[6]: New Friend.

566 87 5
                                    


Sungguh Senin yang sangat menyebalkan. Akibat tak membaca grup, Renjani berakhir harus menunggu satu jam lagi hingga kelas pun di mulai.

Karena jarak rumah dan kampus yang cukup jauh, ia memilih untuk menunggu sambil mengisi perut nya yang dari tadi keroncongan. Tak banyak yang ia makan, hanya sepiring mie instan dan segelas susu Milo yang dingin.

Rasanya sangat canggung karena itu baru pertama kali ia berada di sana. Hanya di temani dengan ponsel, ia duduk mantap menyelesaikan makannya.

Sedang asyik menyeruput Milo yang sisa setengah, ia di kagetkan dengan kemunculan seseorang di samping nya.

"Hai."

Renjani membulatkan mata nya. Segera melepas sedotan yang dari tadi masih menempel di bibir pink nya, "Oh, hai."

Pemuda itu menyodorkan tangan tanpa basa-basi, "Nama gue Angga, semester tiga jurusan teknik mesin."

"Renjani, semester satu jurusan hubungan internasional."

"Lagi nunggu kelas ya?" Angga melepaskan tangan dari jabatan mereka. Dengan wajah yang sumringah, ia bertanya kepada Renjani.

"Iya." Jawab Renjani singkat.

"Sorry kalo lancang," Angga terlihat merogoh sesuatu dari dalam kantong jaket yang tengah ia kenakan. Ternyata ia mengambil ponsel miliknya, "Tapi gue boleh minta nomor WhatsApp lo gak?"

"Buat?"

"Pengen temenan aja, boleh?"

Renjani tak nyaman. Ia bukan tipe orang yang langsung memberikan nomor kepada orang asing. "Kalo Instagram aja, mau?" Ia memberikan opsi lain.

Angga seperti nya peka, "Boleh boleh." Jawabnya memberikan ponsel yang sudah menyala.

Sembari Renjani mengetik username Instagram miliknya, Angga memperhatikan dengan lekat wajah gadis di sampingnya itu. Terlihat sangat kecil dan juga cantik. Harum parfum dari Renjani membuat Angga betah jika terus berada di dekatnya.

"Udah." Renjani mengembalikan ponsel kepada Angga. Terlihat akun gadis itu dengan seribu lebih orang yang mengikuti dan tidak ada satu pun foto yang di postingnya.

"Makasih." Balas Angga melempar senyuman termanisnya. "Kalo gitu gue duluan ya. Sampe ketemu lagi, Renjani."

Renjani hanya mengangguk, ikut membalas senyuman Angga. Perlahan pemuda itu menghilang dari pandangan Renjani. Ia sudah bisa bernafas lega sekarang.

---

Ruangan yang berdominan warna putih itu seketika menjadi sangat heboh saat dosen sudah pergi dari sana. Akibat tugas yang harus dikerjakan secara berkelompok, para manusia dikelas mulai gencar mencari pasangan yang sekira nya bisa di ajak mengerjakan tugas. Renjani hanya pasrah, terdiam duduk di bangku. Ia tak pernah memikirkan harus mendapatkan tugas kelompok secepat ini. Apa lagi dirinya sama sekali belum dapat teman.

Renjani hanya memainkan ponsel nya di antara kerumunan yang masih heboh. Sesekali matanya mengawasi sekitar tanpa ekspresi apapun. Gadis itu hanya malu dan takut untuk memulai percakapan duluan. Dalam hatinya sedikit timbul kekhawatiran. Bagaimana jika ia sama sekali tak mendapat kelompok?

Beberapa orang sudah meninggalkan ruang kelas, sisa nya masih bertahan di dalam sana termasuk Renjani. Ia menghela nafas pasrah jika harus mengerjakan tugas tersebut secara individu.

Seseorang dari belakang menepuk bahu Renjani pelan ketika gadis itu sedang membereskan buku-bukunya. Saat Renjani menoleh, Alika sudah berada tepat di sampingnya. "Hai."

Alika, gadis berambut panjang coklat yang cukup populer di kelasnya. Alika tersenyum kepada Renjani yang masih kebingungan, "Lo belum dapet kelompok, kan?"

Renjani mengangguk, "Iya nih, kebetulan belum."

"Satu kelompok bareng gue mau gak?"

Tawaran yang tak akan Renjani tolak mentah-mentah. Tentu saja ia mau.

Alika pun tersenyum mengetahui bahwa Renjani mau sekelompok dengannya. "Oke, nanti gue chat aja yaa buat pembagian tugas nya. Dadah Renjani."

"Hati-hati, Alika."

Alika

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alika.

---

Sudah hampir 30 menit lamanya Renjani berada di dalam supermarket yang tak jauh dari rumah. Kebutuhan makanan sudah mulai menipis dan sayang ia tak menyadari nya.

Karena perkuliahan yang mulai padat, Renjani selalu lupa untuk mengecek bahan makanan yang berada di kulkas nya. Hingga pada pukul delapan malam lewat lima belas menit, Renjani baru kewalahan.

Perut yang dari tadi keroncongan terus di pegangnya sembari melihat apa saja produk yang bisa ia beli. Keranjang yang dalam genggaman nya pun sudah mulai terasa berat, tapi ia masih sibuk berkeliling mencari sesuatu.

Alis mengkerut, mata menyipit, sibuk mencari sesuatu di sela rak yang tersusun.

"Cari apa kak?" Salah satu petugas yang berjaga menghampiri Renjani.

"Strawberry ada kak?" Buah kecil dan berwarna merah itulah yang dari tadi di cari olehnya.

Dengan senyuman manis mirip strawberry petugas itu menjawab, "Maaf kak, lagi kosong."

Lemas sudah lutut Renjani. Buah yang selama ini ia idam-idamkan telah lenyap dari sana. Satu keranjang makanan pun rasanya tak cukup untuk menggantikan sebiji buah strawberry.

"Loh, Renjani?"

Petugas tadi pamit undur diri karena hadirnya Radit disana. "Lo belanja juga?" Tanya Radit basa basi mampus.

Renjani mengangguk, wajahnya menekuk cemberut. "Galau gue Dit." Sambil memegangi keranjang dengan dua tangan, Renjani berjalan ke arah kasir. "Gue pengen strawberry deh."

Radit yang kebetulan selesai dengan belanjaan nya pun mengekori, "Minggu biasanya ada di tukang sayur."

Renjani menghela nafas, menaru keranjang nya di atas meja kasir untuk di bayar, "Kelamaan. Gue pengen."

Radit tersenyum, ikut meletakkan belanjaan nya di meja, "Lo kesini sendiri?" Tanyanya mengubah topik pembicaraan.

"Iya, sendirian." Jawab Renjani yang sedang menyiapkan ponsel untuk membayar lewat aplikasi.

"Balik bareng gue aja, mau gak?"

Renjani menoleh sebentar, tangan yang dari tadi mengetik nominal pun ikut terhenti, menatap Radit yang kini tengah menunggu jawaban, "Emangnya boleh?"

"Boleh lah." Tanpa perlu ditanya atau ditawari pun sebenarnya Renjani boleh ikut berboncengan dengan Radit. Malah dengan senang hati. "Tunggu di depan aja, belanjaan lu biar gue yang bawa." Lanjut Radit saat melihat dua kantong belanjaan besar milik Renjani.

Renjani tersenyum manis, "Makasih, Radit!"

Hello, Neighbor | Junkyu LiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang