[19]: The biggest problem is insecurity.

366 77 15
                                    

Masalah yang terjadi belakangan ini membuat kepala Radit serasa di hantam batu besar dengan keras. Tapi jika dipikirkan lagi, timbul masalah baru yang datangnya dari pikiran Radit sendiri.

Semalaman ia sibuk menerka-nerka apa alasan spesifik Renjani menolak Angga. Kalau masalah kenyamanan, Radit yakin itu akan datang sendiri seiring berjalannya waktu. Tampang? Ah, tidak juga. Harus Radit akui kalau Angga memiliki wajah yang sangat mendekati kata sempurna. Badan Angga juga terlihat sangat atletis di usia muda nya. Tangan lincah membuatnya bisa memainkan beberapa alat musik. Style Angga menurut Radit juga sangat bagus, tidak membosankan sepertinya. Lalu, kenapa? Jika masalah kendaraan, Radit yakin Renjani bukan tipe perempuan yang mempermasalahkan itu. Buktinya saja dia mau boncengan sama Radit yang cuma pake motor matic biasa.

Memikirkan hal itu membuat Radit bergaduh dengan pikirannya sendiri. Jika seseorang seperti Angga yang hampir sempurna saja bisa ditolak oleh Renjani, bagaimana dengan dirinya? 

Saat itu juga Radit teringat dengan mantan Renjani yang pernah dilihatnya. Wajah sangat tampan, kaki jenjang, motor yang keren, mungkin seperti itu yang Renjani cari. Tentu saja jika iya, pasti Raditlah orang pertama yang tersingkir dari jajaran 'cowo penyuka Renjani'. 

Haruskah Radit menjalani operasi plastik agar hidungnya terlihat lebih mancung dan pipinya sedikit tirus? Atau ia harus menukar motor kesayangannya demi motor yang lebih keren tapi tak memberikan kenyamanan sedikitpun? Atau dia harus bertingkah seperti biasanya untuk menarik hati Renjani yang mirip peri kecil dari negeri dongeng.

"Lo ngelamunin apa sih?" Dika melempar sebatang kentang goreng ke arah Radit yang dari tadi hanya terduduk diam. "Lo denger gak sih kita ngomong apa, Dit?"

"Hah?" Melihat wajah Radit yang cengo, bisa dipastikan kalau pemuda itu sama sekali tak menyimak percakapan temannya, "Sorry, kenapa kenapa?"

"Kita yang harusnya nanya, lo kenapa Dit?" Farel menimpali. Dilihat nya es milik Radit yang bahkan sudah mencair, "Mikirin apaan sih?"

Radit berdehem, ia membetulkan posisi duduknya. "Gue insecure." Satu kalimat pendek berhasil yang keluar dari mulutnya, "Jujur, gue suka Renjani. Tapi ngeliat modelan Angga aja ditolak, gimana gue."

Farel dan Dika saling melempar pandangan, keduanya sama-sama terlihat menahan tawanya. 

"Gue serius." Radit menyambung lagi. Ia sungguh serius sekarang. Bahkan alisnya menaut jadi satu. 

"Oke." Farel dan Dika langsung merubah wajah mereka menjadi tak kalah serius, "Gimana, gimana Dit?"

Radit menghela nafas panjang. Kemudian ia kembali memperjelas, "Gue suka sama Renjani. Dari awal dia pindah ke deket rumah gue, gue udah interst banget sama dia. Selama ini gue pd aja suka sama dia. Tapi karena liat Angga ditolak, buat gue jadi mikir dua kali. Apa respon baik dia ke gue selama ini cuma karena dia tetanggan sama gue doang? Apa gue yang terlalu gr- dan nganggep dia juga punya perasaan yang sama ke gue? Apa gue cuma berharap sama imajinasi gue sendiri?" 

"Bentar, Dit-" Farel memperdekat jarak dengan Dika, lalu berbisik, "Mau gue apa lu yang ngomong?"

"Kasih wejangan aja, jangan di ungkap." Dika membalas. Farel menanggapi dengan anggukan. Sebenarnya, percuma mereka berbisik seperti tadi, karena Radit masih bisa mendengar dengan jelas.

"Gini, lo denger baik-baik omongan gue. Tolong jangan sepatah kata pun lo lewatin."

"Iya iya, apaan."

"Gak semua nya bisa lo pukul rata, Dit. Tentang perlakuan baik lo ke Renjani mungkin iya karena lo tetanggan. Tapi coba lo pikirin lagi, tetangga mana yang kalo jalan ke mall gandengan? Tetangga mana yang nangis sambil meluk tetangga nya yang lain? Tetangga mana yang rela ngerawat tetangga lainnya sampe dia rela bolos kuliah? Jawab gue sekarang, biar gue samperin tu tetangga." Farel tertawa akibat ucapannya sendiri, kemudian ia kembali melanjutkan setelah tawa nya mereda, "Dit, orang yang menurut lo sempurna mungkin gak sesempurna itu di mata orang lain. Manusia itu punya kekurangannya masing-masing, dan juga manusia berhak milih dengan siapa dia mau dipasangin. Lo berdoa aja biar Renjani nurunin tipe nya jadi kayak lo."

Hello, Neighbor | Junkyu LiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang