coretan kisah tatar pasunda yang begitu indah
Mereka Ksatria tangguh, pengabdiannya pada rakyat Sunda membuat nama mereka selalu disanjung. Rakyat mana yg tak kenal dengan mereka semua
Kepemimpinan prabu Siliwangi begitu banyak menuai catatan emas...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Rara santang semakin mempercepat langkahnya. Senyum terus mengembang disana. Walangsungsang juga berjalan mendekat kearah adiknya. Hingga mereka saling berpelukan.
Rara santang segera menubruk dada bidang rakanya. Ketakutan Walangsungsang sirna saat Rara santang kini berasa di dalam pelukan nya.
"Nyimas... Kau tidak apa apa kan? Apa kau terluka?" Tanya Walangsungsang setelah pelukan itu usai. Walangsungsang menangkup kedua pipi adiknya. Rara santang dapat melihat ketakutan yang tergambar jelas di binar indah rakanya.
"Aku baik baik saja raka, tidak ada yang perlu di cemas kan. Maaf kan juga aku karna telah membuat mu takut" Lirih Rara santang sambil menatap Walangsungsang dengan senyum manis nya.
Walangsungsang meraih lengan kiri Rara santang saat disana tampak sebuah benda yang asing di mata Walangsungsang.
"Nyimas, apa ini?, siapa yang memberikan gelang ini?" Heran Walangsungsang. Tatapannya seolah menuntut Rara santang agar segera mengklarifikasi kan asal muasal gelang itu.
"Ini gelang yang aku beli saat dipasar tadi sore raka. Bagus bukan gelangnya" Tanya Rara santang sembari tersenyum senyum. Walangsungsang yang paham segera mengangguk.
"Benar, gelang ini begitu indah. Sama seperti mu nyimas" Ucapan Walangsungsang langsung membuat Rara santang kembali tersenyum manis. Sangat manis. Begitu manis.
"Tapi aku ingin gelang ku yang diberikan ibunda" Lirih Rara santang. Gelang berwarna putih biru itu tidak bisa dilupakan begitu saja oleh Rara santang. Terlebih pelaku nya adalah rayi nya sendiri, kian santang.
"Jika saja rayi tidak merebut gelang itu" Pandangan Rara santang menjadi sendu. Gelang yang sangat berharga bagi Rara santang malah dengan mudah di patahkan oleh kian santang. Sedih dan kecewa Rara santang segera dipahami oleh Walangsungsang.
"Nanti kita bicara baik baik dengan rayi kian santang nyimas, sekarang ayo kita pulang ke istana. Pasti keluarga istana telah menunggu kita" Ajak Walangsungsang yang di setujui oleh Rara santang.
Walangsungsang dapat merasakan angin malam yang semakin menusuk. Tanpa pikir panjang, Walangsungsang segera membuka jubah putra mahkota nya. Lalu segera memakaikan nya kepada Rara santang. Menurut pikiran nya, Rara santang lebih butuh.
Rara santang diam menatap rakanya yang sibuk memakaikan jubah kebanggaan putra mahkota itu. Tubuhnya kini menjadi hangat. Karna Rara santang hanya menggunakan gaun yang tidak begitu tebal.
"Aku tau nyimas ku yang sangat cantik ini kedinginan. Aku harap ini bisa mengurangi rasa dingin nya" Ujar Walangsungsang setelah merapikan jubah yang di kenakan Rara santang.
"Ini jubah putra mahkota raka..." Lirih Rara santang. Matanya menajam memberikan peringatan. Rara santang tidak setuju dengan rakanya. Ini jubah kebanggaan dan Rara santang tidak berhak menggunakan nya.