"Mau kemana sih?" Radit yang baru aja sampe kampus langsung di geret gitu aja sama Farel. "Eh- gue bentar lagi ada kelas nyet."
"Udah, ikut aja gue." Entah kemana arah Farel akan mengajaknya, tapi Radit menjadi was-was. Mungkin saja Farel sudah menyiapkan jebakan untun menjual organ tubuhnya dan menghasilkan banyak uang lalu pergi sejauh mungkin.
Tepat di samping perpustakaan, terdapat ruangan yang jarang sekali di pakai. Disitulah Radit di bawa, dan ternyata disana sudah ada Dika serta Angga yang menunggu.
"Dik Dik, ayo." Farel melepaskan Radit, lalu ia berganti menyeret Dika keluar dari ruangan.
Pintu tersebut ditutup, tersisa lah hanya Radit dan Angga di dalam. Radit sudah menyiapkan diri kalau saja ia akan dihajar sampai babak belur oleh Angga dan berakhir mati terkapar sendirian di ruangan pengap ini.
"Dit." Angga berjalan mendekat pada Radit yang menatapnya datar. Seperkian detik kemudian, Angga malah memeluk Radit dan menangis kencang, "DITT, SUMPAH MAAFIN GUE. GUE GOBLOK BANGEET MARAH SAMA LU."
"Hah?" Radit masih berdiam diri, tak bereaksi apapun kecuali menunjukkan wajah bingung, "Lo kenapa?"
"DITT, GUE UDAH BEGO BANGET. SUMPAH GUE BENERAN KANGEN MAIN SAMA LU BERTIGA. RADIT MAAFIN GUE, GUE UDAH BLOON BANGET. LU KALO MAU MUKUL GUE GAPAPA DIT, AYO TONJOK GUE SEKARANG." Angga membalas masih dengan tangisan serta suara yang sangat kencang.
"MAAFIN GUE RADIT, GUE GAK AKAN LAGI MARAH SAMA LU APAPUN MASALAHNYA. GUE BENERAN MINTA MAAF DIT."
Radit menjauhkan badan Angga dari pelukkannya, "Anjir, lo kenapa Angga?"
Angga mengucek mata nya yang pedih akibat menangis dari tadi. Dirinya sudah agak lebih tenang walaupun masih sesenggukan, "Gue mau minta maaf. Lo kalo mau omelin gue gapapa, tadi Dika sama Farel udah ngomelin gue. Sekarang tinggal lo yang belum. Tapi gue minta maaf beneran Dit, asli dah. Gue sadar gue salah banget, terutama sama lu. Dit, jangan musuhin gue please. Gue gak ada temen lagi selain kalian. Gue bene-"
"Udah anjir, gak usah di terusin." Radit tak terlalu terkejut dengan Angga yang meminta maaf duluan, tapi melihat Angga yang menangis sambil memeluknya seperti tadi sungguh pemandangan yang sangat langkah. "Gapapa, yang penting lo udah sadar lo salah. Gue gak bakal ngomelin lo, tenang aja. Yang penting kita masih bisa temenan kayak lama."
"Lo beneran Dit?" Mata Angga berbinar bagaikan anak kucing menggemaskan, "Gue juga mau bilang kalo waktu itu gue cemburu."
"Cemburu? Lo homo, Ngga?"
"BANGKE GAK GITU!" Angga memekik lengking ketika menjawab. "Gue serius, Dit. Gue yakin kalo Renjani udah cerita masalah yang gue confess sama dia, tapi gue juga yakin dia gak bilang terusannya gimana."
"Terusan apa sih maksud lu pake terusan terusan segala?"
"Dit, Renjani nolak gue karena dia suka sama lu."
Mulut Radit terbuka lebar mendengarnya, bola mata pun seolah ingin melompat keluar. Jantung miliknya terasa merosot sampai ke dengkul. "HAH GIMANA?"
"Yeu budeg!" Cibir Angga, "Renjani suka lu pea. Lu gak peka apa gimana sih? Lu tau gak, Dika sama Farel udah cerita semuanya. Elu insecure ngapain segala kayak orang bego, dia nya aja jelas suka sama elu, ngapain lu pikirin lagi gimana cara buat dia suka."
Walaupun semua kalimat itu bukan keluar sendiri dari mulut Renjani, tapi tetap saja membuat Radit merona dan jadi salah tingkah. "Ah, lu kalo ngomong begini cuma mau bikin gue gak marah sama lu gak mempan."
"Elu beneran pea, gue kesel bego." Angga tau kalau urusan percintaan, Radit masih remidial, Tapi ia tak menyangka Radit bakalan sebodoh ini.
"Serius lu, Ngga?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Neighbor | Junkyu Lia
FanfictionRenjani tak pernah menyangka kalau perpindahan nya untuk melanjutkan pendidikan justru mempertemukan nya dengan Raditya, tetangga depan rumah yang ternyata satu kampus dengannya.