Hanya tinggal Farel dan Angga saja dalam satu meja. Dika pergi berpacaran karena sudah baikan kemarin malam, sementara Radit harus menghadiri kelas dadakan yang di adakan dosen nya. Alhasil mereka berdua cuma planga plongo kayak mixue
Di antara senyapnya keadaan, Angga mulai memikirkan ide yang dari kemarin ia rencanakan. Mula nya, ia kan menceritakan ini pada semuanya, tapi karena sekarang cuma ada Farel, jadi Farel lah orang pertama yang akan mengetahui.
"Rel, kalo gue confess ke Renjani gimana?"
Bagaimana Farel enggak melotot dengernya. Dia ngeliatin Angga dengan muka yang gak bisa di tebak, "Maksud lo gimana?"
"Ya confess. Gak nembak sih, tapi kalo kesempatan kenapa enggak." Angga dengan santai nya membalas. "Lagian juga gak ada salahnya kan? Siapa tau dia juga suka sama gue."
Farel memijit pelipisnya pening, gimana mungkin Angga bisa mikirin hal yang jelas mustahil. "Lo kalo mau confess tahan dulu, deh. Emang udah yakin banget kalo dia juga suka?"
"Enggak sih–cuma kan kali aja." Angga membalas.
"Emang chat lo di bales sama dia?"
"Di bales kok." Jawab Angga dengan cepat. Ia bahkan tak segan menunjukkan roomchat nya pada Farel.
Farel membaca dengan seksama, dan semakin bingung gimana bisa Angga mikir Renjani bakalan suka sama dia kalo chat Angga aja di bales dua hari sekali. Kalo pun di bales, itu gak pernah lebih dari dua bubble chat.
"Tahan dulu aja, jangan gegabah sama diri lo sendiri." Saran Farel pada Angga. Entah itu di dengar atau tidak, yang penting Farel sudah memperingatkan walau secara tak langsung.
---
Renjani~" Rengek Alika terdengar manja. Langkahnya tertatih menyusul Renjani yang sudah berjalan duluan, "Tungguin gue."
Renjani memperlambat kaki nya, Alika langsung berlari kecil untuk menyamakan langkah. Gadis rambut panjang yang di hiasi bando itu bahkan tak segan untuk merangkul lengan Renjani, "Lo tau gak sih, Jani?"Biasanya, kebanyakan wanita menggunakan kalimat itu untuk memulai sebuah pembicaraan yang cukup hangat. Tak heran jika banyak yang mengatakan kalau kalimat tersebut adalah kalimat sakral.
"Apa?" Renjani membalasnya singkat.
"Gue tadi ketemu sama cowo–ganteng banget sumpah! Dia tipe gue banget deh. Ganteng, tinggi, wangi juga." Senyum merekah di wajah manis Alika ketika membicarakan hal tersebut, "Kita tadi ketemu di lift, cuma berdua lagi sebelahan."
"Terus kenapa? Naksir?"
"Iya hehe. Doain gue ketemu lagi ya sama dia." Titah Alika lagi.
Yang membuat Renjani bingung, gimana bisa Alika naksir orang cuma dari tampang nya yang ganteng dan wangi. Iya sih, penampilan kadang adalah segala nya, cuma kalo ternyata cowo itu orang jahat, gimana?"
"Eh btw, ini kita beneran jalan kesana?"
Sebelum kelas di mulai tadi, Renjani sudah mengajak Alika untuk mampir sebentar ke cafe yang waktu itu Renjani lihat di reklame persimpangan jalan. Karena kebetulan Alika mau, jadi mereka berencana habis kelas baru kesana.
Tapi Renjani bilang kalo mereka cukup jalan kaki aja kesana. Gak terlalu jauh sebenernya, toh hari itu juga Alika gak bawa kendaraan.
"Iyaa Alika. Percaya deh sama gue, cafe nya deket kok."
Alika merengut sebal, padahal gak ada salahnya pesen taxi online aja. Alika juga gak keberatan kalo harus bayar biar seimbang. Tapi Renjani nya gak mau. Harus hemat katanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Neighbor | Junkyu Lia
FanfictionRenjani tak pernah menyangka kalau perpindahan nya untuk melanjutkan pendidikan justru mempertemukan nya dengan Raditya, tetangga depan rumah yang ternyata satu kampus dengannya.