Suasana ruang rapat itu begitu kondusif. Entah bagaimana ceritanya dia bisa ikut duduk di perusahaan agensi dari seorang Shion Nohara. Calon brand ambasador yang beberapa hari ini diurus Ratna. Sedangkan si empunya nama masih belum menampakkan diri karena kesibukannya. Dan segala keputusan di serahkan kepada CEO dan managernya.
Ketika hendak berangkat, Ratna datang ke ruangan Kayshila dan menyeret cewek itu ikut dengannya. Terlalu canggung pergi berdua dengan pak Daffin. Begitulah kira-kira kalimatnya.
"Baik saya harap kerjasama pertama kita ini berjalan lancar" ucap Ratna bangkit dari tempat duduknya, disusul Daffin. Membuat Kayshila harus kembali fokus dan mengikuti pergerakan kedua orang di sampingnya.
"Sebentar lagi Shion datang, apa tidak sebaiknya kita saling menyapa terlebih dahulu?" Balas CEO agensi, tapi tetap menyambut uluran tangan Ratna yang di susul Kayshila dan Daffin.
"Mungkin lain kali pak, kami harus segera kembali, masih banyak urusan yang harus di selesaikan" balas Daffin ketika berjabat tangan.Kayshila menyadari bahwa dirinya meaningless. Sedari tadi dia hanya diam, mengikuti Ratna dan Daffin. Bahkan dia tidak berbicara sama sekali selama meeting, hanya senyum formalitas. Tapi tidak mungkin dia protes. Daffin bosnya, apalagi dengan adanya Ratna, tidak mungkin dia bersikap semena-mena pada bosnya.
"Kak Daffin?" Panggil seseorang membuat ketiga orang yang sedang berjalan bersama serentak menoleh. Jarang sekali mereka bertemu orang lain yang memanggil Daffin kecuali teman-temannya.
Seorang cewek cantik di dampingi beberapa pria mendekat. Shion Nohara, tersenyum kepada Daffin seakan-akan mereka sudah saling mengenal.
Daffin berusaha mengingat apakah dia pernah bertemu dengan cewek yang kini sudah berdiri di hadapannya.
"Ak adek tingkat kakak dulu di kampus. Masa' kakak gak inget? Dulu kita cukup Deket loh" lanjut Shion.Daffa akhirnya tersenyum setelah perjuangannya mengingat. "Ara kan?" Tanyanya memastikan.
"Akhirnya inget juga" ucap Shion senang, cewek itu segera memeluk Daffin dan mencium pipi kanan dan kiri cowok itu tanpa canggung. Mungkin mereka benar-benar dekat atau hanya Shion yang memang se-friendly itu.
Kayshila sedikit kaget, dia tidak tahu kalau Daffin pernah sekampus dengan Shion. Apalagi akrab dengan artis itu.
"Kita ngobrol dulu yuk kak" ajak Shion setelah menyapa Kayshila dan Ratna. Cewek itu sepertinya benar-benar baik. "Di depan ada cafe, makanannya enak banget, aku yang traktir" lanjutnya ketika Daffin masih terlihat berfikir dan menoleh pada Kayshila dan Ratna, meminta persetujuan dua bawahannya itu.
Kayshila dan Ratna kompak memalingkan wajah, tidak mau menggantikan Daffin mengambil keputusan.
"Oke, kita ngobrol dulu" jawab Daffin akhirnya.
"maaf sekali pak, saya tidak bisa ikut, masih ada meeting dengan EO buat Prescon lusa" saut Ratna bahkan sebelum mereka beranjak. Dan segera pergi dari tempat itu tanpa menunggu persetujuan Daffin.Daffin segera mengikuti langkah Shion, cewek itu berjalan sendiri tanpa pengawalnya sejak ia berbicara dengan Daffin. Sedangkan Kayshila hanya mengikuti langkah kedua orang di depannya. Kalau saja tidak sedang bekerja, dia pasti sudah kabur jauh-jauh.
Kayshila bukan orang bodoh, bahkan ia terlampau pintar untuk memahami kalau Shion tertarik pada Daffin.
Mereka duduk di salah satu sudut kafe, cukup terpencil dan sama sekali tidak terlihat dari jalan. Pantas saja Shion dengan santainya duduk di sini tanpa penyamaran apapun.
"Kak Daffin mau pesen apa?" Tanya Shion ketika sudah memegang buku menu.
"Kalau kakak?"lanjut Shion menoleh pada Kayshila yang memang sedari tadi hanya diam. "Eh gak papa kan aku panggil kakak? Umur kakak gak jau beda sama kak Daffin kan?"
"Gak papa, panggil kakak aja" balas Kayshila yang memang tidak keberatan dengan panggilan apapun. " aku vanilla latte aja" lanjutnya.
"Aku pesen strawberry smoothie" lanjut Shion. Membiarkan pelayan mencatat pesanan mereka bertiga.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Boss My Friend
RomanceDi usianya yang mulai menginjak 30-an, cinta bukan lagi prioritas utama bagi Kayshila, dia memilih untuk realistis menjalani hidup. Ketika sahabatnya menawarkan sebuah hubungan realistis, dia memilih menjalaninya Tapi di tengah jalannya dalam memili...