21-Korban Kejailan

2K 285 37
                                    

“Bro, lo gabut nggak?” Hegar menyembulkan kepala dari balik pintu kamar Keenan. Dilihatnya, adiknya itu sedang bersiap untuk melakukan hobinya. Sebagai atlet renang, Keenan memang akan selalu meluangkan waktu melakukan olahraga itu.

Sementara Hegar, lelaki itu sedang bosan dengan kehidupannya. Ia butuh mengalihkan pikirannya dari segala hal tentang matematika. Di saat-saat seperti ini, ia akan mendekati Keenan untuk mengajaknya bersekutu. Memang mereka hanya akan satu frekuensi jika itu menyangkut ide-ide jail di luar nalar.

“Gue mau renang.”

“Nah, kebetulan. Kita ajakin Zay, gimana?”

“Ck, males lah gue. Jangan ganggu dulu, sebulan lagi gue lomba.”

Hegar kini sudah sepenuhnya masuk ke kamar Keenan. “Kita belum ospek tuh anak dari kemarin. Hayuklah, biar seru.”

“Nggak inget, waktu itu Ayah bilang apa? Nggak usah macem-macem, deh.” Masih jelas terngiang dalam ingatan Keenan saat sang ayah mewanti-wanti mereka untuk bersikap baik pada Zay. Kali ini, ia tak berani melanggar karena terus-terusan teringat wajah serius Gatra saat mengucapkannya.

“Halah, Ayah doang takut lo. Gue janji ini nggak akan gimana-gimana. Cuma seru-seruan doang.”

“Ya udahlah, serah lo. Intinya detik ini juga gue mau renang.” Keenan keluar. Ia memang punya jurus khusus untuk membuat Hegar berhenti merecokinya, yaitu dengan mengiakan apa pun yang Hegar mau meski nanti tak berjalan seperti semestinya.

“Okey.” Hegar menunggu sampai Keenan mungkin sudah masuk ke kolam renang. Ia kemudian segera mencari Zay di kamarnya. Lelaki itu langsung masuk karena kamar Zay memang tak sepenuhnya tertutup. Zay tampak sedang sibuk merapikan barang-barang dalam lemarinya. Rajin sekali.

“Zay!”

Zay terlonjak kaget ketika suara bernada tinggi itu menyapa pendengaran. Ia menoleh ke belakang dan mendapati Hegar telah berdiri di ambang pintu. “Apa?”

“Bantu gue tolongin Keenan, dia tenggelem di kolam.”

“Hah? Kok bisa?” Zay langsung panik. Wajah Hegar yang terlihat sama paniknya membuat ia tak sadar jika lelaki itu sedang berbohong. Zay segera berlari keluar dan bahkan sampai lebih dulu di kolam renang sebelum Hegar.

“Keenan?” Zay memanggil Keenan yang berada di ujung kolam. Anak itu tampak baik-baik saja, membuat kening Zay seketika berkerut. Belum sempat ia menyingkir untuk menuntut penjelasan Hegar, sebuah tangan lebih dulu mendorongnya dari belakang, membuat Zay yang berada di pinggir kolam seketika tercebur ke dalamnya.

“Mandi mandi, udah sore!” Hegar---si pelaku---kini ikut menceburkan diri ke dalam kolam, bergabung dengan dua laki-laki lain yang sudah lebih dulu basah.

“Hegar! Kamu bohongin saya?” sentak Zay selagi mengusap wajahnya yang penuh air. Bahkan beberapa air telah masuk ke hidungnya, sebab ia tak punya persiapan untuk tercebur mendadak seperti ini.

Hegar tertawa melihat hidung Zay yang memerah. Ia puas sekali bisa mengerjai lelaki itu. “Seger, ‘kan? Woy, Keenan, sini lo!” Hegar memanggil Keenan dan adiknya itu tampak berenang ogah-ogahan mendekatinya.

“Apaan sih? Kalian ganggu gue banget, anjir.”

“Sok sibuk banget lu. Ini gue mau bikin hidup kalian lebih berwarna, nggak usah pada protes! Gimana kalau kita main kuis? Tapi jangan kuis MTK, muak gue. Lo setuju kan, Zay?”

“Enggak, saya nggak suka main air.” Zay segera menepi, berniat untuk naik. Namun, Hegar justru menarik kedua kaki Zay hingga ia tertarik mundur dengan wajahnya yang kembali tenggelam dalam air untuk sekian detik.

Se(lara)s✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang