°T E R S E S A T°

206 45 5
                                    

Sore ini angin berhembus lebih lembut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sore ini angin berhembus lebih lembut. Menerbangkan rambut panjang Rara santang perlahan. Gadis yang menyabet gelar putri siliwangi itu melewati beberapa perkampungan dengan senyum yang tidak pernah redup.

Senja begitu indah terukir dari langit barat padjajaran. Aura jingganya menyorot kelompok berkuda kecil yang tengah menyusuri perkampungan rakyat.

Rara santang terus membawa kudanya dengan sedikit cepat yang langsung di cegat oleh Walangsungsang yang khawatir.

"Nyimas, jangan terburu buru. Kita sedang melihat kondisi rakyat, bukan mengejar penjahat..." Ujar Walangsungsang mengingatkan adik perempuan nya itu agar tidak begitu terburu buru menunggangi kudanya.

"Iya raka iya... Aku tau raka.." Ujar Rara santang untuk kesekian kalinya. Ntah mengapa dalam patroli sore ini Walangsungsang begitu banyak memperingatkan ini dan itu. Biasanya Walangsungsang membiarkan adiknya lalu mengingatkan seperlunya saja.

Namun kali ini, rasanya yang merupakan putra mahkota padjajaran itu terlalu mencemaskan dirinya.

Rara santang hanya banyak bersabar sepanjang perjalanan karna kata kata itu mungkin sudah ribuan kali di dengar oleh Rara santang selama perjalanannya itu.

Harusnya, patroli Walangsungsang sore ini di temani oleh kian santang, namun karna ada beberapa masalah,akhirnya Rara santang yang ikut menemani rakanya mengunjungi rakyat.

Rara santang lalu memperhatikan rakanya turun dari kudanya. Dengan segera Rara santang juga turun dari kuda, lalu segera menyerahkan tali kuda nya kepada prajurit yang ikut dalam rombongan nya.

"Apa kabar paman" Sapaan lembut sulung subang larang itu benar benar membuat lawan bicaranya terkejut untuk sementara.setelah tau siapa yang menyapa nya, lelaki itu Segera menunduk dengan menyatukan kedua tangannya di depan dada sebagai bentuk penghormatan kepada calon penerus tahta itu, sang lelaki yang disapa paman itu segera menjawab pertanyaan raden yang teramat sangat tampan itu.

"Keadaan hamba baik baik saja raden" Ujar lelaki itu setelah berdiri dari duduknya.

"Lalu apa yang menyebabkan dirimu menangis paman?" Tanya Walangsungsang. Pertanyaan itu sukses membuat pria itu kembali meneteskan air mata.

"Ada apa paman?apa yang terjadi?" Tanya Walangsungsang yang menyergit heran saat lelaki itu kembali menangis.

"Putra hamba raden.."

"Ada apa dengan putramu paman? , apakah putramu sedang sakit?"Tanya Walangsungsang yang di balas anggukan oleh sang paman. Netra nya basah oleh air mata. Walangsungsang paham bagaimana perasaannya seorang ayah saat melihat anaknya sedang tidak baik baik saja.

"Benar raden. Putraku sudah beberapa hari ini sakit dan aku tidak memeiliki uang untuk membawanya pada tabib desa raden"

Hati Walangsungsang sedikit nyeri mendengarkan itu. Padahal, laporan senopati selalu mengatakan bahwa rakyat dalam kondisi baik dan sejahtera namun apa yang di lihatnya sekarang, pria paruh baya ini sedang tidak memiliki uang dan tidak bisa mengantar anaknya pergi berobat.

KIAN SANTANG  ||• Padjadjaran Dengan Ceritanya•|| Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang