Chapter 8-Trauma membawa perhatian

7 1 0
                                    


Bel pulang sekolah telah berbunyi, Abell segera memasukkan bukunya lalu bersiap pulang. Bukan hanya fisiknya yang lelah hari ini, namun juga batinnya. Dan itu semua karena Laksa yang sepanjang hari selalu membual. Untung saja saat jam terakhir cowok itu membolos bersama kedua temannya. Jadi Abell masih bisa bernapas lega.

"Bell, nongkrong kuy! Kita belum pernah lho, nongkrong bertiga." ajak Nasya tiba-tiba membuat Abell menghentikan kegiatannya.

"Nongkrong di mana? Ada cogan, gak?" Canda Abell menanggapi.

"Di Cafe Halu aja! Makanannya enak-enak dan biasanya nih banyak cogan nongkrong jam segini. Oh iya, juga bonus dapat feed Instagram karena banyak spot foto di sana." sahut Bora menyarankan lalu diangguki oleh kedua temannya. Abell mengambil ponselnya di tas kemudian mengirim pesan pada Gathan agar pulang duluan.

"Ayo, Sya!" ucapnya sambil memasukkan kembali ponselnya ke tas.

"Ayo!" balas Nasya menggandeng tangan Abell lalu berjalan keluar kelas.

"Heh tungguin gue dong!" teriak Bora yang berlari kecil menghampiri Abell dan Nasya.

"Lama!"

***

"Ra, fotoin gue dong!" pinta Nasya yang menyodorkan ponselnya.

Benar kata Bora . Di Cafe ini banyak sekali anak muda seumuran mereka yang juga sekedar berkumpul dengan teman-temannya. Bangunannya pun didesain ala-ala tumblr yang menjadi favorit anak-anak zaman sekarang.

Abell menyunggingkan senyum tatkala melihat dua temannya begitu antusias. Bisa dikatakan mereka sangat akrab untuk ukuran orang yang baru kenal beberapa hari. Namun Abell tak mempermasalahkan hal itu. Baginya wajar dia bisa secepat itu menerima Nasya dan Bora karena mereka membuat dirinya nyaman.

"Pesanan nomor 25!"

"Bell, nomor kita itu. Tolong ambilin ya? Lo yang paling deket ke sana." ucap Bora disertai cengiran khasnya.

Abell pun mengangguk lalu melangkah menuju meja order. Merasakan ada getaran ponsel di tangannya Abell mengernyit heran. Pasalnya ada nomor tidak dikenal menelponnya. Karena terlalu fokus dengan ponselnya, Abell tak memperhatikan jalan.

Pranggg

"What the hell!" teriak seorang cowok yang baju seragam bagian depannya terkena krim kue. Sontak saja hal itu mengundang perhatian semua orang. Mata Abell membelalak melihat akibat dari kecerobohannya. Buru-buru dia mengambil tissu di meja dan mulai membersihkan baju cowok itu.

"Sorry, gue nggak sengaja." sesal Abell lalu memandang ke arah seragam dengan nametag Mario Mahendra itu.

Cowok itu menepis tangan Abell dan menatapnya marah, "Nggak sengaja lo bilang?!"

"Yo, udah. Dia cewek." bisik cowok lain yang Abell yakini adalah teman Mario Mahendra.

"Gue gak peduli! Sekali salah tetap salah! Dan lo harus tanggung jawab!" bentak Mario mengarahkan jari telunjuknya ke wajah Abell.

"Enggak gitu caranya ngomong sama cewek!" sentak Bora tiba-tiba. Tatapan Bora beralih ke Abell, "Bell, lo nggak papa?"

"Gue nggak papa, Ra."

Mario menautkan alisnya dan memandang Bora dan ujung kepala hingga kaki. dia tersenyum mengejek. Berani juga cewek gempal ini membentaknya. "Nggak usah ikut campur! Ini bukan urusan lo!" Mario menjeda ucapannya, "Dan lo pikir gue bakal nurutin kata-kata lo gitu? jangan sok cantik deh! lihat badan badak lo tuh, pantes nggak ngomong sama gue?"

The HiddenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang