Happy Reading!
•••
Setelah kelasnya usai, Haikal dan Rezvan langsung membereskan peralatan yang berserakan di meja, setelahnya mereka melenggang keluar kelas.
"Lo mau kemana dulu?" tanya Haikal saat mereka sudah berjalan santai di koridor fakultas Musik.
"Gue mau ke kelas si Caka," jawab Rezvan seraya membuka lock screen ponselnya.
"Oke, gue duluan ya!" pamit Haikal berjalan santai ke arah barat, yang membuat dahi Rezvan mengernyit saat melihat kemana langkah Haikal pergi.
"Mau kemana lo? Setahu gue fakultas bisnis bukan ke arah sana deh, apa udah pindah?" tanya Rezvan menghentikan langkah Haikal.
Haikal membalikkan tubuhnya. "Gue bukan mau ke fakultas si Julian, tapi mau ke fakultas ayang gue, dia kan ada di fakultas Hukum. Dah ah, gue pergi, bye!" Haikal kembali membalikkan tubuhnya, dan melangkahkan kakinya sedikit cepat. Meninggalkan Rezvan yang saat ini masih berdiam diri di tempat, menatap pada Haikal dengan pandangan rumit.
"Bingung gue gimana cara jelasinnya," gumamnya sedikit tidak tenang. Tak ingin terlalu terpikirkan, Rezvan lantas kembali berjalan ke arah tujuan semula, ke kelas Caka yang letaknya tepat di ujung fakultas Musik.
Kita kembali ke Haikal, saat ini dirinya sudah hampir sampai di fakultas Hukum.
"Eh kalian, apa kabar?" tanya Haikal saat langkahnya di cegat oleh tiga orang perempuan yang dirinya ketahui merupakan sahabat Anin sejak SMA. Mereka Karina, Gisel dan Wenda.
"Kita baik," jawab Wenda mewakili kedua sahabatnya. "Kalau lo? Apa kabar Kal," lanjutnya bertanya.
Haikal tersenyum. "Alhamdulillah, gue baik! Sangat-sangat baik malah," balasnya masih menampilkan senyumannya.
"Syukurlah," gumam Gisel yang hanya di dengar oleh kedua sahabatnya yang memang berdiri di sisi kanan dan kirinya.
"Mau kemana lo?" tanya Karina saat melihat Haikal berada di sekitaran fakultas Hukum, tumben sekali.
"Oh ini, gue mau ke kelasnya Anin," jawab Haikal yang mendapatkan tatapan bingung dari ketiga perempuan dihadapannya. "Kalian gak tahu ya kalau Anin kuliah disini? Anin gak kasih tahu kalian emang?" lanjutnya saat melihat tatapan bingung ketiganya.
For your information, Karina, Gisel dan Winda berada di fakultas Seni, yang dimana gedung fakultasnya terletak bersebelahan dengan fakultas Hukum.
"Kok bisa?" tanya Winda tanpa sadar masih merasa kebingungan.
"Ya bisalah, udah ah gue pergi dulu. Nanti gue kasih tahu ke Anin deh kalau kalian juga kuliah di sini." Haikal kembali melangkahkan kakinya.
•••
"Kita mau kemana nih?" tanya Anin saat keduanya berjalan ke arah parkiran universitas.
"Ada, ke suatu tempat. Kamu pasti suka," jawab Haikal tersenyum sok misterius sembari merangkul bahu sempit Anin
Mata Anin menyipit, dirinya menatap pada Haikal penuh kecurigaan. "Kamu kenapa sih? Kok jadi sok misterius gitu? Jangan-jangan kamu mau bawa aku ke tempat yang gelap ya? Terus kamu bekap aku pakai sapu tangan sampai pingsan, atau kamu suntik aku. Terus nanti semua organ tubuh aku kamu ambil, terus kamu ju---"
Hap
Haikal membekap mulut Anin yang tak berhenti berbicara dengan tangan kanannya. "Apasih, pikiran kamu serem banget. Lagian aku itu pacar kamu, gak mungkinlah aku lakuin hal sekeji itu." Haikal menggelengkan kepala dengan pemikiran ekstrim Anin.
Anin melepaskan bekapan tersebut, dirinya cengengesan tak jelas. "Habisnya kamu sok misterius gitu sih," balasnya yang hanya dibalas acakan pelan pada rambut panjangnya.
"Enggaklah, aku gak setega itu. Saran aku, kamu kurang-kurangin deh baca novel genre misteri atau fantasi gitu."
"Nanti deh aku coba, tapi aku gak janji bakal berhenti ya." Anin kembali menampilkan cengiran khasnya.
"Ya ampun sayang, kok kamu gemesin banget sih!" pekik Haikal mencubit pelan dan menarik kedua pipi Anin berlawanan arah.
"Ish, kamu jangan tarik-tarik pipi aku gitu dong, kalau melar gimana?" Anin menampilkan raut kesalnya.
"Ya kalau melar kamu jadi tambah imut dong Yang," jawab Haikal enteng, yang mana malah mendapatkan tabokan bertubi-tubi dan penuh cinta dari Anin di bahu tegapnya.
"Eh enggak, aku bercanda," ucap Haikal mencoba menghindar dari jangkauan tangan Anin. "Sakit atuh Yang," lanjutnya memelas.
"Makanya gak usah rese," balasnya mendekati Haikal, dan mengusap lembut bahu sang pacar dengan lembut. "Masih sakit gak?"
Haikal tersenyum lembut, dirinya menggelengkan kepalanya. "Enggak, kan udah di obatin sama usapan lembut tangan kamu," jawabnya.
Anin yang melihat tatapan serta senyuman lembut dari Haikal langsung menundukkan kepalanya, ia merasa malu sekaligus senang.
"Lucu banget sih pacar gue," gumam Haikal disertai kekehan pelan seraya merangkul kembali bahu Anin, yang membuat Anin semakin menundukkan kepalanya.
Saat keduanya sudah berada di area parkiran. Haikal langsung memberikan helm cadangan yang sering dirinya bawa pada Anin, yang tentu saja langsung Anin terima dengan senang hati.
"Udah siap?" tanya Haikal menengok ke arah jok belakang.
Anin mengangguk, dirinya berteriak, "Let's go!"
•••
TBC
[19/07/2023]

KAMU SEDANG MEMBACA
MONOLOG ✓
Fanfiction[Short Story] - [END] Chandra Haikal Dirgantara, itu nama panjangnya. Pemuda yang saat ini menduduki bangku perkuliahan semester empat ini adalah salah satu orang yang tergabung dalam sebuah band musik 'CandC' dengan kakak, teman dan adik teman Haik...