Radit pulang lebih awal dari perkuliahan. Ia bahkan tak ikut menongkrong lagi dengan yang lain. Entahlah, hanya saja mood nya sedang tidak bagus hari ini.
Baru sampai di pintu depan, bau harum khas kue semerbak satu ruangan. Tumben pikir Radit, soalnya Ibu bukan tipe orang yang suka membuat kue. Menurut beliau ribet, rawan gagal.
Selain itu agak mustahil juga kalau Ibu membuat kue. Pasalnya saat itu tidak ada hari yang spesial, hanya hari Sabtu biasa.
Dengan langkah pelan, Radit diam-diam mengintip ke arah dapur. Dan sungguh tepat perkiraan nya, bukan ibu yang membuat kue-melainkan Renjani.
Lucu juga rasanya, melihat Ibu tertawa sambil menguleni adonan yang tersisa. Wajar saja Ibu terus menyuruh Renjani makan di rumahnya, ternyata Ibu sangat membutuhkan teman ngobrol.
Sebelum ada Renjani, Ibu hanya mengobrol biasa dengan tetangga lain, itu pun hanya sepintas. Bukan obrolan panjang dengan beberapa topik yang berbeda.
Bisa Radit rasakan perbedaan nya. Semenjak kedatangan Renjani, Ibu menjadi lebih rajin memasak. Bahkan mengeksplore resep baru.
Entah apa yang mereka berdua lakukan ketika Ayahnya dan Radit tak ada di rumah. Mungkin mereka minum teh sambil membahas gosip gosip yang sedang ramai di perbincangkan.
"Ngapain?"
"HAH!"
Kedatangan Ayah membuat Radit reflek berteriak. Renjani dan Ibu yang mendengar itu otomatis menoleh.
"Heh, ngapain kamu ngintip-ngintip? Mau ikut bikin kue juga?" Cerocos sang Ibu.
Radit tersenyum malu sambil menggaruk tengkuk nya yang tak gatal, "Hehe."
"Ibu bikin kue?" Ayah berjalan mendekat ke arah Ibu dan Renjani-meninggalkan Radit yang masih terpaku beberapa langkah di belakang. "Tumben banget, dalam rangka apa?" Sambung Ayah sambil mencicipi satu kue yang sudah jadi di atas piring.
"Gimana? Enak gak Yah?" Bukannya menjawab, Ibu justru balik bertanya.
Ayah mengacungkan kedua jempolnya, "Enwak." Jawabnya dengan keadaan mulut yang penuh kue.
Ibu tersenyum lebar, "Iyalah, Renjani yang bikin pasti enak."
"Ih enggak tau, orang Ibu tadi yang bikin." Bantah Renjani malu-malu. Padahal dari tadi memang dia yang bikin, Ibu hanya membantu sedikit.
"Enak banget kayaknya, Radit gak di tawarin?"
Kalo boleh jujur, Radit sebenernya ngiler banget. Bau harum yang dari tadi semeriwing masuk ke hidung, di tambah toping choco chips yang keliatan enak. Apa lagi dari kuliah tadi, dia belum makan sama sekali.
"Sini." Jawab Renjani dengan satu piring kue di tangannya.
Radit mendekat, mengambil satu kue di piring lalu memakannya dengan satu suapan. Radit mengangguk-angguk sambil terus menguyah, ikut mengacungkan jempol sama seperti yang dilakukan si Ayah tadi. Ia akui rasanya memang sangat enak. Perpaduan choco chips dengan saus coklat di dalam sangat pas, tak membuat perut eneg saat memakannya.
Renjani kembali tersenyum. Sangat senang karena semuanya menyukai kue buatannya. Gadis itu memang sedari dulu sangat senang masak, apa lagi membuat kue. Ia telah sukses membuat beberapa hidangan dan camilan hanya dengan bermodal resep dari internet. Sungguh bakat yang luar biasa.
---
"Kamu kalo cari pacar yang kayak Renjani ya, Dit."
Nasi yang masih dalam kunyahan Radit melesat begitu saja, membuat pemuda itu tersedak. Untung segelas air putih bisa menetralkan tenggorokan nya. "Bu, apaan deh." Balas Radit ketika ia sudah baikan.
"Ya Ibu suka aja, udah cantik, sopan, pinter masak lagi."
Lagi-lagi pacaran yang Ibu bahas. Radit sangat malas.
"Pacaran mulu, mau kuliah aja."
"Halah, sok sibuk kuliah padahal di rumah rebahan doang."
Karena sudah tertampar fakta, dirinya hanya diam sambil menghabiskan sisa makanan di atas piring.
"Bukannya Renjani sudah punya pacar, ya?" Kali ini Ayah ikut bersuara.
"Belum, Yah. Ibu sumber terpercaya." Ibu dengan percaya dirinya menjawab.
Ayah mengangguk, mengabiskan sisa makanan dalam mulut. Setelah habis, beliau baru bersuara lagi, "Terus cowo yang waktu itu ke rumah nya, siapa? Ayah kira pacarnya."
Radit hanya diam, menyimak percakapan orang tua nya. Ia juga baru teringat dengan pemuda beberapa hari silam. Ternyata, bukan cuma dia sendiri yang ngeliat.
"Enggak. Kata Renjani itu mantannya." Ibu membantah dengan tegas. Layaknya membela anak sendiri di depan orang lain.
"Kalo mantan, kenapa kerumah?" Radit bertanya penasaran. Ayah kembali mengangguk, tanda sepemikiran dengan Radit.
"Udah udah, malah jadi gosip." Ibu menyudahi percakapan, berbarengan dengan nasi dan lauk yang telah lenyap dari piring mereka bertiga.
Lah, bukan nya Ibu-ibu memang suka gosip??
![](https://img.wattpad.com/cover/344955760-288-k490139.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Neighbor | Junkyu Lia
FanfictionRenjani tak pernah menyangka kalau perpindahan nya untuk melanjutkan pendidikan justru mempertemukan nya dengan Raditya, tetangga depan rumah yang ternyata satu kampus dengannya.