Chapter 10-Suka?

7 1 0
                                    

Pening. Itulah yang Laksa rasakan saat ini. Jika beberapa jam yang lalu dia berharap ada seseorang yang menemani, sekarang ia menyesal dan ingin menarik harapannya tadi.

Bagaimana tidak? Saat ini di ruang rawat Laksa sangatlah gaduh. Acid, Bopak, dan Gathan sedang mabar mobile legend dan saling meneriaki umpatan. Mereka tak memperdulikan Laksa yang bahkan tidak bisa memegang ponsel dengan benar karena salah satu tangannya patah.

"Anjing! Lak, ngapain di telpon sih? AFK nih! Ganggu aja!" gerutu Acid yang marah karena Laksa.

"Maaf, kita kenal? Kalian bertiga siapa, ya? Seenaknya main ke kamar saya. Ini rumah sakit, dan saya butuh ketenangan." Balas Laksa sengit.

"Ciah, gaya amat lu. Tadi siapa yang caper-caper minta ditemenin?" cibir Gathan.

"Tahu tuh. Lo tuh seharusnya bersyukur karena gue udah mau nenenin lo," timpal Bopak yang membuat Laksa memutar bola mata jengah.

"Nemenin goblok! Ngomong aja typo, minta di-upgrade tuh mulut," seru Acid yang menoyor kepala Bopak.

"Sialan, gue AFK! lo sih Cid, naboknya kenceng,"

"Bacot lo pada. Ganggu gue konsentrasi aja." teriak Gathan yang masih heboh dengan game-nya.

Laksa yang merasa tak diperhatikan dengan susah payah mengambil ponselnya di nakas. Dia membuka pengaturan lalu mematikan hostpot pribadinya. Laksa pun tersenyum puas melihat para temannya mulai kesal dan mengumpat.

"Anjir, nge-lag. Lak kenapa dimatiin sih tethering-nya?" protes Gathan.

"Gue lagi puyeng dan lo semua malah enak-enak mabar, mana tetring lagi! Lo pikir beli kuota pakai daun kelor?" cerocos Laksa semakin kesal. "Lagian ke mana, sih, Gibran? Enek gue dari tadi cuma lihat muka-muka burik lo!"

"Gue di sini!" seru Gibran yang sudah berada di pintu kamar. Ketiga teman Laksa itu lega seketika. Bukannya takut dengan kemarahan Laksa, namun mereka hanya malas meladeni Laksa. Namun itu tak berlaku bagi Gibran karena Laksa sedikit segan pada temannya itu.

"Alhamdulillah, sebentar lagi aura setan pada ngilang," sindir Laksa sambil mengelus dada dan milirik ketiga temannya.

"Dih, setan nyindir setan." nyinyir Bopak.

"Apa lo—"

Tok tok tok

Semua yang berada di ruangan itu sontak menoleh ke pintu. Laksa membelalak tak percaya. Kedua sudut bibirnya pun tertarik menandakan dia bahagia. Bahkan dia rasa ada kupu-kupu beterbangan di hatinya. Dan itu semua karena seseorang yang berdiri di pintu itu. Abell.

"H-hai," Abell melambaikan tangan gugup.

Laksa yang sadar melihat para temannya masih terkejut mulai membuka pembicaraan, "Hai. Masuk sini!"

Abell mengangguk lalu melangkah mendekati brankar Laksa. Dia meletakkan parcel buah di nakas kemudian menatap Laksa. "Udah mendingan, Lak?"

"Udahlah. Ditambah kamu dateng, beuh, besok pasti bisa pulang."

"Ngerdus terus." cibir Gathan.

"Iri, kan, lo?"

"Oh, udah sembuh, ya? Tahu gini gue tadi nggak usah ke sini. Toh besok lo juga balik." sahut Abell sembari menyilangkan tangannya kemudian mengangguk-angguk tanda mengerti.

Laksa menggeleng cepat, "Eh ya jangan gitu dong. Tangan aku masih nyeri kok. By the way, kamu tahu aku kecelakaan dari siapa? Oh, dari status WhatsApp-ku, ya?"

"Gue tahu dari Bang Gathan. Dan lo alay banget sih kalau beneran buat status WhatsApp." jawab Abell mengejek. Acid, Bopak, dan Gathan tertawa lepas, sedangkan Gibran mati-matian menahan tawanya.

The HiddenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang