Chapter 10

149 17 1
                                    

Happy Reading!

••••

“Kamu masih inget sama tempat ini?”

Sekiranya, itulah pertanyaan yang terlontar dari belah bibir Anin, setelah beberapa menit diisi dengan keheningan, sejak keduanya sampai pada tujuan, lima menit yang lalu.

“Masih dong, sayang,” jawab Haikal santai. “Ini kan tempat yang sering kita kunjungin kalau lagi ada agenda kencan,” jelasnya yang membuat Anin tanpa sadar tersenyum. Dan Haikal menyadari itu.

“Cantik,” celetuk Haikal.

Anin menatap pemandangan di depannya dengan berbinar. Tak lupa ia menyetujui celetukan kekasihnya. “Iya, danau-nya cantik.”

“Bukan danau-nya,” sangkal Haikal cepat.

“Terus apa?” tanya Anin menatap pada Haikal dengan kerutan di keningnya, tanda bingung.

“Kamu,” jawab Haikal disertai senyuman. “Kamu yang cantik,” lanjutnya memperjelas ucapannya.

Plak!

“Apasih, gombal mulu, heran,” ucap Anin setelah menggeplak bahu Haikal main-main. Ia menunduk, mencoba menyembunyikan kesaltingannya.

Dapat Haikal lihat, rona merah samar di kedua pipi Anin. Hal tersebut membuatnya langsung memeluk Anin, sebab merasa gemas.

“Ya ampun, gemes banget!” pekiknya menimbulkan tawa pelan dari Anin.

Berbicara mengenai tempat, saat ini keduanya sedang berada di tepi danau buatan yang dulu sering keduanya kunjungi jika berkencan. Dan sepertinya, mulai saat ini, danau ini akan sering kembali mereka kunjungi, setelah satu tahun keduanya tidak pernah berkunjung ke danau ini.

“Setelah aku pergi waktu itu, kamu sering kesini?” tanya Anin menyamankan posisi duduknya, setelah sebelumnya melepaskan pelukan erat Haikal.

Haikal tak langsung menjawab, ia menyandarkan kepala Anin pada pundaknya. Lagi, lagi Anin kembali tersenyum. Ia memejamkan matanya, menikmati usapan lembut yang Haikal lakukan di puncak kepalanya.

“Enggak, setelah kamu pergi. Aku udah gak pernah lagi ke tempat ini,” jawab Haikal. “Dulu, aku ngiranya kita gak bakalan bersama lagi. Makanya aku mencoba untuk move on dari kamu, dengan cara nggak ngunjungin tempat -tempat yang pernah kita kunjungin.”

“Sekarang, udah bisa move on?” tanya Anin jahil.

“Ya, kamu tahu sendiri lah jawabannya,” jawab Haikal yang membuat keduanya tertawa bersama.

•••

Sebelum adzan Maghrib berkumandang, Haikal sampai di basement apartemennya. Ia melangkahkan kakinya menuju pintu lift, sesekali dirinya menyapa beberapa penjaga apartemen yang sepertinya hendak mengambil wudhu dan melaksanakan shalat Maghrib di mushola yang terletak di basement apartemen tersebut.

Dan tepat saat dirinya sampai pintu masuk, baru terdengarlah suara adzan.

“Alhamdulillah,” gumam Haikal seraya menekan sandi apartemennya.

“Assalamualaikum,” ucap Haikal saat melihat kedua abangnya sudah berada di apartemen.

“Wa’alaikumsalam,” balas kedua abangnya secara serempak.

“lho, Bang Mahes? Tumben udah ada di apartemen aja? Biasanya jam segini masih di kantor.”

Mahesa yang ditanyai lantas menjawab, “Hari ini, kantor lagi nggak sibuk. Makanya di pulanginnya cepet.”

MONOLOG ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang