Chapter 05

151 17 0
                                    

Happy Reading!

•••

"Yakin di anterin sampai sini? Gak mau terusin aja sampai rumah?" Haikal bertanya pada sang kekasih saat mereka sudah sampai tepat di depan sebuah gang komplek perumahan tempat Anin tinggal.

Anin mengangguk meyakinkan. "Iya, lagian tinggal jalan kaki sedikit, aku udah sampai rumah. Katanya kamu ada kumpulan bareng sahabat-sahabat kamu kan? Sana! Takutnya telat!"

Mau tidak mau Haikal mengiyakan. "Yaudah, aku pergi!"

"Iya, hati-hati sayang!" ucap Anin seraya memberikan senyuman manisnya, tak lupa mengecup pipi kanan Haikal, lalu setelahnya berlari memasuki komplek.

Sedangkan Haikal terdiam mematung. Dirinya dipanggil sayang, dapat senyuman manis, plus dapat kecupan pula. Ah, benar-benar hari Minggu yang menyenangkan. Pokoknya Haikal akan terus mengingat terus hari ini di otaknya.

"Anjir, jantung gue jadi tempat diskotik dadakan, jedag-jedug gini," gumam Haikal saat merasakan debaran hebat di dadanya.

Haikal menoleh ke arah gang komplek perumahan yang dimasuki Anin. Saat tak melihat Anin di pandangannya, Haikal lantas kembali mengenakan helm fullface yang sempat dirinya lepaskan dari kepalanya. Setelahnya mulai melajukan motornya ke basecamp tempat dirinya dan para sahabatnya sering berkumpul.

Selepas kepergian Haikal, ada seseorang keluar dari gang, orang itu sempat melihat Haikal.

"Ngapain dia ke komplek sini?" gumamnya seraya mengernyitkan kening.

•••

Haikal menepikan motornya, saat sudah sampai di halaman depan sebuah rumah berlantai satu, yang merupakan basecamp tempat Haikal bersama teman-temannya berkumpul.

Basecamp tempat mereka berkumpul saat ini merupakan sebuah rumah kosong yang Haikal dan Julian temukan dulu saat masa akhir SMA. Dulu keduanya tak sengaja menemukannya saat mereka sedang menghindari kejaran polisi yang sedang memburu para siswa yang terlibat tawuran.

Dulunya rumah ini terlihat kotor juga disinggahi sarang laba-laba, sebab sudah sekitar tiga tahun tak terpakai dan menjadi terbengkalai, karena yang mempunyai rumah sudah pindah keluar kota.  Namun, Julian dan Haikal membersihkan dan mengecat kembali tembok-tembok rumah yang sudah terlihat mengelupas. Bahkan keduanya meminta kepada papa mereka agar mengizinkan rumah tersebut kembali di aliri listrik.

Dulunya mereka pikir pasti rumah ini akan terpakai untuk suatu hal, dan ternyata memang benar adanya. Tempat ini kini dijadikan basecamp juga tempat CandC band bermusik.

Haikal bergegas memasuki rumah tersebut, dilihatnya Rezvan yang sedang bermain ponsel sembari menyender pada senderan sofa, ada juga Juna yang menjadikan paha Rezvan sebagai bantalan untuk dirinya tidur.

Di sofa sebelah ada Naren yang juga sama-sama sedang bermain ponsel. Sedangkan tepat dibawah kakinya ada Caka yang sedang menyenderkan kepalanya pada kedua kaki Naren yang menjuntai.

Dahi Haikal mengerut dalam. "Ini ceritanya kalian lagi tukeran Adek atau gimana nih?" tanyanya bingung.

"Enggak mau deh gue tukeran Adek, gue lebih baik punya Adek se bego Juna, daripada harus punya Adek se cerewet dan se berisik Caka," jawab Naren penuh candaan tanpa mengalihkan pandangannya dari ponsel dalam genggaman.

Caka yang mendengar langsung memukul kaki Naren kencang. "Tega banget lo Bang sama gue," ucapnya tak terima dikatai berisik juga cerewet.

Rezvan melemparkan bantal sofa yang berada disebelahnya pada wajah Naren. "Gitu-gitu juga dia saudara gue monyet!" umpat Rezvan membela Caka.

"Emang paling cocok kalian saudaraan. Soalnya sama-sama suka lakuin kekerasan," gumam Naren mengusap wajahnya yang terkena lemparan bantal.

Haikal menggelengkan kepala melihat tingkah sahabatnya. Dirinya berjalan menghampiri, bergegas menduduki sofa yang kosong.

"Habis darimana dulu lo?" tanya Rezvan saat Haikal sudah menyamankan diri dengan posisi duduknya.

"Nganterin ayang beb pulang dulu dong," jawab Haikal, terselip nada bangga dalam ucapan itu.

"Lho, lo punya pacar kok gak kasih tahu kita. Kapan-kapan kenalin lah Bang ke kita," ucap Caka sembari bangun dari posisi bersadarnya.

"Gak perlu kenalan kali, orang kalian udah kenal sama orangnya," balas Haikal santai.

"Siapa emang?" tanya Naren.

"Anin."

"APA?!" teriak ketiga pemuda itu bersamaan, membuat Juna yang sedang tertidur langsung terbangun.

"LO BALIKAN SAMA DIA? GIMANA CARANYA?" tanya Rezvan ngegas.

"Kenapa?" tanya Juna pada Caka yang masih belum kembali dari rasa terkejutnya.

Saat tersadar, Caka langsung menjawab, "Bang Haikal balikan sama Kak Anin."

"Hah?" Apa ini? Baru saja terbangun dari tidur, dirinya masih linglung, Juna sudah diberi berita yang mengejutkan, makin tambah linglung lah dia. Bagaimana bisa? pikirnya.

"Ya gak gimana-gimana. Sejujurnya nih ya gue sama dia ternyata masih sama-sama saling suka, jadi ya gue ajak aja dia balikan."

Ceklek

Suara pintu mengalihkan pandangan mereka. Di daun pintu ada Julian dan Yoshua yang kini mulai berjalan menghampiri mereka, sedangkan dibelakang ada Saveri dan Selio yang mengikutinya.

"Wih, bawa apaan tuh?" tanya Haikal saat melihat kantong kresek putih yang lumayan besar dalam genggaman kakak kembarnya.

"Tahu crispy, jamur tiram crispy sama cimol. Sisanya cemilan ringan," jelas Julian menyimpan kresek tersebut diatas meja.

Caka, Naren dan Haikal langsung membuka kresek tersebut dan mulai mencomoti tahu crispy yang terasa masih hangat itu.

Jika bertanya, siapa Saveri dan Selio? Keduanya merupakan teman Julian dan Haikal semasa SMA yang dipertemukan kembali di universitas yang sama dengan jurusan yang berbeda.

"Terus itu, kresek yang di tangan Bang Saveri isinya apa?" tanya Juna.

"Oh ini, minuman isotonik sama air mineral." Saveri meletakkan kresek tersebut ke meja.

Juna yang memang merasa kehausan lantas mengambil satu minuman isotonik, membuka segelnya, lalu menegaknya hingga tersisa setengah.

"Kalian kemana aja nih? Jarang banget sekarang ikut kumpul?" tanya Haikal pada Saveri dan Selio.

"Gue selama beberapa hari ini jadi babu di rumah, Mama sama Papa gue lagi dinas ke luar kota, sedangkan pembantu di rumah pulang kampung, karena anaknya sakit. Jadi mau gak mau gue harus jaga rumah sekalian ngebersihin juga tiap hari," jelas Selio

"Yaelah, rumah lo gak perlu di jaga juga kali Lio, disana kan ada satpam. Gunanya satpam kan buat ngejaga rumah biar gak kemalingan, terus ngapain harus sama lo dijaganya?"

"Sebenarnya gue lagi dapet hukuman juga dari Mama sama Papa karena gak sengaja rusakin mobil Papa Minggu lalu, hehe." Di akhir ucapannya Selio memberikan cengirannya.

Semua yang disana kecuali Selio langsung menggelengkan kepala tak habis pikir.

"Kalau lo Ri, kemana? Baru muncul lagi." Kali ini Rezvan yang bertanya.

"Selama beberapa hari cafe tempat gue kerja Alhamdulillah dipenuhi pembeli, jadi jam kerja gue ditambah sampai malam. Kalau malam mau kumpul, gue selalu ngerasa capek, makanya langsung istirahat."

Penjelasan dari Saveri membuat semua yang mendengar mengangguk mengerti.

•••

TBC

[17/06/2023]

MONOLOG ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang