Daffin berjalan ke arah ruangan Kayshila. Berniat mengajak temannya itu makan siang bersama.
"Bu Shila ada kan?" Tanyanya pada Lita yang sedang sibuk dengan komputernya di balik meja sekertaris.Lita sontak menoleh dan berdiri mengetahui Daffin yang berdiri di depannya. "Bu Shila sedang sakit pak, tadi pagi sudah mengirim email izin. Saya juga sudah mengirimkannya pada bapak" jawab Lita.
Daffin teringat ucapan cewek itu beberapa hari yang lalu. Pasti tamu bulanan itu. Kayshila selalu kesakitan pada hari pertama
"Oh, saya belum cek email, makasih" balas Daffin kemudian berlalu dari hadapan Lita yang kembali sibuk mem-backup Pekerjaan Kayshila yang masih banyak.Begitu sampai di ruangannya, Daffin segera bertanya pada sekertarisnya"May, schedule saya hari ini apa aja?"
Maya membuka buku catatan yang selalu di bawanya kemanapun. "Nanti siang ada rapat dengan divisi marketing dan masih banyak data yang harus bapak awasi untuk beberapa hari ini"
"Nanti rapat kamu gantiin saya, materinya ada di kamu kan?" Tanya Daffin yang di balas anggukan oleh Maya. Lalu dengan cekatan wanita itu mulai mencatat. "Nanti data-data yang penting kamu kirim lewat email. Saya harus pulang, ada urusan"
"Baik pak" balas Maya tanpa banyak protes. Daffin selalu puas dengan kinerja Maya. Tidak rugi dia 'mencuri' wanita itu disaat dia di sia-siakan oleh perusahaan saingan.
Daffin segera mengambil laptop dan kunci mobilnya. Lalu segera pergi dari ruangannya.
___________________________
Daffin memencet bel rumah Kayshila beberapa kali. Sebenarnya bisa saja dia langsung masuk, toh dia juga tau sandi rumah cewek itu. Tapi mereka memiliki perjanjian tentang privasi yang tidak mungkin di langgarnya.
Tidak lama kemudian terdengar suara kunci di putar.
"Katanya Lo masih meeting?" Tanya Kayshila sebelum ia melihat siapa yang datang.
"Siapa rapat?" Balas Daffin yang langsung masuk ke dalam tanpa di persilahkan.
"Gue kira Daffa yang Dateng, tadi gue telpon katanya masih meeting" balas Kayshila mengikuti langkah Daffin.Daffin melangkah menuju dapur tanpa canggung. Mengeluarkan benda-benda dari beberapa kantong yang di bawanya, sedangkan Kayshila meringkuk di sofa dan hanya memperhatikan Daffin yang sedang sibuk.
"Gue beliin Lo pizza, sama minuman yang biasa Lo minum pas dapet sama pengompres buat perut Lo"
Ucap Daffin seraya menyerahkan pengompres perut yang langsung di peluk oleh Kayshila. Kemudian cowok itu kembali untuk mengambil pizza dan minum untuk mereka berdua.
"Lo gak ada jadwal ?" Tanya Kayshila sambil mencomot sepotong pizza.
"Gak ada yang penting juga." Balas Daffin juga mengambil sepotong pizza. "Tadi gue nyariin Lo. Kata Lita Lo izin, gue inget kalo waktu itu Lo bilang mau dapet, jadi gue kesini" lanjutnya.Kayshila hanya mengangguk seraya menikmati potongan kedua pizzanya.
"Habis ini tidur lagi aja. Udah minum obat kan?" Ucap Daffin.
Lagi-lagi Kayshila hanya mengangguk.Beberapa saat kemudian Kayshila merebahkan dirinya dan mulai memejamkan mata.
"Gak mau tidur di kamar aja Shil?" Tanya Daffin dari dapur karena cowok itu sedang mencuci piring.
"Udah enak disini. Kalo nanti udah selesai, kabarin Daffa kalo Lo udah kesini, dia gak usah" balas Kayshila sudah memejamkan mata.
"Oke, gue mau balik ke kantor. Lo tidur aja, gue bisa keluar sendiri" ucap Daffin selanjutnya. Sedangkan Kayshila hanya tersenyum dalam pejaman matanya.____________________________
Pukul 16.05, Kayshila terbangun dari tidurnya dengan kondisi yang cukup nyaman. Perutnya juga sudah tidak terasa sakit. Betapa kagetnya dia melihat Daffa tertidur duduk di depannya. Masih dengan pakaian kantor lengkap.
Seakan merasa di perhatikan, cowok itu membuka matanya dan tersenyum.
"Gak di kabarin Daffin?" Tanya Kayshila
"Di kabarin, tapi gue mau mastiin sendiri, Lo kan pacar gue" balas Daffa. Dan Kayshila memalingkan wajah ketika Daffa menyebut hal itu, dia masih tidak terbiasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boss My Friend
RomanceDi usianya yang mulai menginjak 30-an, cinta bukan lagi prioritas utama bagi Kayshila, dia memilih untuk realistis menjalani hidup. Ketika sahabatnya menawarkan sebuah hubungan realistis, dia memilih menjalaninya Tapi di tengah jalannya dalam memili...