiarkan perasaanmu menghilang?"

Haechan menganggguk pasti "tadi ayah mengatakan pikiran akan berubah sering berjalannya waktu maka bukanlah perasaan juga seperti itu?" Tangannya terulur meraih gelas kecil tersebut dan meneguk isinya secara perlahan, "biarkan semua berjalan seiring waktu ayah, bagaimana akhirnya aku akan menerimanya." Pasrah Haechan.

"Dia cinta pertamamu bukan?" Goda Johnny, seingatnya putranya itu tidak pernah menyukai seseorang dan baru pertama kali ini.

Haechan tersenyum dan mengangguk malu "dia sederhana sekali dan sangat baik padaku ayah." Gumamnya.

"Bersyukur kau bertemu dengan orang yang baik."
.
.
.
Bagaimana dengan keadaan Mark saat ini? Dia menjalani kehidupan seperti biasanya, sangat monoton dan dia juga melupakan siapa Haechan.

Yang ia pikir saat ini adalah waktunya untuk pergi ke kota, seperti biasa Mark membawa pahatannya dan mengelar karpet miliknya.

Tak menunggu waktu yang lama, Mark langsung dikerumuni oleh para pembeli setianya, semuanya biasa saja hingga pahatannya telah habis.

"Ini bukan waktumu untuk berjualan Tuan Mark."

Mark menoleh mendapati perempuan yang memiliki rambut di gerai panjang "seingatku ini waktunya aku berdagang."

"Tapi tidak hari lalu kau telah melakukannya, bahkan kau membawa laki-laki cantik yang kau sebut kekasihmu."

Alis Mark tersentak, dia terasa tidak pernah dekat dengan siapapun dan perempuan di sampingnya itu berkata jika dirinya pernah membawa laki-laki manis sebagai kekasihnya.

Mark menggaruk kepalanya yang tak gatal karena merasa bingung "sepertinya kau salah."

"Tidak Mark, lihat ini." Perempuan itu menunjukkan foto Mark dengan seorang laki-laki yang asing, dan Mark membenarkan jika laki-laki itu manis.

"Kau mengeditnya?"

"Untuk apa aku melakukannya, aku benar-benar memotret kalian, aku datang cepat siapa tau kau membawa laki-laki itu, dia sangat cantik hingga aku ingin terus menatapnya, tapi ternyata kau tidak membawanya dan kau bahkan melupakannya." Papar perempuan itu.

Mark semakin tidak mengerti "jujur aku tidak mengerti dengan apa yang kau katakan, kau membual?"

"Astaga tadi kau menuduhku mengedit foto sekarang kau mengatakan aku membual, tidak ada gunanya aku katakan, ingin kau tanyakan pada siapapun mereka pasti akan menjawab hal yang sama."

"Hm.. Mungkin saja." Mark berdiri dari duduknya lalu melipat alas yang sebelumnya ia duduki, "aku akan pulang."

"Jika kau kembali, bawa laki-laki manis itu Mark."

"Manis atau cantik? Kau mengatakan dia cantik tadi dan sekarang manis, yang benar mana!" Seru Mark, perempuan itu tidak teguh pendirian.

"Katamu dia cantik atau manis?"

"Keduanya."

Perempuan itu terkekeh geli "nah jika kau tau kenapa kau bingung mengatakan jika dia laki-laki cantik dan manis, tapi kau harus membawanya ya Mark, aku ingin melihatnya lagi." Bujuknya.

"Aku tidak berjanji!!" Teriak Mark karena ia telah melangkah menjauhi perempuan itu, namun langskhnya terkehenti setelah mengingat satu hal, dia kembali mendekati perempuan itu dan mengeluarkan ponselnya, "berikan padaku foto itu."

"Kau kekasihnya tapi tidak memiliki fotonya, aneh." Cibir perempuan itu.

Bersambung...

The Bear Is My Soul Mate (Markhyuck) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang