°A I S H W A R Y A°

228 49 8
                                    

Ini bonus chap nya ya sayang cinta 💗
.
Selamat membaca. Aku harap di bonus chap ini kalian mau vote dan komen.
.

Kedua putra siliwangi beda ibu itu berdiri diam menatap langit padjadjaran yang kelam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kedua putra siliwangi beda ibu itu berdiri diam menatap langit padjadjaran yang kelam. Malam ini padjadjaran diguyur hujan lebat.

Malam sudah begitu larut tapi Surawisesa memilih membawa dirinya ke wisma sang raka. Lalu disinilah mereka, diam menyambut dinginnya hujan dari jendela wisma kian santang yang belum tertutup.

Akibat Jendela wisma kian santang masih terbuka lebar, dua pangeran tampan itu mulai kedinginan.

"Raka, ku pikir tidak seru jika kita hanya menikmati angin hujannya saja" Lirih Surawisesa pelan. Namun bisa membuat kian santang heran tujuratus keliling

"Maksud mu rayi?" Tanya kian santang heran.

"Ahh raka, kau tidak perlu seakan akan tidak tau. Aku melihat dari kedua matamu bahwa kau ingin sekali mandi hujan kan.."

Kian santang menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Menatap adiknya yang sudah ancang ancang melompat dari jendela wisma nya itu.

"Rayi! Apa yang kau lakukan!" Teriak kian santang yang terkejut saat adiknya benar benar lompat dan tersungkur di tanah basah itu .

"Kau bisa sakit rayi! Cepat naik! Kau akan sakit!" Murka kian santang saat adiknya seolah menulikan telinganya. Sulung ketring manik itu malah sibuk berguling guling di tanah yang menyebabkan baju tidurnya itu kotor.

"Ini menyenangkan raka! Turunlah! ,kapan lagi kau bisa bermain!" Teriak surawisesa kepada kian santang yang terdiam di tempat.

Hatinya sedikit goyah. Ingat hanya sedikit!. suara hujan memenuhi indra pendengarannya. Rasanya dirinya juga ingin terjun kebawah seperti adiknya itu.

"Ayolah raka..."

Kian santang akhirnya luluh. Lalu dengan hati hati dirinya segera melompat dan terjatuh dengan sangat cantik.

Kian santang terdiam sejenak saat air hujan mulai membasahi tubuhnya. Kian santang merasakan ketenangan.

"Ini.. Menyenangkan" Ujar kian santang pelan.

"Apa aku bilang, ini sangat menyenangkan raka!" Kian santang terkejut saat tangannya sudah ada dalam genggaman adiknya itu.

"Kau mengangetkan ku saja rayi" Ujar kian santang yang merasakan jantung nya bekerja sedikit lebih keras.

"Ini menyenangkan raka!" Pekik Surawisesa heboh sembari menarik kian santang kesana kemari agar rakanya mau bergerak. Surawisesa jenuh sendiri melihat rakanya terus diam Tidak terus diam membatu melihat Surawisesa yang sangat senang.

"Raka!!"

"Iya rayi.. Aku ikut"

Awalnya kian santang tidak begitu tertarik. Namun lama kelamaan mereka berdua larut dalam dinginnya malam. Suara guntur yang terdengar berkali kali tidak membuat mereka menghentikan permainan mereka.

KIAN SANTANG  ||• Padjadjaran Dengan Ceritanya•|| Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang