17

1.7K 186 1
                                    


Happy reading!!!

"Kau sudah tau jika kami orang tuamu tanpa melihat hasilnya dulu?? " Tanya Taeyong.

"Haechan yang mengatakannya dan aku meminta bukti padanya, dia memberikanku gambaran saat aku bayi."

"Aku pikir Haechan tidak akan setuju jika kau benar anak kami melihat bagaimana dia yang ingin mengibarkan bendera perang." Ujar Jaehyun.

"Haechan hanya khawatir tentang perjodohan itu sebelebihnya dia tidak peduli, bahkan dia turut senang jika kalian adalah orang tuaku." Balas Mark, "tapi bisakah kalian mengabulkan permintaanku?"

"Apa Minhyung? Kami sebisa mungkin akan mengabulkannya." Ujar Jaehyun yang diangguki oleh Taeyong.

"Tolong panggil aku Mark, bukan aku tidak suka dengan panggilan Minhyung, hanya saja sejak kecil aku terbiasa dengan nama itu."

Kepala Taeyong menunduk, sedikit sedih saat nama itu tidak akan lagi terpanggil, nama Minhyung adalah nama yang Taeyong dan Jaehyun siapkan untuk putra pertama mereka.

"Ba—"

"Hah... Tidak jadi." Potong Mark, "panggil aku Minhyung, dan hanya kalian yang memanggilnya, anggap saja itu pangggilan khusus untukku." Lanjutnya.

Taeyong tersenyum lebar "kau begitu bijaksana."
.
.
.
Saat ini Mark tengah bersiap, hasil dari tes memang menyatakan jika Mark adalah anak dari Jaehyun dan Taeyong, jadi mereka berdua meminta Mark untuk pulang dan tinggal di kerajaan.

Mark menyanggupi tapi sebelum dia meninggalkan tempat itu, dia terlebih dahulu menghabiskan waktu bersama Haechan.

"Janji kau akan cepat datang dan melamarku?"

"Tentu Haechan, jika kita berada di dunia manusia mungkin kita akan bisa terus memberikan kabar dengan adanya ponsel."

"Ponsel? Benda persegi yang mengeluarkan cahaya? Bahkan dia juga seperti cermin."

Mark mengangguk "iya, manusia menggunakan itu untuk saling memberi kabar."

"Kenapa kau tidak merancangnya?"

"Sulit Haechan, ini hutan tidak ada signal."

"Kita telepati saja." Usul Haechan.

"Aku tidak mengerti caranya."

Bahu Haechan meluruh lesu "lalu bagaimana kita saling mengabari tentang diri kita? Kita tidak bisa saling bertemu dengan waktu yang singkat, jarak kerajaan cukup jauh."

"Kita hanya bisa melakukan satu cara, tanpa komunikasi tapi berjanji untuk saling setia, kau berjanjilah untuk tidak melirik pria lain terutama Ken."

"Ken lagi, dia kekasih Nara." Kesal Haechan, dia kasihan terhadap Ken yang selalu dituduh mendekati dirinya oleh Mark.

"Entah Ken atau siapapun aku tidak peduli yang penting kau tidak melirik pria lain."

"Kau juga jangan melakukannya, aku akan setia menunggumu di sini hingga kau datang untuk menikahiku."

Mark menarik tubuh Haechan agar mendekat, dia mengusap pinggang Haechan dengan lembut "aku ingin bibirmu sebelum aku berada jauh darimu."

Haechan menangkup wajah Mark, mengecup bibir Mark dan melumatnya, Mark diam menikmatinya lalu setelahnya dia yang memimpin ciuman, menggigit bibir bawah Haechan hingga menimbulkan ringisan.

Mark memasukkan lidahnya ke dalam mulut Haechan, membelit lidah Haechan dan menggelitik langit-langit mulut Haechan.

"Ccpk mhhpp nghh." Haechan melenguh karena geli, ingin mendorong tubuh Mark namun kedua tangannya di tahan ke belakang punggung.

The Bear Is My Soul Mate (Markhyuck) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang