Pukul tujuh pagi, Kayshila sudah siap untuk pergi ke kantor, awalnya dia berniat berangkat lebih pagi dari biasanya, tapi Daffin memaksa untuk menjemputnya, jadilah dia berangkat sama dengan jam kerja bosnya, dia juga ingat kalau mobilnya masih di rumah cowok itu.
Barusan dia menerima pesan kalau Daffin sudah menunggu di parkiran, tidak mau masuk walaupun hanya ke lobi.
"Ready for your first day?" Sambut Daffin ketika Kayshila sudah sempurna duduk di sebelahnya.
"Sangat siap dong pak Daffin" Jawab Kayshila sudah siap dengan sabuk pengamannya.Suasana di dalam mobil itu mulai sunyi, entah mengapa, biasanya mereka tidak pernah kehabisan bahan pembicaraan.
"Lo jangan terlalu formal sama gue,"ucap Daffin memecah keheningan
"Gak bisa dong, Lo bos gue di kantor,gue bawahan Lo" balas Kayshila
"Tapi gue juga temen Lo, pasti canggung banget kalo gue harus ngomong formal sama Lo," jawab Daffin masih mempertahankan pendapatnya
"Lama-lama Lo pasti terbiasa, buktinya gue sama Daffa bisa" balas Kayshila lagi, masih tidak mau menuruti Daffin
"Gue bukan Daffa yang bisa ngimbangin elo" ucap Daffin lagi," atau setidaknya kalo kita lagi berdua, atau rapat informal elo bisa tetep jadi temen gue"lanjutnya masih berusaha bernegosiasi
"Gak bisa Fin, itu udah peraturan gak tertulis di hidup gue, membedakan antara kerja sama enggak"
"Ayo dong Shil, gue bener-bener gak bisa" ucap Daffin, kali ini setengah memohonKayshila menoleh ke arah Daffin, memandang wajah memohon cowok itu meskipun cowok itu memandang ke arah jalan di depannya
"Oke, kalo lagi bener-bener berdua, kalo ada orang lain elo harus tetep memperlakukan gue kayak bawahan Lo!" Putus Kayshila akhirnya, dia akan mencoba sesuatu yang tidak pernah di lakukannya selama bekerja dengan Daffa.Daffin tersenyum samar, akhirnya ia berhasil membujuk Kayshila yang keras. "Oke, kalo lagi berdua"
Beberapa saat kemudian mereka sampai di lobi perusahaan. Mereka di sambut oleh petugas valet yang sudah siaga.
"Dia sekertaris kamu." Ucap Daffin pada Kayshila seraya menunjuk pada salah satu dari dua wanita yang sedang berdiri di depan pintu lobi.
"Lita, tolong antarkan Bu Shila ke ruangannya ya, kamu sudah tahu kan jabatannya?" Ucap Daffin pada wanita itu.
"Baik pak,""Oke Shila, saya mau langsung ke ruangan, kalo ada perlu, kamu ke ruangan saya saja." Ucap Daffin kemudian pergi dengan wanita yang satunya lagi, yang ber-nametag Maya.
"Mari Bu Shila,saya tunjukkan ruangan ibu, saya sekertaris ibu mulai sekarang" sapa cewek yang di ketahui bernama Lita
Kayshila tersenyum sembari mengikuti langkah Lita yang memimpin.
Lantai 7, lantai yang sama dengan ruangan Daffin. Sepertinya jabatannya cukup tinggi, sedari dulu Daffin tidak pernah memberi tahu apa jabatannya, begitu pula Daffa. Sampai mereka sampai di sebuah ruangan yang cukup besar. Lita mempersilahkan Kayshila masuk, sedangkan dirinya sudah duduk di kursi sekertaris.
Kayshila tertegun sejenak melihat jabatan yang tertulis di mejanya.... CFO... dia tidak menyangka kalau ada memberinya jabatan setinggi ini.
"Lita, ruangan pak Daffin dimana ya?" Tanyanya.
"Mari Bu, saya antar kalau ibu mau kesana" jawab Lita ramah,
"Enggak perlu, kasih tau aja di sebelah mana ruangannya" tahan Kayshila karena Lita sudah mau beranjak dari tempat duduknya.
"Ibu ikuti saja koridor ini, nanti di ujung belok kanan, di situ ruangan pak Daffin"
Jelas Lita ramah, sepertinya kekhawatiran Kayshila terhadap lingkungan kerja baru berangsur-angsur menghilang,
"Terima kasih, tolong laporan keuangan satu tahun terakhir di taruh di meja ya,"
"Baik Bu"Mengikuti arahan Lita, Kayshila menemukan ruangan yang sepertinya dua kalo lipat lebih luas dari ruangannya. Dia juga melihat Maya sedang duduk di tempatnya.
"Bu Shila, ada perlu dengan pak Daffin?" Sapanya, Kayshila tersenyum, "saya di beri pesan oleh pak Daffin kalau Bu Shila datang, di suruh langsung masuk, tidak perlu lapor ke saya dahulu" lanjutnya
![](https://img.wattpad.com/cover/336711475-288-k598411.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boss My Friend
Любовные романыDi usianya yang mulai menginjak 30-an, cinta bukan lagi prioritas utama bagi Kayshila, dia memilih untuk realistis menjalani hidup. Ketika sahabatnya menawarkan sebuah hubungan realistis, dia memilih menjalaninya Tapi di tengah jalannya dalam memili...