[5] : Stray packets.

412 87 32
                                    


Raditnya terpaksa bangun dari tidur nya karena bunyi pintu yang terus-terusan di ketuk mengusik mimpinya. Dengan keadaan setengah sadar dan rambut yang masih berantakan, ia berjalan tertatih menuju pintu depan.

"Permisi, paket."

Suara itu terus terdengar ketika ia melangkahkan kakinya. Begitu pintu terbuka, seorang kurir dengan paket misterius di tangan sudah di depan mata.

"Permisi kak, ada paket." Langsung saja kurir tersebut menyerahkan kardus sedang berlapis bubble wrap yang isinya saja Radit tidak tau.

Radit mengangguk sambil menerima paket tersebut. Mata nya masih terasa berat sebab ia terjaga semalaman hanya untuk bermain rank bersama yang lain. Entah pukul berapa sekarang, yang jelas matahari sudah menyinari bumi.

Kurir tersebut pamit setelah menyelesaikan pekerjaannya, tak lupa dengan ucapan terima kasih sebagai penutup.

Radit kembali menutup pintu dengan rapat. Paket tadi ia bawa ke kamar untuk disimpan terlebih dahulu sembari Ibu pulang dan mengambilnya.

Niat awal ingin melanjutkan tidur, tapi walaupun masih mengantuk mata nya tak dapat terpejam. Pukul tiga sore lewat lima menit ketika ia melihat jam dari ponselnya.

Hari minggu sebentar lagi akan berakhir, tapi ia lagi-lagi masih setia bersantai di atas kasur.

Berbagai cara sudah Radit lakukan agar dirinya kembali terlelap, tapi tetap saja matanya tak ingin terpejam lagi. Bosan dengan ponsel, rasa kekanakan nya tiba-tiba saja muncul. Ia bergegas bangun dan mandi dengan cepat. Bahkan minum air putih saja tidak.

Setelah selesai, tak lupa Radit mengabari sang Ibu kemana ia akan pergi, serta memberi tau letak keberadaan kunci. Jaga-jaga kalau Ibu pulang duluan dari dirinya.

Tak sampai sepuluh menit ia berjalan kaki, kini Radit sudah sampai disebuah lapangan besar yang tak jauh dari komplek rumahnya. Radit malas mengeluarkan motor, makanya ia lebih memilih jalan kaki. Lagi pula cuaca saat itu sedang bagus, tak terlalu panas dan tak juga mendung.

Di lapangan itulah biasanya para bocil berkumpul saat sore. Ada yang bermain masakan, bola, atau layangan. Kadang juga di lapangan besar itulah di adakan acara atau semacam festival rutin.

"Bang Radit!" Salah satu anak laki-laki berusia sekitar enam tahunan berlari menghampirinya. Suara dari anak tersebut mengundang perhatian anak lainnya, sehingga banyak dari mereka yang berlari menghampiri Radit-si kepala pecong para bocil.

Mereka bersorak riang saat Radit muncul disana. Ada yang memeluk, bahkan ada yang meminta jajanan.

"Gimana gimana, ada layangan nganggur gak?"

"Ada bang!"

Raditya Pradipta, pemuda umur 22 tahun yang masih bermain layangan dengan anak kecil.

---

Renjani dari tadi terus memperhatikan ponselnya. Skincare yang ia pesan lewat online sudah tertulis telah di terima, tapi dirinya sama sekali tak merasa menerima paket tersebut. Apa lagi ia sudah seharian di rumah.

Bolak-balik mengintip lewat jendela, namun tak ada tanda-tanda bahwa tukang kurir akan kerumah nya. Renjani hanya takut paket nya kesasar. Tapi memang paket nya sudah bersemayam di rumah orang lain.

Beberapa menit berlalu, Renjani sudah tak sabaran lagi. Ia mengecek di teras rumahnya terlebih dahulu, siapa tau paket nya di selipkan oleh kurir. Tapi ternyata nihil.

Dilihat Ibu lagi menyapu halaman, membuat Renjani menghampiri nya dengan segera.

"Ibu." Sapa nya dengan ramah.

Hello, Neighbor | Junkyu LiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang