Kayshila merenggangkan tubuhnya yang terasa kaku,pukul 16.10 sudah seharian dia mengurus perbaikan laporan keuangan. Bahkan bukan hanya hari ini, sudah tiga hari terakhir dia berkutat dengan laporan yang sama.
"Lita, ini tolong di kasih kasih ke pak Daffin ya, sama tolong bilang, laporan yang terakhir saya serahin nanti malem lewat email" perintahnya.
Seperti biasa Lita mengangguk dan bergegas tanpa banyak bicara. Waktunya pulang, tapi dia sudah memiliki janji menonton film. Dan seperti telah di atur, ponselnya berdering, menampakkan nama Grizelle di layarnya.
"Jadi gak nontonnya?" Sepertinya keluarga besar Daffa memiliki kebiasaan tidak menyapa saat telepon.
"Jemput gue di kantor, nanti pulangnya anterin ke rumahnya Daffa." Jawab Kayshila. Mobilnya masih disana.
"Macet Shila, Lo berangkat sendiri aja deh, nanti pulangnya gue anterin." Protes Grizelle, galeri nya cukup jauh dari kantor Kayshila.
"Berdua aja kan kita?" Tanya Kayshila memastikan plan mereka
"Kata siapa berdua, kakak adek tersayang kita ikut, mereka denger waktu kita telpon dan maksa ikut" jawab Grizelle, sepertinya dia juga malas.
"Gue bosen ketemu mereka deh, pengen girls time sama Lo doang, pindah tempat yuk!" balas Kayshila.Tanpa Kayshila sadari, sedari tadi Daffin sudah ada di ruangannya, mendengarkan percakapannya dengan Grizelle dari awal.
"Oh, Lo bosen ketemu gue?" Satunya setelah kalimat terakhir Kayshila.Kayshila menelan ludahnya sendiri, dia segera mematikan telponnya. Grizelle pun tertawa keras di seberang sana, menertawakan Kayshila yang harus menghadapi Daffin dan segala protesnya.
"Jokes Fin, Lo kayak gak tau aja gue kalo ngomong suka sembarangan" jawab Kayshila nyengir. Berharap pembahasan ini tidak menjadi panjang
"Lo gak beneran bosen kan sama gue?"tanya Daffin serius.Kayshila tertegun sejenak, ia mengira Daffin akan marah dan merajuk. Ia tidak menyangka kalau respon Daffin akan serius seperti ini.
"Gak ada Fin, gue gak pernah bosen sama Lo, Daffa ataupun Grizelle. Lo kan tau gue sulit temenan, gak mungkin gue bosen sama temen gue yang emang gak banyak itu kan?" Balas Kayshila serius juga.Daffin menghela nafas."yaudah kalo gitu, ayo berangkat, Grizelle udah nunggu sama Daffa" ajaknya.
"Katanya elo bawa motor?" Tanya Kayshila menahan tangan Daffin yang hendak menarik tangannya.
"Iya, emang kenapa, Lo kayak gak pernah bonceng gue aja?" Balas Daffin heran.
"Bukannya gitu Fin, pertama, gue pake sepan pendek, kedua, terlalu mecolok kalo gue bonceng elo di depan karyawan-karyawan Lo yang lagi nunggu di lobi" jawab Kayshila.Daffin tersenyum tipis, Kayshila tidak paham antara Daffin menahan senyumnya atau mengejeknya. "Tenang aja, mereka semua udah tau kalo Lo temen gue, kita mampir dulu ke butik seberang, beli celana" jawabnya.
Kayshila akhirnya mengangguk meskipun sedikit berat, toh dia tidak punya pilihan lain, taksi juga akan memakan waktu.
Daffin segera pergi menuju tempat parkir dan Kayshila menuju lobi. Tidak lama kemudian Daffin sudah berhenti di depan Kayshila yang memang menunggu di depan pintu lobi.
Tidak dapat di pungkiri kalau banyak mata yang memandang iri ke arahnya. Persis seperti di kantor pusat, ketika ia menumpang pada Daffa. Tidak heran juga hal itu terjadi, siapa yang tidak menyukai orang dengan spesifikasi Langka seperti kakak beradik itu. Tampan, kaya dan ulet. Untungnya Kayshila mengenal mereka sebelum mereka sukses seperti sekarang.
Daffin menyerahkan helm pada Kayshila, dia selalu menyiapkan cadangan helm di basement. Kemudian dia melepas jaketnya, -entah sejak kapan cowok itu mengganti jasnya- dan menutupkannya pada paha Kayshila yang terbuka.
"Gak usah beli celana deh, pake ini aja" ujar Kayshila ketika sudah duduk nyaman di boncengan Daffin.
"Pegangan, gue mau ngebut" balas Daffin yang berakibat tabokan di punggungnya.
"Gak usah ngebut-ngebut, Lo gak pake jaket, nanti sakit." Ucap Kayshila yang pastinya tidak di hiraukan oleh Daffin.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boss My Friend
RomanceDi usianya yang mulai menginjak 30-an, cinta bukan lagi prioritas utama bagi Kayshila, dia memilih untuk realistis menjalani hidup. Ketika sahabatnya menawarkan sebuah hubungan realistis, dia memilih menjalaninya Tapi di tengah jalannya dalam memili...