[10]: Surprise.

403 88 15
                                    


Pagi menjelang siang cuaca saat itu ketika Radit seperti biasa sedang bersiap-siap untuk pergi ke kampus. Dari ruang kamarnya, terdengar bahwa Ayah dan Ibu seperti berdebat diluar sana. Tak ingin ambil pusing, Radit bersikap seolah-olah tak mendengar itu semua. Hal yang biasa pikirnya, bertengkar adalah salah satu bumbu dari hubungan percintaan.

Dan ketika Radit sudah selesai, suara itu pun berhenti. Radit keluar dari kamar nya sambil menenteng tas yang biasa ia bawa kuliah. Disana hanya ada Ayah yang sedang berdiri sendirian sambil terus menatap kalender yang tergantung.

"Ngapain, Yah?" Radit penasaran karena sang Ayah tampak kebingungan, "Ibu mana?"

"Besok tanggal apa sih, Dit?"

"Lima belas."

Ayah menghela nafas berat, mengalihkan pandangan dari kalender, "Iya Ayah tau, maksudnya besok hari spesial apa?" Tanya Ayah sambil membetulkan kacamata yang sedikit merosot.

"Besok?" Radit yang ikut tidak tau apa-apa langsung mengecek kalender di ponsel miliknya. "Oh, besok ulang tahun Ibu." Balasnya dengan santai.

"Loh, besok Ibu ulang tahun?" Ayah nampak terkejut, "Pantesan ngomel-ngomel karena Ayah gak tau."

"Ayah lupa sama ulang tahun istri sendiri? Parah banget." Bukan Radit namanya kalo tidak mengompori saat ada masalah.

"Bukan lupa, tapi gak inget." Ayah berbalas, "Kamu mau ngasih kado emangnya?"

Radit berpikir sebentar. Rencananya memang iya, tapi Radit masih bingung mau ngasih apa ke Ibu. Apa lagi selera mereka berdua beda jauh.

"Kalo iya, ajak Renjani aja." Radit bahkan belum membalas apa-apa, tapi Ayah sudah menyambung kalimatnya lagi.

Tapi, Ayah juga memberikan ide yang bagus menurut Radit. Tidak mungkin kan Renjani tidak mengetahui selera wanita? Jelas-jelas jenis kelamin mereka sama.

Namun, ada satu hal yang Radit ragukan.

Apa Renjani mau ngeluangin waktunya buat nemenin Radit??

---

Sepanjang perjalanan, Radit hanya diam, bahkan saat Renjani bercerita, ia hanya menanggapi dengan anggukan. Dalam kepala Radit, sudah ada beberapa kalimat yang ia siapkan untuk mengajak Renjani, tapi ia tetap ragu dan takut di tolak meski kemungkinannya kecil.

Saat motor sudah terparkir di parkiran kampus pun, Radit tetap diam.

"Lo kenapa sih Dit?" Renjani penasaran dengan diamnya Radit kali ini.

Radit mengulum bibirnya, ragu untuk berbicara. Padahal waktu untuk mempersiapkan segala kado dan kejutan Ibu tidak banyak.

"Dit?"

"Lo mau gak nemenin gue nyari kado Ibu?" Radit tembak lurus berbicara. Tanpa ada jeda dan titik koma sekalipun.

Renjani terkejut. Bukan karena ajakan dari Radit, tapi karena mendengar Ibu yang akan berulang tahun, "Ibu mau ulang tahun?"

Radit mengangguk, "Besok, dan gue bingung mau ngasih apa."

"Mauuu." Renjani membalas dengan semangat, "Mau banget gue, ayo gue temenin."

"Pulang kampus nanti, mau?"

Tanpa pikir panjang lagi, Renjani sangat mau. "Oke!"

Hello, Neighbor | Junkyu LiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang