Cermin itu begitu bening, setitik debu pun tak tampak sama sekali. Seorang gadis berbulu mata lentik menatap cermin itu sambil bersenandung. Dirinya begitu cantik dengan rambut dicepol rapi yang membuat wajahnya tampak mempesona, juga badannya yang begitu semampai dengan balutan kebaya kutu baru berwarna pink salem.
Malam ini adalah malam dimana kakak perempuannya bertunangan. Awalnya, dia sedikit terkejut mengingat Asha belum lulus kuliah. Menurutnya hal ini terlalu terburu-buru. Namun sang papi berkata jika perjodohan ini sudah direncanakan saat kedua mempelai masih kecil. Abell pun hanya ber'oh' ria setelah mendengar jawaban Angga, papinya.
Jauh di lubuk hatinya, Abell sedikit lega. Karena masih ada kesempatan untuk kembali bersama Bagas setelah kakaknya itu menjadi milik orang lain yang otomatis tak akan mengganggu jalannya hubungan Bagas dan Abell lagi. Abell juga berencana memaafkan Asha setelah acara ini usai. Ya, sebenarnya Abell juga merindukan masa-masa dimana dirinya bersenda-gurau dengan kakak perempuannya.
"Harus banget, ya, dandan serempong gini? Perasaan yang mau nikah cuma si onoh." rutuk Abell di depan cermin kamarnya. Ketidaknyamanan masih terpatri di wajah cantiknya karena kebaya yang begitu ketat.
"Iya nih. Gue juga gerah. AC kamar lo diproduksi di neraka, ya?" gerutu Gathan sambil mengibas-kibaskan tangannya.
Abell memandang Gathan yang rebahan di kasurnya. Apanya yang gerah? Gathan hanya memakai kemeja batik berlengan pendek.
"Iya, AC gue original dari neraka. Karena gue belinya nyicil, gue buat lo jaminannya. Jadi kalau nggak lunas lo literally masuk neraka. Puas lo!" Abell melangkahkan kakinya untuk keluar kamar. Saudara kembarnya itu selalu saja membuat mood-nya anjlok tiba-tiba. Baru juga mendapat kesenangan beberapa jam yang lalu tapi sudah dibuat jengkel. Dasar kembar sinting!
"Bell, dimana Gathan? Duh, sebentar lagi pasti tamunya datang. Panggil gih! Orang serumah lagi riweuh dia malah nggak nongol!" cerocos Indira yang tak mendapati putranya turun bersama sang putri.
"GATHAN DISURUH TURUN! DASAR KEBO! MOLOR MULU! GAK TAHU DIRI!" teriak Abell sebal dan memaki abangnya itu.
"Abell! Mulut kamu, ya!!" Indira berkacak pinggang sambil mengacung-acungkan tangan memberi peringatan.
"Maaf, Mami." teriak Abell lalu lari menuju ruang tamu.
Saking asyiknya berlari sembari sesekali menatap belakang memastikan maminya tidak mengejar, dia tak sadar jika pintu ruang tamu telah diketuk dari luar. Abell pun masih berlari dan membuka pintu dengan cepat.
"Auww!" pekik Abell yang merasakan tubuhnya menghantam sesuatu di depannya. Abell sedikit mundur dan mengusap keningnya yang terasa sakit. Dengan perasaan sedikit kesal, dia mendongak membuat matanya melebar. Bukan hanya laki-laki itu namun juga keluarganya. Mereka berpakaian sangat rapi. Seperti tamu yang datang dengan kehormatan. Apa ini? Kenapa dia disini?
Apa calon Kak Asha ... batin Abell menebak.
"Adek! Kamu ngapain di situ?" tegur Indira lalu menarik tangan Abell untuk mundur. Sedangkan yang ditarik masih sibuk dengan pikirannya.
"Selamat datang, Sandi, Susan, Nak Bagas." sapa Angga sambil menyalami para tamunya.
"Terima kasih, Ngga. Aduh, udah lama nggak ketemu." balas pria paruh baya bernama Sandi itu.
"Hahaha, iya, terakhir ketemu tahun lalu, ya? Nggak papa, setelah jadi besan kita mancing setiap hari." gurau Angga disambut gelak tawa oleh Sandi.
Angga menepuk bahu Sandi, "Duduk dulu."
Kini mereka semua duduk di sofa ruang tamu. Bahkan Asha, sang bintang malam ini juga sudah hadir dan duduk di antara ayah dan ibunya.
Keluarga si mempelai pria juga suda duduk di hadapan keluarga mempelai wanita. Abell dan Gathan juga disuruh duduk di sofa tambahan, guna menyaksikan kakak tertua mereka dipinang oleh seorang perwira, Kapten Bagas Aji Dewantara.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Hidden
Teen FictionHal yang tak terpikirkan oleh Abell ketika sang ayah menuntut dirinya untuk kembali ke Jakarta disaat dirinya belum sepenuhnya melupakan masa lalu yang meyakitkan. Audrina Serabelle, gadis remaja dengan sejuta perasaan membingungkan dihadapkan pada...