Terhitung sudah beberapa jam Renjani duduk didepan meja riasnya. Padahal kelas gadis itu diundur dari jam yang seharusnya, tapi sekarang ia dengan rajin nya sudah bersiap-siap untuk ke kampus. Bukan tanpa alasan, karena pagi tadi Renjani kembali mendapati chat dari Radit. Seperti hari sebelumnya, pemuda berambut hitam pekat tersebut mengajak sang tetangga untuk pergi ke kampus bersama.
Mendengar tawaran yang menggiurkan, Renjani tentu tak menolak lagi. Selain ia bisa berhemat ongkos, dirinya juga senang berkendara dengan Radit. Tidak ada kecanggungan lagi di antara mereka. Mungkin sekarang level nya sudah naik, menjadi sahabat dekat.
Bunyi klakson yang awam terdengar membuat Renjani berhenti dengan riasannya. Gadis itu menyemprotkan parfum wangi vanilla kesekujur tubuhnya. Dirasa sudah cukup wangi, ia pun bergegas mengambil tas serta berjalan ke luar. Tak lupa untuk mengunci rumah rapat-rapat.
"Udah?" Radit bertanya kepada Renjani yang sedang berjalan menghampirinya.
Renjani tak langsung mengambil helm yang berada di tangan Radit, gadis itu justru menyodorkan wajah ke kaca spion untuk melihat riasan yang menempel di wajahnya. "Dit, liptint gue aneh gak sih warnanya?" Satu pertanyaan yang terlontar dari mulut gadis itu setelah melihat wajahnya sendiri dari kaca spion milik Radit.
Radit memicingkan mata nya. Dilihat baik-baik seluruh permukaan wajah Renjani. Namun ia sama sekali tidak bisa melihat keanehan yang dibicarakan. "Apanya yang aneh? Bagus kok."
"Ck." Renjani mendecik sambil mengangkat kepala nya, menatap Radit yang masih menunggu diatas motor dan berkata, "Serius? Coba liat dulu bener-bener."
Kepala Radit menggeleng. Padahal pemuda itu sudah berkata sejujur-jujurnya dari hati yang paling dalam. "Iya, jelek deh. Aneh."
"Tuh kan, jelek! Nyesel banget deh gue beli warna ini, tau kemarin ambil yang lebih pink aja. Lagian mbak itu sok tau banget, padahal udah gue bilang warna ini jelek." Renjani mengoceh tiada hentinya sambil mengambil paksa helm yang ada di tangan Radit.
Radit tersenyum geli, "Kenapa sih, Nja? Kan gue bilang bagus, tapi lo nya gak percaya. Giliran gue bilang jelek, lo langsung terima."
"Selera cowo gak bisa di percaya."
"Lo ngeremehin selera gue?"
"Apaan sih?!" Renjani menepuk pelan bahu Radit setelah ia duduk mantap di atas motor, "Ayo jalan, ah."
Pemuda itu tertawa. "Pegangan." Ucapnya setelah menghidupakan mesin motor matic tersebut.
Renjani memutar bola matanya. Sudah mulai terbiasa dengan ucapan itu. "Modus."
---
Setelah kelas selesai, Renjani berjalan sendirian ke arah gerbang. Barusan sekali Renjani mendapat kabar bahwa Radit ada rapat organisasi dadakan, jadi ia tidak bisa pulang bersama gadis itu.
Sebetulnya, jika Renjani mau menunggu sebentar, mereka masih bisa untuk pulang bersama. Tapi Renjani terlalu malas menunggu. Seluruh badan nya terasa remuk karena ia sudah terlalu lama berdiri untuk presentasi individu. Dirinya hanya ingin kembali kerumah dengan cepat lalu menikmati tidur siang.
Tapi sepertinya Renjani berubah pikiran. Melihat cuaca yang sedang bagus, ia bertekad untuk pulang naik angkutan umum.
Setelah menutup aplikasi ojek online, Renjani menunggu di halte yang hanya berjarak beberapa langkah kaki dari gerbang. Renjani ingin mencoba naik angkot lagi. Sudah lama dirinya tidak merasakan atmosfir ketika berada di dalam angkot. Pasalnya, ketika masih berada di bangku sekolah dasar, Renjani beberapa kali di ajak naik angkot oleh Eyangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Neighbor | Junkyu Lia
FanfictionRenjani tak pernah menyangka kalau perpindahan nya untuk melanjutkan pendidikan justru mempertemukan nya dengan Raditya, tetangga depan rumah yang ternyata satu kampus dengannya.