Happy Reading!
•••
Pukul sepuluh pagi, Haikal sudah siap dengan pakaian berpergiannya. Hanya skinny jeans ripped dipadukan dengan hoodie hitam yang membalut tubuhnya, serta didalam hoodienya dia hanya menggenakan kaus setengah lengan.
Saat ini dirinya, Julian dan Mahesa sedang melakukan sarapan pagi bersama di sebuah meja makan di apartemen ketiganya, walau bisa dikatakan telat juga jika dibilang sarapan.
"Udah rapi aja lo, mau kemana?" tanya Julian yang masih mengenakan kaos longgar juga celana bokser, wajahnya juga terlihat pucat dan kuyu khas bangun tidur.
"Iya, gak biasanya kalau hari Minggu lo keluar apartemen. Biasanya lo itu paling malas kalau harus berpergian di hari libur," sahut Mahesa seraya mengoleskan selai kacang pada roti tawarnya.
Haikal meminum satu teguk air putih yang sempat dirinya ambil. Meletakkan kembali gelas tersebut di tempat semula. "Hari ini gue mau ketemuan sama Anin," jawabnya menuntaskan rasa penasaran Julian dan Mahesa.
Kunyahan yang sedang dilakukan Julian sempat terhenti, begitupula dengan gerakan tangan Mahesa yang masih mengoles selai.
Haikal memperhatikan keterdiaman kedua abangnya. "Kalian kenapa sih? Setiap gue ngomongin Anin pasti kayak kaget, apalagi lo Ju, lo dari semalem kayak gitu."
Julian mendengus. "Apasih Kal, masa gue harus jingkrak-jingkrak heboh plus seneng pas tahu Anin pulang ke Indonesia gitu? Itu kan bukan urusan gue."
"Gak juga sih, tapi aneh aja," balas Haikal mengedikkan bahunya acuh.
"Udah ah, masih pagi, jangan berantem. Lanjutin sarapan lo berdua!" Mahesa meneguk habis kopi latte yang tersisa. "Gue mau ke kamar dulu. Ada kerjaan dikit!"
"Kerja mulu lo Bang. Sama Kak Kinan-nya kapan? Di putusin baru tahu rasa lo," cibir Haikal merasa jengah dengan sifat abangnya yang satu ini.
"Gak akan," balas Mahesa. "lagian dia itu udah secinta itu sama gue, mana mungkin dia berani mutusin gue, kayak mantan lo itu," lanjutnya penuh keyakinan. Diiringi dengan ejekan di akhir kalimatnya.
"Cih, lihat aja nanti," gumam Haikal merasa kesal.
Sebelum pergi, Mahesa menyempatkan diri untuk memberikan senyum jahilnya saat melihat raut kesal si bungsu.
Setelah selesai dengan sarapannya, Haikal berdiri. Menyimpan gelas bekasnya di westafel dan langsung melenggang pergi setelah berpamitan pada Julian yang masih asik mengunyah rotinya.
"Ini gue ditinggal sendiri gitu?" tanya Julian pada dirinya sendiri.
•••
Haikal berhenti sejenak saat sudah sampai di basement apartemen untuk mengambil motornya. Dia melihat Yoshua yang terlihat kesusahan membawa kardus-kardus yang ukurannya cukup besar, seorang diri.
Haikal melihat pada arloji ditangannya. "Gue bantuin dulu deh, lagian ini masih setengah sebelas. Janjinya kan jam sebelas," gumamnya menghampiri Yoshua.
"Sini gue bantuin, mau dibawa kemana?" tanyanya seraya mengambil dua kardus yang menghalangi pandangan Yoshua pada jalan.
"Eh gak usah Kal, sini kasih lagi ke gue!" cegah Yoshua namun Haikal malah sedikit menjauh sambil memeluk dua kardus yang diambilnya.
"Udah gak papa, gue bantu. Biar cepet kelar. Mau dibawa kemana?" ucap Haikal.
"Gak ngerepotin emang?" tanya Yoshua tak enak. Saat melihat balasan dari Haikal yang menggeleng dirinya kembali bersuara, "Bawa ke ujung sana aja dulu. Nanti ada beberapa temen gue yang bakalan bantuin gue ngangkut kardusnya ke unit gue."
"Isinya apaan sih? Bukan narkoba kan?" tanya Haikal penasaran.
Yoshua mendelik, menatap kembaran teman sefakultasnya itu. "Bukanlah, yakali anjir gue gunain narkoba. Ini itu isinya segala peralatan dan pernak-pernik buat nanti acara kampus yang bakalan gue bawa ke kampus Minggu depan. Tadinya barang-barangnya mau di simpan di rumah ketua BEM universitas kita. Tapi karena jauh dari kampus, ya gue sebagai anggota yang baik nawarin diri buat nampung ini semua di apartemen gue," jelasnya panjang lebar.
"Cih, makin kelihatan ambisnya lo," ledek Haikal seraya menyimpan kardusnya ke tempat yang tadi di tunjuk Yoshua.
"Biasa aja ah, kalau rumah Kak Hugo gak jauh, mana mungkin gue mau repot-repot bawa ini barang-barang. Tapi sekali lagi, karena gue baik ya gue bantuin ketua gue." Yoshua itu paling tidak suka disebut si ambis karena kenyataannya tidaklah seperti itu.
By the way, Hugo adalah ketua BEM di kampusnya Yoshua dan Haikal.
"Iya deh orang baik." Haikal mengangguk mengiyakan karena Yoshua memang orang baik. "Gue pamit ya ya!"
"Mau kemana lo? Tumben," tanya Yoshua kepo.
"Ketemu Anin! Bye, gue duluan."
"MAKASIH!" pekik Yoshua yang hanya dibalas dengan acungan jempol oleh Haikal.
Yoshua memperhatikan motor yang dikendarai Haikal mulai keluar basement, sesaat kemudian dahinya mengernyit saat tersadar sesuatu. "Tadi dia bilang mau ketemu Anin? Gak salah denger kan gue?"
•••
Setelah menempuh waktu setengah jam, disinilah Haikal sekarang. Disebuah taman yang dulu pernah menjadi saksi awal percintaannya dengan Anin, mantannya. Tahun lalu.
Haikal menduduki kursi putih yang memang disediakan oleh warga setempat. Nayanikanya memperhatikan sekelilingnya dengan seksama.
Tak berubah, empat kursi panjang putih yang letaknya masih sama, sebuah kolam ikan kecil yang disekelilingnya dipenuhi batu-batu kerikil berwarna-warni yang terletak di tengah-tengah, ditengah kolam tersebut terdapat patung air mancur kecil berbentuk putri duyung yang airnya tentu mengalir ke kolam ikan buatan itu.
Di sisi lainnya terdapat tanaman bunga seruni yang memenuhi area taman, juga sebuah pohon besar yang berada dibelakang kursi yang saat ini dirinya duduki, nampak asri dan hijau.
semuanya masih sama, seperti satu tahun lalu, masih sama seperti rasa cintanya pada Anin yang masih menggunung, tak berkurang sedikitpun. Katakan Haikal gagal move on, karena kenyataannya memang seperti itu, ia tak bisa menyangkalnya.
Sedangkan asyik-asyiknya memperhatikan banyaknya ikan-ikan kecil yang berenang kesana-kemari mengelilingi area kolam, sebuah tepukan dari sebelahnya membuat Haikal menoleh.
Matanya terpaku pada seseorang yang saat ini sudah terduduk disebelahnya sembari menatapnya dengan sebuah senyuman yang mampu membuat jantung Haikal berpacu dengan cepat, hanya karena senyuman itu.
Disebelahnya beneran Anin kah? Kenapa makin cantik saja? Ditambah dengan senyuman menawannya yang masih melekat di bibirnya.
"Hai Haikal!"
•••
TBC
[11/06/2023]

KAMU SEDANG MEMBACA
MONOLOG ✓
Fanfic[Short Story] - [END] Chandra Haikal Dirgantara, itu nama panjangnya. Pemuda yang saat ini menduduki bangku perkuliahan semester empat ini adalah salah satu orang yang tergabung dalam sebuah band musik 'CandC' dengan kakak, teman dan adik teman Haik...