Chapter 13

137 15 0
                                    

Happy Reading!

••••

“Anjir, kesel banget.”

“Ini semua gara-gara Bang Julian gue jadi gak bisa masuk kelasnya Pak Yudi.”

“Awas aja kalau ketemu di istirahat nanti.”

“Habis lo Bang sama gue.”

Gerutuan itu bersumber dari Haikal yang saat ini sedang melangkahkan kakinya menuju area parkiran kampus. Hendak kembali pulang ke apartemennya. Dan apa yang membuat ia menggerutu seperti itu? Karena tadi saat pagi tidak ada yang membangunkan, membuat ia berakhir telat masuk kelas, dan membuatnya dimarahi salah satu dosen yang saat ini sedang mengajar di fakultasnya.

Sumpah, Haikal kesal sekali. Padahal malamnya ia sudah berpesan pada Julian agar membangunkannya, namun sepertinya Julian tak mengingat pesannya. Bangun-bangun saat melihat jam, ia sudah kesiangan.

Saat akan menyalakan motor kepunyaannya, mata Haikal tak sengaja melihat siluet seseorang yang sepertinya ia kenal. Karena penasaran dan ingin memastikan, Haikal lantas turun dari motornya, kakinya ia langkahkan kearah seseorang yang familiar di matanya itu.

“Lho, Om Tomi?” tanyanya memastikan, membuat lelaki paruh baya bernama Tomi itu mengangguk membenarkan.

“Om ngapain disini? Habis nganterin Anin ya?” lanjutnya bertanya. Membuat Tomi yang merupakan papa kandung Anin langsung menatap Haikal dengan pandangan menyelidik.

“Lho, kamu l---”

“BANG HAIKAL!”

Ucapan Tomi terpotong dengan sebuah teriakan melengking dari arah dalam kampus. Baik Tomi maupun Haikal langsung menoleh.

“Bang, gawat Bang!” rusuh orang tersebut setelah sampai dihadapan Haikal seraya bergerak serampangan.

“Gawat kenapa Cak?” tanya Haikal mencoba menghentikan gerakan serampangan Caka -orang yang ternyata meneriakinya.

“Bang Julian pingsan,” jawab Caka disertai ekspresi khawatir yang terpatri di wajah tampannya.

“HAH?” Tanpa sadar Haikal berteriak. “Sekarang dimana?”

“Di unit kesehatan kampus Bang,” jawab Caka seraya menarik tangan Haikal agar ikut bersamanya. Yang tentu saja langsung ditahan oleh Haikal, sebab dirinya belum berpamitan dengan calon papa mertua, ups! Papa Anin maksudnya.

“Om Tomi, Haikal sama Caka duluan ya. Oh iya, salam buat Tante Ulya, dari Haikal, calon menantunya!” selepas melihat balasan Tomi, Haikal langsung berlari menuju unit kesehatan kampus bersama Caka.

Tomi yang masih terdiam disana kembali mengernyitkan dahi, mencoba mencerna apa yang sebenarnya terjadi.

Kembali ke Haikal dan Caka!

Saat keduanya sudah sampai di unit kesehatan, bukannya menemukan Julian yang terbaring di bangsal, Haikal malah melihat Juna yang sedang bermain game online.

“Cak!” panggil Haikal seraya menatap tajam pada Caka yang saat ini sedang tertawa terbahak-bahak sambil bertepuk tangan, merasa berhasil mengerjai Haikal.

“Haha, kena tipu. Muka lo kalau lagi panik jelek banget Bang,” ucap Caka mencoba meredakan tawanya.

“Cih, mata lo siwer ya? Muka ganteng gue yang kayak Haechan NCT ini lo katain jelek.” Mendengar balasan penuh percaya diri dari Haikal membuat Caka kembali menyemburkan tawanya, begitupula dengan Juna yang sudah ikut bergabung dengan keduanya.

“Anjir, perut gue sakit banget kebanyakan ketawa,” ucap Caka seraya mengusap-usap perutnya pelan.

“Diem lo berdua!” titah Haikal menatap kedua pemuda yang satu tahun lebih muda dibawahnya itu dengan pandangan kesal.

Caka dan Juna mencoba menghentikan tawa mereka. Saat sudah reda, Caka berucap, “Ngomong-ngomong Bang, gue gak siwer tapi peace.”

“Hah?” beo Juna

“Maksudnya?” itu Haikal.

“Suwer.” Caka mengangkat jari telunjuk dan tengahnya. “Suwer, kalau tingkat kepedean lo bikin gue ngakak.”

“Ah, dahlah males. Gara-gara lo, gue jadi gak bisa lama-lama sama calon mertua.” Haikal berjalan mendekati bangsal yang kosong, dan merebahkan tubuhnya disana.

“Calon mertua,” bro Juna. “Siapa?” lanjutnya bertanya pada Caka.

“Papanya Kak Anin,” jawab Caka membuat Juna langsung menoleh pada Haikal yang sudah mulai memejamkan mata. Sepertinya, niatnya untuk pulang kembali ke apartemen, Haikal urungkan. Lebih baik ia numpang tidur saja di sini, hehe.

“Ngapain?” tanya Juna kembali, maklumi saja ia kepo dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan Anin dan Haikal.

“Nggak tahu,” jawab Caka seraya mengedikkan bahunya satu kali. Namun, Juna menyadari satu hal, dan itu membuatnya langsung terdiam tanpa mau memperpanjang.

Berbicara mengenai Caka dan Juna, mengapa mereka bisa berada di unit kesehatan kampus? Kelas keduanya sedang kosong, dikarenakan dosen yang akan mengajar hari ini tiba-tiba saja jatuh sakit. Dan karena bingung mau kemana, keduanya memutuskan unit kesehatan kampus sebagai tempat keduanya bersantai sembari memainkan gawai masing-masing.

•••

“Bang, bangun! Udah jam istirahat nih.” Juna menepuk pipi Haikal beberapa kali, mencoba membangunkan sang empunya nama.

Merasa terganggu, bukannya terbangun, Haikal malah membalikkan posisinya menjadi telungkup, membuat Juna dan Caka yang sejak tadi mencoba membangunkan Haikal mendengus.

“Yaudahlah, kita tinggalin aja. Nanti juga kalau bangun, Bang Haikal pasti nyusul ke kantin,” ucap Caka pada akhirnya.

“Yaudah, yuk!”

Keduanya meninggalkan Haikal yang sedang tertidur sendirian. Tanpa disadari keduanya, setelah keduanya pergi, ada seseorang yang masuk ke dalam.

Orang tersebut berjalan mendekati Haikal, telapak tangannya ia letakkan diatas kepala bersurai hitam itu, lalu mengelusnya dengan pelan. Menikmati momen seperti ini yang jarang orang tersebut lakukan, sebab jika Haikal sudah terbangun, ia merasa gengsi.

Ajaibnya, Haikal langsung terbangun sebab merasakan elusan di kepalanya. Mata Haikal mengerjap beberapa kali, menyesuaikan cahaya yang masuk ke retina matanya. Saat tersadar sepenuhnya, ia langsung terbangun dari posisi telungkupnya.

Saat menoleh kearah kanan, dilihatnya Anin yang sedang tersenyum kecil padanya, membuat Haikal langsung membalas senyuman tersebut.

“Sayang, kamu kok bisa ada di sini?” tanyanya setelah terduduk di pinggiran bangsal, dengan kaki yang menjuntai.

“Ini jam istirahat, aku cari kamu ke fakultas Musik, katanya kamu gak dibolehin masuk sama dosen kamu. Kenapa?”

“Aku bangun kesiangan, pas sampai kampus ternyata kelasnya udah di mulai, makanya dosennya marah, terus kasih aku hukuman gak boleh masuk kelas hari ini, untung kelasku hari ini cuma satu.”

“Kenapa bisa kesiangan?” tanya Anin.

Sebelum menjawab, Haikal menggaruk tengkuknya. “Begadang main game, hehe,” jawabnya disertai cengiran di akhir.

Anin mengangguk mengerti. “Lain kali, gak boleh kesiangan lagi.”

“Siap, tuan putri!” Haikal memberikan gesture hormat pada Anin, membuat keduanya lantas tertawa bersama.

••••

TBC

[28/01/2024]

MONOLOG ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang