Ruangan luas itu lengang sejenak setelah seluruh staff meninggalkan ruangan begitu rapat selesai, meninggalkan dua orang. Sang Lelaki dengan jabatan tertinggi dan salah satu bawahannya.
"Kamu beneran gapapa di pindah ke kantor cabang?" Tanya si Lelaki yang tidak lain adalah Direktur utama salah satu perusahaan elektronik raksasa di dunia itu."Iya pak, saya siap di pindah tugaskan di perusahaan cabang" Jawab perempuan yang menjabat sebagai Accounting Manager
"Enggak, masalahnya kamu udah menjabat jadi accounting manager itu sebelum saya menjabat sebagai direktur, kamu beneran gak masalah dengan itu?" Tanya sang direktur yang bernama Daffa Adelard.
"Saya benar-benar tidak masalah pak, toh disana saya bukannya turun jabatan, saya akan membantu langsung kinerja pak Daffin sebelum di nyatakan layak menjadi direktur pelaksana di kantor pusat" jawab sang wanita dengan mantap, "kalau begitu saya permisi dulu pak Daffa, masih ada beberapa laporan yang harus saya serahkan ke bapak hari ini juga."
Wanita itu beranjak meninggalkan Daffa yang masih belum beranjak dari tempatnya
"Kayshila tunggu!" Panggilnya, membuat sang empunya nama menoleh"Iya pak?"
"Kamu langsung ke ruangan saya aja, saya butuh laporan keuangan tiga hari terakhir secara mendetail"
"Baik pak, saya akan mengambil laporannya di ruangan saya"Kayshila Zanita,saat ini menjabat sebagai accounting manager untuk the Andrew's, salah satu perusahaan elektronik yang sudah mengepakkan sayapnya sampai luar negeri. Wanita berusia akhir 20-an yang cerdas dan cekatan, membuatnya selalu di andalkan oleh atasannya, hal itu yang membuat Daffa sedikit berat melepasnya untuk pindah ke kantor cabang. Tapi sayangnya itu adalah keputusan terakhir papanya sebelum melepaskan jabatannya satu tahun yang lalu, Daffa sudah sebisa mungkin mengulur waktu, tapi kantor cabang sangat membutuhkan kemampuannya, apalagi sang adik Daffin Giovanni yang tergolong baru mencoba jabatan tinggi di kantor cabang.
Suara ketukan pintu membuyarkan ingatan Daffa tentang Kayshila. Jarang sekali ada staff yang mengatuk pintu ruangannya langsung tanpa lapor kepada sekertarisnya terlebih dahulu, hanya staff-staff kepercayaannya saja yang dapat melakukannya.
"Selamat sore pak, ini laporan yang bapak minta, sekalian saya mau izin pulang terlebih dahulu, jadi bapak jangan mencari saya" ucapnya sambil menyerahkan beberapa map
"Tugas-tugas kamu sudah kamu jelaskan ke pengganti kamu?"
"Sudah pak,"jawabnya.
"Nanti kalo ada masalah yang kiranya sedikit sulit, kamu jangan sungkan lapor ke saya, saya titip Daffin ke kamu"
"Baik pak, berhubung ini adalah hari terakhir saya, saya mau berterima kasih kepada bapak, karena beberapa tahun ini bapak menjadi atasan yang baik, bapak juga banyak membantu saya, saya gak akan melupakan kebaikan-kebaikan bapak selama ini"
"Saya juga berterima kasih karena kamu juga menjadi staff yang gak banyak protes, dan sabar menghadapi saya"Kayshila maju dan mengulurkan tangan kepada Daffa,"senang bekerja dengan bapak" ucapnya tulus.
Daffa tersenyum membalas jabatan tangan Kayshila dengan tulus.
___________________________
Daffa tersenyum membaca pesan yang baru sampai di handphone nya, dari salah satu teman dekatnya
Lo gak mau bolos kerja buat nemenin gue main billiard gitu, atau minimal traktir gue makan?Daffa tidak membalasnya, melainkan segera memencet tombol panggil.
"Gue masih kerja, nanti pulang jam 8" ucapnya begitu telpon di angkat.
"Yaudah deh, gue main sama adek Lo dulu aja, sama yang lain juga" balasnya
"Main di rumah gue apa di tempat lain?"
"Gue nemu tempat lain yang seru, nanti kalo Lo udah pulang gue sharelock," jawab perempuan itu yang tidak lain adalah Kayshila.Begitulah Kayshila, sangat pandai memisahkan urusan pribadi dan pekerjaan, tidak seorang pun staff perusahaan yang tau kalau dirinya dan Daffa adalah teman sejak SMA. Dia selalu menjunjung tinggi profesionalitas.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boss My Friend
RomanceDi usianya yang mulai menginjak 30-an, cinta bukan lagi prioritas utama bagi Kayshila, dia memilih untuk realistis menjalani hidup. Ketika sahabatnya menawarkan sebuah hubungan realistis, dia memilih menjalaninya Tapi di tengah jalannya dalam memili...