Chapter 3-Inceran

13 2 0
                                    

"Cocok jadi istri gue." detik itu juga Abell menganga lebar.

"Istri, your head!" Laksa pun terkekeh dengan jawaban Abell. Mungkin sekarang Abell boleh menolak. Tapi lihat saja nanti, dengan keteguhan dan sedikit rayuan pasti bisa melelehkan hati Abell.

"Lihat aja nanti, gue jamin lo yang bakal nempel ke gue." Laksa kembali ke posisi di sebelah Abell kemudian menyenggol lengan gadis itu lalu tertawa pelan.

"Mimpi. Buruan tunjukkin kelasnya dong! Enek gue lama-lama jalan sama lo. Bikin alergi!" oceh Abell sembari mendahului Laksa. Dia tak habis pikir, baru juga sehari di sekolah ini dia sudah bertemu cowok aneh modelan Laksa. Entah siapa lagi nanti.

Laksa dan Abell memasuki kelas XII IPA 2. Kelas yang tadinya ramai karena guru belum masuk seketika hening melihat Laksa membawa seorang cewek. Mereka memandangi dua anak manusia itu lekat-lekat.

Para siswi fokus dengan Laksa yang hobi membuat jantung bergetar hebat, sementara para siswa fokus menatap Abell seperti mendapat mangsa baru. Dan Laksa mengartikan tatapan itu sebagai sirine bahaya. Teman-temannya pasti terpesona dengan Abell.

Ini tak bisa dibiarkan! Enak saja, dia rela menunggu setahun untuk dekat dengan seorang Abell meskipun dia sering icip-icip cewek lain, sih. Tapi dia tidak akan pernah ikhlas jika temannya suka dengan Abell!

"Pandangannya dijaga!" gertak Laksa pada Acid dan Bopak.

"Yahh, kita kalah duluan, Cid." ucap Bopak kemudian menepuk bahu Acid yang masih linglung.

"Oke, kenalin dia Abell pindahan dari SMA Pelita, Bandung."

"Kok elo sih yang ngomong daritadi, Lak!" protes Beno pada Laksa yang tak membiarkan Abell bicara.

"Suka-suka gue dong! Abell aja nggak marah!"

"Siapa bilang?" Abell menatap sengit Laksa. "Kenalin nama gue Audrina Serabelle. Panggil aja Abell."

"Hai Abell."

"Salam kenal."

"Bening banget sih neng! Duduk sama abang sini!" seru Beno menaikturunkan alisnya dan menepuk bangku sebelahnya yang masih kosong.

"Bening-bening! Mau mata lo gue sentil pakai biji salak?" sewot Laksa tak terima.

***

Karena tidak ada jadwal latihan basket dan masih malas untuk bertemu Pak Wawan, Laksa berniat langsung pulang setelah suara bel pulang berdering. Namun ia mengurungkan niatnya karena para sahabatnya sepakat nongkrong di WarKep—Warung Kepo—yang selama setahun ini sudah menjadi basecamp mereka.

Entah apa yang merasuki Mpok Cici saat memilih nama warung. Sampai-sampai membuat banyak remaja bahkan orang awam suudzon ketika pertama kali mendengar namanya. Harap dimaklumi, nafsu remaja apalagi remaja laki-laki itu besar. Termasuk Laksa dan kawan-kawan tentunya. Jadi kalian sudah tahu, kan? Kalau WarKep itu warung biasa bukan warung plus-plus yang bisa membuat orang gelisah alias geli-geli basah.

Laksa turun dari motornya, begitu motor ninja hitam yang menurutnya paling seksi itu terparkir sempurna di antara motor Klx hitam-merah milik Acid dan Crf Bercorak hitam-oranye milik Gathan.

Laksa berjalan santai dari parkiran WarKep. Baju seragam dengan kancing yang terbuka menambah kesan keren pada dirinya. Ditambah tiupan angin membuat bajunya meliuk-liuk menggoda iman. Untung Laksa masih mengenakan kaos dibalik seragamnya. Mana mau dia menunjukkan otot perutnya secara cuma-cuma. Rambutnya pun tak mau kalah, walau sudah setengah basah terkena keringat, namun tetap saja masih bernilai excellent dimata banyak orang, terutama para gadis.

"Heran gue, bisa-bisanya dia tebar pesona di sini. Perawan nyantol kagak, kena damprat lakinya Mpok Cici iya." gumam Bopak yang disambut tawa teman-temannya

"Iya kalau Mpok Cici mau sama playboy kayak dia, Bop."

"Ngapain lo pada ketawa-tawa. Ada yang lucu?" tanya Laksa lalu duduk di samping Gathan.

"Sensi banget sih. Baru dapat tulisan 'coba lagi' di gelas Ale-ale?" canda Acid.

"Ck, Than lo kok nggak bilang sih kalau Abell pindah kesini lagi?!" seru Laksa menggebu-nggebu mengabaikan candaan yang Acid lontarkan.

"Ngapain gue bilang ke lo, Lak?" balas Gathan santai kemudian menyedot susu kotaknya lagi.

"Abell? Anak pindahan dari Bandung yang sekelas sama kita?" Sahut Bopak yang dibalas gumaman oleh Laksa.

"Ya terus hubungannya sama Gathan apa, Lak?" tanya Acid yang tak mengerti permasalahan sebenarnya. Memang Laksa, Gathan, Acid, Bopak, dan Gibran mulai dekat sejak kelas sebelas. Namun beda dengan Laksa yang dari kelas sepuluh sudah ditempatkan di kelas yang sama dengan Gathan. Jadi tak heran jika Laksa saja yang masih mengetahui bahwa Abell adalah kembaran Gathan.

"Gini nih punya otak tapi malas searching. Pasti si Abell itu salah satu mantan lo, kan, Than?" kelakar Bopak dengan sok tahunya.

"Benar, Than?" tanya Acid memastikan. Sedangkan Gathan masih saja menikmati susuk kotaknya hingga titik darah penghabisan. Bahkan kotak susu itu sudah berbunyi daritadi.

"Abell kembaran gue." jelas Gathan lalu melihat Acid dan Bopak yang melongo sedangkan Gibran hanya memandangnya saja. Gibran memang beda dari yang lain.

"What??"

"Sumpah lo?"

Gathan pun hanya mengangguk polos dan melanjutkan menyedot susu kotak yang sudah habis itu.

"Ck, kayak orang susah lo. Beli lagi sana!" Laksa merebut susu kotak Gathan dan menyodorkan uang lima ribu ke arah Gathan. Dia sudah jengkel dengan suara susu kotak ditambah lagi tingkah Gathan yang sok keren itu.

Setelah membeli susu kotak lagi, Gathan kembail duduk di sebelah Laksa. Acid, Bopak, Laksa san Gibran terus saja memperhatikan dirinya.

"Kalian mau susu?" tanya Gathan polos yang dihadiahi geplakan oleh teman-temannya.

"Berarti cewek idaman Laksa udah balik, dong?"sahut Acid sambil memegang dagunya seperti orang berpikir.

"Eh apaan! Gak rela gue kalau Si Abell jadian sama playboy bar-bar modelan dia." seru Gathan sambil menunjuk Laksa dengan sedotan susu kotaknya. Sedangkan yang ditunjuk merengut tak terima.

"Lagian Abell juga belum move on, tuh, dari Bang Bagas." ucapan Gathan yang membuat Laksa langsung menoleh padanya dengan tatapan sulit diartikan.

"Lo semua udah pada gue kasih tahu, kan? Alasan adik gue pindah ke Bandung." lanjut Gathan yang diangguki teman-temannya.

Bopak yang duduk di sebelah Laksa tiba-tiba mengendus-endus di badan Laksa.

"Bop, ngapain, sih?" tanya Acid.

"Bau, Cid."

"Bau apaan dah?"

"Bau-bau hilang harapan." seloroh Bopak yang lagi-lagi membuat semua temannya kecuali Laksa tertawa. Laksa pun semakin geram pada tingkah Bopak. Melihat kekesalan Laksa, Bopak pindah ke sebelah Gibran di depan Laksa.

"Gue tunggu kok, Lak. Gue tunggu transformasi lo dari playboy jadi sad—awwsuu!!" teriak Bopak ketika kotak susu mendarat di jidatnya.

"Rasain setan!" umpat Laksa setelah melempar susu kotak milik Gathan yang masih berisi kepada Bopak. Susu itu pun mengenai rambut bagian depan milik Bopak. Salah sendiri, siapa suruh membuatnya kesal!

"Sialan, rambut gue lepek nih, Lak! Mending kalau kecipratan susu mama muda. Lah ini? Udah susu sapi bukan perahan sendiri lagi!"

***

Bersambung...

The HiddenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang