Bab 12

65 8 0
                                    

Denira dan kedua sahabatnya nampak bingung dan keheranan saat menyadari mata para siswa tak biasanya memperhatikan mereka dengan begitu sinis. Beberapa perbincangan siswa di sekitar koridor pun remang-remang mulai terdengar oleh telinga mereka.

"Eh emang iya ya katanya bokapnya Denira tuh tukang sapu jalan?"

"Anaknya tukang sapu jalan sok sokan mau deketin most wanted"

"Gak level banget modelan begini jadi pacar barunya Wildan, mendingan Ryani gak si?"

"Gue denger katanya dia tadi pagi pegangan tangan sama Wildan"

"Mending sama gue daripada sama tuh cewek"

Denira menunduk dan terus berjalan dengan didampingi kedua sahabatnya. Rasanya sakit sekali pekerjaan papahnya di hina seperti itu. Ia tak paham dengan sudut pandang orang-orang, hanya karena Ia orang tak berada bukan berarti Ia orang jahat, kan?

"Ra, kamu gak papa?" Tanya Salwa khawatir.
Denira mengangguk pelan tanpa membalas pertanyaan Salwa.

"Ini pasti perbuatan si Sinta curut itu. Bener-bener tuh orang ya" gerutu Kalina kesal.

"Jangan seudzon dulu Kalina"

"Memangnya siapa lagi Sal?"

"Udah gak papa. Insyaallah gue kuat ngelewatin ini" sahut Denira melerai kedua sahabatnya.

"Kamu mau ikut kita beli perlengkapan kemah gak?" Tawar Kalina.

"Kalian duluan aja ya, gue harus ke rumah sakit soalnya. Kan kalian tau Mamah gue lagi sakit"

"Oh iya. Maaf ya Ra kita belum bisa jenguk Mamah kamu" Denira tersenyum tipis dan menggeleng.

"Gak papa Sal. Gue paham lo berdua sibuk jadi, gak usah gak papa"

"Tapi kita janji walaupun nanti Mamah lo udah pulang dari rumah sakit atau bahkan udah sehat sekalipun, kita tetep bakalan main ke rumah lo buat ngeliat kondisi Mamah lo"

"Makasih Lin. Kalian berdua boleh kok main ke rumah gue kapan aja"

Tak terasa langkah ketiganya kini telah sampai di parkiran sekolah. Ketiganya pun berpisah karena sama-sama mencari motor mereka yang terparkir di tempat yang berbeda.

****
Seorang laki-laki berkemeja putih memberhentikan motornya ke tepi jalan. Ia pun menghampiri salah satu tukang sapu jalan yang sedang bertugas.

"Assalamu'alaikum Pak, maaf mau numpang tanya"

"Wa'alaikumsalam. Iya ada apa Mas?"

"Eeem... Tukang sapu jalan yang namanya Pak Tirta kemana ya? Biasanya beliau selalu nyapu disini"

"Oh Pak Tirta, hari ini dia gak kerja Mas katanya istrinya lagi sakit" Akhtar ber-oh dan mengangguk-angguk.

"Terimakasih ya Pak"

"Iya Mas sama-sama" balas si tukang sapu jalan seraya melanjutkan kerjaannya kembali.

Akhtar pun menghampiri motornya kembali dengan raut wajah murung.

Apa mungkin ini alasannya tadi pagi Denira telat ke sekolah? Ia jadi merasa bersalah karena telah menghukumnya. Pasti Denira kelelahan karena harus menjaga ibunya yang sedang sakit semalaman.

***

Mata cokelat bening itu menatap langit sore dengan lirih. Buliran air mata perlahan menetes melintasi pipi mulusnya hingga ke ujung dagu. Bohong rasanya jika Ia tak sedih dan sakit hati dengan ucapan teman-temannya di sekolah tadi.

Takdir Sang CahayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang