Happy Reading!
•••
"Satu tambah satu, sama dengan dua."
"Aku suka kamu, kenapa kamu pilih dia?"
"Lah, gue ngomong apaan sih?"
Omongan random itu terlontar dari mulut Haikal yang saat ini sedang mencuci mangkuk beserta sendok bekas soto yang dirinya beserta kedua kakaknya makan.
Haikal mengubah kata-kata randomnya menjadi sebuah alunan nada juga sebuah bait lirik dari beberapa penyanyi. Seperti 'Tak Segampang itu' milik Anggi Marito
"Tak segampang itu ku mencari penggantimu."
"Tak segampang itu, ku menemukan sosok seperti dirimu cinta."
"Kau tahu bertapa besar cinta yang ku tanamkan padamu."
"Mengapa, kau memilih untuk berpisah?"
Lalu berpindah ke 'Jera' milik Agnes Monica.
"Salam hangat, untuk cintaku."
"Aku yang kandas dan patah hati."
"Biarlah orang, memandang lemah. Aku tak mau bercinta lagi."
"Lah, kok lagunya galau sih. Gue kan lagi happy habis balikan, seharusnya lagunya juga yang vibesnya happy." monolog Haikal.
"Ah bodolah, yang penting happy," lanjutnya disertai senyuman sumringahnya kala teringat pertemuannya dengan Anin di taman tadi siang.
"Beneran gila ya lo? Di basecamp senyum-senyum sendiri. Sekarang malah asik ngomong sendiri." Dari arah belakang Julian langsung melontarkan pertanyaan sarkas.
Haikal yang merasa kesal, sudah selesai dengan cuci piringnya langsung mengibaskan tangannya yang masih basah pada wajah Julian.
"Anjir, basah nih muka gue."
"BODO AMAT!" Haikal berteriak tepat di depan wajah Julian, setelahnya dirinya berlari memasuki kamarnya.
"Kembaran asu!" umpat Julian seraya mengusapi bagian wajahnya yang basah.
•••
Saat ini ketiganya sudah berada di ruang tamu apartemen. Tidak ada yang bersuara, semuanya sibuk dengan benda elektronik masing-masing. Mahesa dengan laptopnya, sedangkan Haikal dan Julian dengan ponsel pintar mereka.
"Asu!" umpat Haikal saat permainannya kalah oleh lawan. Dirinya meletakkan ponselnya ke meja dengan kasar. Netranya beralih menatap pada kakak pertamanya yang begitu konsentrasi dengan laptopnya, entah mengerjakan apa.
"Lo lagi ngerjain apaan sih Bang? Serius banget," tanya Haikal.
Mahesa yang merasa ditanyai mendongak, dirinya menjawab, "Biasa, masalah kerjaan, bos gue ngirimin gue beberapa dokumen yang harus selesai hari ini juga. Soalnya besok bakalan di pakai buat bahan meeting bareng klien."
Haikal mengangguk, sudah biasa dengan abangnya yang warcaholik. Setiap hari kerja tanpa kenal lelah. Bahkan terkadang, di hari Minggu yang seharusnya libur, Mahesa malah harus mengerjakan beberapa pekerjaannya.
"Gak capek lo Bang? Ini kan masih termasuk hari Minggu. Seharusnya lo masih libur?" tanya Haikal.
"Capek, capek banget malah. Tapi, mau gimana lagi Dek. Ini kan emang udah tugas gue sebagai pekerja."
Julian mematikan ponselnya, dirinya ikut bergabung dengan pembicaraan kedua saudaranya. "Kenapa gak pindah ke kantor Papa aja sih Bang?" tanya Julian merasa heran dengan abangnya yang malah memilih bekerja di perusahaan orang lain, ketimbang perusahaan orang tuanya sendiri.
"Gak mau gue, nanti yang ada malah disuruh jadi sekretaris sama Papa, mana pasti nanti langsung masuk tanpa seleksi lagi, gak ada kerja kerasnya sama sekali dong. Enakan gini, jadi staff biasa," jelas Mahesa.
Haikal dan Julian mengangguk. Benar, papa pasti akan memasukkan Mahesa secara langsung tanpa perlu seleksi.
"Tapi Bang, lo gak takut apa?" tanya Haikal mengundang tatapan heran dari Mahesa.
"Takut kenapa?" tanya balik Mahesa penuh kebingungan.
"Lo gak takut Kak Kinan marah? Atau lebih parahnya lagi selingkuh dari lo? Karena lo yang kebanyakan sibuk sama kerjaan lo. Sampai gak ada waktu sama dia."
Mahesa terdiam, benar juga apa yang dikatakan Haikal. Namun, sesaat setelah memikirkan itu dirinya menggeleng. "Kinan gak mungkin selingkuh, dia ngertiin gue kok. Lagian lo gak tahu ya? Kalau Kinan itu udah secinta itu sama gue, jadi mana mungkin dia selingkuh." Ada nada penuh keyakinan di ucapan itu.
"Awas lo Bang kalau Kak Kinan ketahuan selingkuh, lo jangan sampai galau!"
"Gak akan! Kinan gak akan selingkuh dari gue."
"Semoga," ucap Julian yang sejak tadi menyimak pembicaraan keduanya.
•••
Pagi-pagi sekali Haikal dan Julian sudah berada di parkiran universitas. Mereka sedang menunggu sahabat-sahabatnya yang belum datang.
"Woy! Dari tadi kalian?" tanya Yoshua yang datang dengan motor sport merahnya.
"Lima menit yang lalu," jawab Julian yang diangguki Yoshua yang saat ini sedang memakirkan motor dan mematikan mesinnya.
Tak lama, datang satu motor sport lagi, kali ini berwarna hitam metalik. Itu Juna dengan Naren yang berada di boncengan.
"Pagi Bang!" sapa Juna pada ketiga sahabatnya.
"Hm," dehem Julian sebagai balasan, sedangkan Haikal dan Yoshua membalas, "Pagi."
"Kita tungguin si Rezvan sama Caka dulu ya," ucap Haikal yang di angguki semua yang disana.
Enam menit kemudian, sebuah mobil berwarna kuning berhenti tepat dihadapan mereka. Tak lama keluar Rezvan dari kursi samping kemudi, dirinya menyalami satu persatu sahabatnya, sedangkan Caka memilih memakirkan mobilnya di tempat parkiran khusus mobil.
Kini semuanya sudah berkumpul di parkiran, kecuali Selio dan Saveri yang katanya ada kelas sore. Mereka berjalan beriringan menuju aula kampus sambil melontarkan beberapa obrolan.
Saat netranya melihat seorang perempuan yang dikenakannya Haikal bergumam, "Anin ngapain di kampus ini?"
Dirinya berpikir sejenak. Tak lama senyum sumringah terukir di bibirnya. "Jangan-jangan dia sekarang kuliah disini lagi?"
"Gue duluan!" tanpa mendengar balasan dari para sahabatnya, Haikal langsung berlari ke tempat Anin berdiri.
"Kemana tuh si Haikal?" tanya Rezvan bingung.
"Kebelet kali," balas Julian mengedikkan bahunya acuh.
•••
TBC
[25/06/2023]
KAMU SEDANG MEMBACA
MONOLOG ✓
Fanfiction[Short Story] - [END] Chandra Haikal Dirgantara, itu nama panjangnya. Pemuda yang saat ini menduduki bangku perkuliahan semester empat ini adalah salah satu orang yang tergabung dalam sebuah band musik 'CandC' dengan kakak, teman dan adik teman Haik...