Andai ucapan Farel waktu itu menjadi kenyataan, mungkin sekarang mereka bereempat sudah menggelegarkan seluruh isi kantin. Sayangnya, tidak. Terhitung sudah hampir dua minggu Angga menjauhi mereka bertiga. Sebenarnya, jika Angga tak sengaja berpapasan dengan Farel atau Dika, ia tetap akan menegurnya. Berbeda jika dengan Radit, Angga berjalan melewatinya begitu saja. Bahkan seolah-olah Radit tak nampak dalam penglihatannya.
Seperti sekarang saja, Radit yang tengah berjalan untuk memasuki kelas sudah melihat Angga dari arah berlawanan. Radit sengaja berhenti hanya untuk menyapa nya, tapi ketika jarak mereka berdekatan, Angga sama sekali tak merespon. Sapaan ramah Radit hanya dibalas dengan lirikan tajam dari Angga.
Sontak Radit menahan lengan Angga, "Lo kenapa sih Ngga?"
Angga melepaskan tangannya dengan kasar, "Jauh-jauh dari gue. Gue gak butuh orang pengecut kayak lu." Setelah mengatakan hal yang mengejutkan tadi, Angga meninggalkan Radit yang masih berdiri meratapi kepergiannya.
Radit masih belum menemukan jawaban dari sikap Angga yang terlihat kasar padanya. Bukan hanya kali ini, sebelum-sebelumnya, saat berpapasan dimanapun, Angga selalu menunjukkan sikap tak suka kepada Radit. Malam bermalam selalu Radit habiskan dengan mengintrospeksi dirinya sendiri, tapi hasilnya nihil. Tak hanya Radit, Dika dan Farel pun juga bingung pada Angga yang terlihat marah hanya dengan Radit.
"Radit, nagapin?"
Keberadaan Renjani membuyarkan lamunannya. Tapi Radit saat ini tak bertenaga, bahkan malas untuk meladeni siapapun termasuk Renjani. "Gapapa." Ia hanya membalas singkat, lalu melewati Renjani begitu saja.
Dengan perlakuan Radit seperti itu, membuat Renjani berperang dengan pikirannya sendiri. "Radit, marah ya sama gue..."
---
"Angga!"
Angga melemparkan senyum saat Farel melambaikan tangan kepadanya, tapi saat netra nya tak sengaja melihat Radit, senyuman Angga langsung luntur.
Mereka bertiga kira, Angga berjalan ke arah mereka untuk kembali bergabung dalam kumpulan itu. Tapi ternyata salah. Angga membelokkan jalannya ke arah sekumpulan anak lain yang tengah menongkrong. Telihat Angga sangat akrab dengan mereka yang jumlahnya jauh lebih banyak.
"Itu siapa?" Dika setengah berbisik, takut salah satu dari mereka mendengar pertanyaannya.
"Itu anak ukm band, kan Angga salah satu gitarist nya." Jawab Farel. "Biar gue yang ngajak." Farel bangkit dari duduknya, lalu menghampiri segerombolan itu.
"Lah, lu mau kemana Dit?" Dika bertanya saat melihat Raditya turut berdiri dari tempat duduk.
"Pulang." Raditnya membalas singkat. Saat itu juga, Radit benar-benar pergi.
Farel kembali, dengan Angga di sebelahnya. Saat melihat bangku yang tadi diduduki Radit kosong, ia lantas bertanya, "Lah, Radit kemana?"
"Udah, biarin aja. Males gue liat muka tu bocah." Angga menarik kursi kosong di meja sebelah. Ia bahkan terlihat tak sudi duduk di bangku bekas Radit tadi, "Jadi, mau ngomong apa lu Rel?"
"Lo kenapa sama Radit? Gak usah ngelak, Ngga. Gak perlu lu kasih tau juga kita semua tau kalo lu ada masalah sama Radit." Farel to the point mengungkapkan alasannya menarik Angga dari rombongan tersebut.
Angga meloloskan nafas panjang. Walau amarahnya tak separah waktu itu, tapi jika di ungkit ia masih merasa kesal, "Lu tanya aja sama temen lu yang udah nikung temennya sendiri."
"Maksudnya? Emang Radit nikung elu?"
"Jujur, gue udah males banget ngebahas ini, cuma karena elu berdua yang nanya, biar gue jelasin." Angga menjawab, lalu ia kembali melanjutkan, "Dari awal, gue udah bilang kalo gue suka sama Renjani, tapi nyata nya dia juga deketin Renjani dan ngebuat Renjani jadi gak suka sama gue-"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Neighbor | Junkyu Lia
FanfictionRenjani tak pernah menyangka kalau perpindahan nya untuk melanjutkan pendidikan justru mempertemukan nya dengan Raditya, tetangga depan rumah yang ternyata satu kampus dengannya.