°C I N T A P E R T A M A°

238 45 12
                                    

Walangsungsang tersenyum simpul saat para penduduk sudah mulai bubar dari pondok yang mereka gunakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Walangsungsang tersenyum simpul saat para penduduk sudah mulai bubar dari pondok yang mereka gunakan. Seorang prajurit segera menyerahkan tali kuda kepada putra mahkota padjadjaran yang langsung dibalas senyum manis Walangsungsang.

"Terimakasih paman"

Walangsungsang langsung menaiki kudanya. Lalu pandangannya pindah menatap satu prajurit yang kebingungan sembari memegang tali kuda adiknya, rara santang.

"Prajurit, dimana nyimas rara santang?" Tanya Walangsungsang cemas. Rasa gelisah itu kembali datang. Apalagi saat netranya beradu dengan langit padjadjaran yang mulai gelap.

"Mohon ampun raden, nyimas rara santang sudah tidak terlihat dari tadi dan salah satu prajurit juga hilang raden" Lapor satu prajurit.

Walangsungsang semakin cemas. Pikiran pikiran negatif segera memasuki kepalanya. Bagaimana jika adiknya dibunuh, lalu dicampakkan untuk menghilangkan jejak dan dirinya tidak bisa bertemu kembali dengan adiknya?

"Ini tidak bisa dibiarkan!"Walangsungsang benar benar panik sekarang.

"Prajurit, kita harus mencari nyimas rara santang! sekarang juga! " Tegas Walangsungsang yang segera dipatuhi oleh para prajurit itu.

Rombongan itu segera menyusuri kawasan kawasan yang mereka kira rara santang lalui. Sepanjang perjalanan Walangsungsang tidak merasa tenang. Apa yang dikatakan kepada keluarga nya nanti?

Sementara itu, sebuah hutan yang jauh dari posisi Walangsungsang. Putri cantik yang tengah memenuhi pikiran Walangsungsang itu tengah duduk manis menatap seorang lelaki tampan gagah rupawan walaupun tampan gagah rupawan lelaki itu tidak sebanding dengan ayahanda, raka, dan rayi.

"Apa kau baik baik saja? Untung saja aku menemukan mu" Ujar lelaki itu. Rara santang hanya diam sambil membuang pandangannya saat lelaki yang memakai baju dengan hiasan batik itu menatap dalam matanya.

"Kau baik baik saja? Aku bertanya padamu?" Ulang lelaki itu. Dari tatapan dan cara bicaranya, jelas bahwa lelaki ini sangat tulus .

"Aku baik baik saja"

"Aku akan mengantarkan dirimu pulang. Tidak baik kau melintasi hutan saat hari mulai gelap" Ujar lelaki itu sambil duduk disamping rara santang. Melihat perlakuannya, rara santang segera menggeser tempat duduk nya agar tidak begitu dekat dengan lelaki asing itu.

Yudhakara tak paham maksud gadis manis yang ditemuinya di perbatasan hutan tadi. terlebih saat rara santang menggeser duduk nya. Yudhakara pun langsung kembali merapat pada rara santang.

Rara santang kembali menjauh. Dirinya risih dengan lelaki sok akrab yang kini kembali mendekat padanya. Akhirnya rara santang berdiri dari duduknya. Menjauh dari lelaki asing itu.

"Kau jangan berani berani berbuat macam macam dengan ku, lelaki asing!" Tegas rara santang sambil menatap tajam yudhakara. Yudhakara yang ditatap tajam segera mengalihkan pandangannya. Ntah mengapa perasaan takut segera menyelimuti hatinya.

KIAN SANTANG  ||• Padjadjaran Dengan Ceritanya•|| Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang