°A P A A K U S A L A H ?°

207 30 4
                                    

"Putraku kian santang! Putraku! PUTRAKU!"

ketring manik dengan tangan gemetar menarik kian santang kedalam pelukannya. Nafas kian santang pelan, tidak teratur dan sangat lambat. Sesekali seperti susah menarik nafas.

"Y-yunda..."

"Ini ibunda putraku. Jangan membuat ibunda takut"

"Y-yunda..."

Suara lirih itu membuat tangis ketring manik pecah. Tadi ketring manik baru saja memarahi beberapa prajurit yang diam tak melakukan apapun setelah melihat peristiwa tragis itu.

"Cepat bawakan tandu dan tolong putraku! Bawa dia ke ruang pengobatan. DASAR PRAJURIT BUTA!. APA KALIAN TIDAK MELIHAT DARAH INI! CEPAT AMBILKAN TANDU!"

Jubah tidur berwarna dongker itu sudah basah oleh darah. Gaun tidur ketring manik juga di penuhi darah.

Kian santang susah menarik nafas. Tangan kian santang mulai dingin. Ketring manik semakin panik.

"Tidak ada yang mengizinkan kau mati pagi ini putraku"

"Kau tidak boleh mati!"

"TIDAK BOLEH!"

ketring manik menangis tersedu sedu. Mencium penuh sayang pipi kian santang yang juga terkena cipratan darahnya sendiri.

"S-sakit..."

Air mata keluar dari netranya yang sendu.

"Tahan sebentar putraku. Sebentar saja..."

Kian santang memejamkan matanya. Menarik nafas saja susah.

Mata indah itu terbuka kembali. Menatap kosong langit langit istana yang megah.

Pangeran tampan itu, apakah akan mati di rumahnya sendiri?

Setelah nya, kian santang sudah tidak mengetahuinya lagi. Disaat ketring manik berteriak kalap saat para prajurit membawa cepat tandu itu menuju ruang pengobatan. Disaat ketring manik kembali berteriak marah kenapa dirinya tak diperbolehkan masuk kedalam ruang pengobatan.

Kian santang menutup matanya sempurna.

Lelah, istirahat sebentar mungkin sangat dibutuhkan kian santang sebentar.

Dan kita tidak tahu arti kata 'sebentar' di dalam versi kian santang.

»»---->

Sore hari, Rara santang menatap indahnya pesona matahari tenggelam di ufuk barat. Senyumnya manis. Sangat manis dan begitu mempesona.

"Aku paham kenapa rayi ku kian santang suka sekali menatap senja. Ternyata seindah ini"

Deg

Mengapa hatinya jadi berdebar aneh ketika menyebutkan adiknya? Kian santang?.

Kilasan ketika tadi pagi dirinyalah yang menusuk adiknya kembali berputar. Kini pedang bidadari itu telah kembali kepadanya. Terletak di sudut ruangan.

Mata Rara santang berair sebentar. Lalu dengan cepat Rara santang menghapus air mata itu sebelum jatuh membasahi pipinya.

"Tidak tidak tidak. Rayi--maksudku kian santang memang harus menerima hal itu. Ayahanda hampir saja kehilangan nyawa karna anak bodoh itu!"

Kejadian tadi pagi itu, sungguh diluar dugaan siapapun.

"AYAHANDA!"

subang larang telah menangis terisak isak di samping tubuh lemas tak sadarkan diri itu. Suaminya, siliwangi.

Disisi lain. Ketring manik terkejut bukan main. Mengapa suaminya, yang jelas jelas mereka tadi malam tidur bersama, pagi ini telah dalam kondisi pingsan. Belum diketahui sebab pastinya.

KIAN SANTANG  ||• Padjadjaran Dengan Ceritanya•|| Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang