[15]: Isn't the date?

393 97 53
                                    


Tumben, biasanya yang suka terakhiran dateng kalo lagi ngumpul itu Radit. Tapi hari itu justru Radit dateng paling awal, disusul Dika terakhiran dengan wajah memelas lesu.

"Kenapa lo?" Angga yang pertama kali menyadari tingkah Dika.

Dika menarik satu kursi kosong untuk tempat duduk nya. Ia langsung menyerobot minum Farel yang kebetulan di sebelahnya, "Ribut gue."

"Ribut ya ribut, cuma pop ice gue jangan di abisin juga." Cerca Farel saat minuman nya yang baru saja datang langsung di ambil oleh Dika.

Dika menyengir, "Maap yak." Ia mengembalikan gelas yang sudah kosong ke tempat semula. Percuma sih sebenernya, toh kalo isi nya juga udah abis.

"Sama siapa sih? Sharon?"

Dika mengangguk atas jawaban dari Radit. Dari dalam saku jaketnya, pemuda berkulit tan dengan rambut coklat gelap itu mengeluarkan dua lembar tiket bioskop, "Ambil aja noh. Rencana nya gue mau nonton sama Sharon hari ini, tapi gak jadi."

Angga dengan sigap mengambil kedua lembar tiket itu, "Ini lu ngasih gratis?"

"Ya iya. Sayang banget kalo hangus gitu aja, tapi film nya mulai jam tujuh nanti." Jawab Dika lagi. "Emang lo mau?"

"Mau lah. Gue kan bisa ajak Renjani sekalian pdkt."

Radit yang sedang nikmat menyesap coklat panas hampir saja memuntahkannya kembali akibat mendengar balasan dari Angga.

"Masih ada beberapa jam lagi, kecil kemungkinan dia bakalan nolak." Sambung Angga yang telah berkutik dengan ponsel. Mungkin untuk menghubungi Renjani.

Angga tak sadar bahwa sedari tadi ada yang melihatnya dengan gelisah. Seluruh jari bergerak tak beraturan, mata terlihat was-was mengawasi.

"Emang dia mau?" Farel menyela sebelum Angga sempat masuk ke roomchat Renjani, "Emang dia mau nonton sama lo? Bukannya lo cerita kalo chat lo aja gak pernah di bales?"

Pikir Angga benar juga. Beberapa bubble chat Angga yang rajin di kirim saja tak kunjung mendapat jawaban. Boro-boro, di baca aja enggak oleh Renjani.

"Tapi kan, belom di coba, jadi gue aja gak tau dia mau apa enggak." Angga membela dirinya walaupun ia tampak sangat ragu dengan jawabannya sendiri.

Radit hanya menyimak dalam diam, sambil terus berdoa agar Angga membatalkan rencananya walau mustahil.

"Yaudah, coba aja." Dika ikut bersuara.

Keheningan menyelimuti mereka berempat kala Angga sibuk dengan ponsel nya, dan Radit sibuk menunggu hasil dari diskusi singkat itu. Dika masih tampak sangat galau, padahal dirinya sudah sangat siap untuk date kali ini. Sedangkan Farel, berkali-kali netra nya menatap Radit dan Angga secara bergantian.

Terdengar helaan nafas panjang dari Angga bersamaan nya dengan ponsel yang tergeletak di meja.

"Gimana?" Radit yang pertama sekali bertanya.

"Gue di suruh pulang sama nyokap, soalnya ada acara."

Kalau Radit tersenyum senang, apakah itu tindakan yang salah?

"Gue duluan ya." Angga berpamitan dengan ketiga nya. Setelah beberapa langkah ia menjauh, mereka menatap bingung kedua lembaran tiket tersebut.

"Terus itu gimana?" Ujar Dika tambah lesu. Sudahlah ia gagal kencan, terus, tiket gratis dari nya juga tertolak?

"Lo bawa aja Dit." Farel mengambil tiket tersebut, lalu mendekatkannya pada Radit.

Pikiran Radit jelas sama dengan Angga, yaitu mengajak Renjani. Tapi kalau Angga aja ragu, gimana sama dia? Apa Renjani mau nonton berdua? Pake tiket gratis pula.

Hello, Neighbor | Junkyu LiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang