Kayshila merenggangkan tubuhnya setelah mengerjakan laporan yang cukup panjang, belum lagi dia harus membantu Ratna untuk mempersiapkan Prescon yang sebentar lagi akan di gelar untuk memperkenalkan Shion sebagai the first brand ambasador.
Dia juga masih harus menyerahkan laporan keuangan event kali ini. Kayshila memang menghandle semuanya sendiri di saat timnya ia tugaskan untuk meriset data keuangan perusahaan pusat.
"Pak Daffin ada?" Tanyanya pada Maya yang sedang duduk fokus pada komputernya. Meskipun Daffin selalu menyuruhnya langsung masuk, Kayshila tidak nyaman, ia merasa mengabaikan pekerjaan Maya.
"Pak Daffin sedang keluar Bu, tadi beliau berpesan untuk menitipkan berkas apapun pada saya" balas Maya yang di angguki Kayshila.Dia juga segera menyerahkan map berisi laporan yang di bawanya. "Kalo boleh tau, pak Daffin pergi kemana ya?" Tanyanya kemudian.
"Pak Daffin sedang menjemput Shion untuk acara sebentar lagi" jawab Maya.
"Emang dari pihak event organizer nya gak ada penjemputan atau dari pihak agensi Shion? Kok pak Daffin sendiri yang jemput" tanyanya lagi. Jarang sekali Daffin mau repot untuk acara-acara seperti ini.
"Setahu saya tadi pak Daffin sempat di telpon oleh Shion secara pribadi, dan berencana makan siang bersama sebelum acara" jawab Maya lagi."Oh gitu, kamu udah makan siang?" Tanya Kayshila, kali ini mencomot sembarang topik.
"Belum Bu" jawabnya.
"Mau makan bareng gak? Sama yang lain juga" ajak Kayshila mengingat janjinya dengan Ratna dan dia bisa sekalian mengajak Lita.
"Boleh Bu, di kantin kan?" Balas Maya, kali ini dia mulai merapikan pekerjaannya.Mereka berjalan menuju kantin, Kayshila sudah mengirim pesan pada Ratna dan Lita agar mereka segera bergabung.
Uniknya kantor milik Daffin ini, hanya ada satu menu yang di jual perharinya. Dan setiap hari tidak pernah ada menu yang sama. Kali ini hanya ada menu sate ayam Madura, acar mentimun dan sayur kangkung. Mereka bahkan tidak perlu membayar untuk makanan itu.
"Nanti gue minta tolong Lo cek katering buat jurnalis yang Dateng" ujar Ratna di tengah suasana makan siang.
"Oke, biar gue sama Lita yang handle" balas Kayshila.Entah sejak kapan Kayshila merasa nyaman berbicara informal di kantor, padahal dulu dia sangat anti dengan hal seperti itu, dia menganggap hal itu dapat mengurangi profesionalitas dalam bekerja. Tapi akhir-akhir ini dia lebih suka berbicara informal dengan Ratna, apalagi mereka dulu seangkatan ketika masuk di perusahaan pusat.
Perhatian Kayshila teralih pada ponselnya yang berdenting, satu pesan masuk dari Daffa.
Sibuk?Baru saja Kayshila hendak membalas pesan itu, ponselnya berdering, telpon dari orang yang sama.
"Gue menyimpulkan elo gak lagi sibuk, karena pesan gue langsung Lo baca" ucap Daffa bahkan sebelum Kayshila menyapa.
"Kenapa?" Tanyanya, tidak mungkin Daffa menelponnya jika tidak ada apa-apa. Daffa bukan tipe penelpon iseng.
"Nanti pulang gue jemput ya" balas Daffa.
"Ngapain?" Tanya Kayshila lagi.
"Main billiar yuk, udah lama kita gak main berdua" jawab Daffa.
"Kirim aja alamatnya, nanti gue kesana. Gausah jemput gue, gue bawa mobil" balas Kayshila kemudian.
"Lo gak lupa kan kalo gue pacar Lo? Jangan samain gue sama sahabat Lo yang dulu" protes Daffa.Kayshila tertawa "iya, jemput gue deh, mobil gue gimana?" Tanyanya kemudian
"Nanti gue kesana sama supir kantor, mobil Lo biar di anterin ke apart, Lo pulang sama gue" jelas Daffa kemudian, seperti sudah menyiapkan jawaban untuk kalimat Kayshila sedari tadi.
"Oke, see you" putus Kayshila akhirnya segera mematikan sambungan teleponnya bahkan sebelum Daffa menjawab.Kayshila tidak menyadari bahwa sedari tadi tiga pasang mata memandangnya dengan penasaran.
"Pacar Lo?" Akhirnya pertanyaan itu keluar dari mulut Ratna. Karena Lita dan Maya tidak mungkin bertanya seperti itu. Mereka belum sedekat itu.
Kayshila nyengir. "No comment" ucapnya yang di cibir Ratna.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boss My Friend
RomansDi usianya yang mulai menginjak 30-an, cinta bukan lagi prioritas utama bagi Kayshila, dia memilih untuk realistis menjalani hidup. Ketika sahabatnya menawarkan sebuah hubungan realistis, dia memilih menjalaninya Tapi di tengah jalannya dalam memili...