"Enggak, ini gak bisa di biarkan! Rasa cinta ini hanyalah cobaan, saya gak boleh sampai gegabah" Akhtar membasuh wajah nya dengan air keran di wastafel toilet sekolah khusus guru.
Setelah di rasa perasaannya sudah cukup tenang, Akhtar pun mematikan keran air dan keluar dari toilet. Sekeluarnya Ia dari toilet, Ia tak sengaja berpapasan dengan salah seorang ustadzah yang merupakan pengajar mata pelajaran bahasa Arab.
Ustadzah tersebut merupakan salah satu pengajar muda juga sama seperti Akhtar, mungkin umur merekapun sepertinya tak terpaut jauh.
"Ustadz" sapa Ustadzah tersebut.
"Ustadzah mau kemana kok bawa buku banyak banget?" Tanya Akhtar sambil menunjuk buku-buku yang Ustadzah itu bawa.
"Saya mau ke kelas bagiin buku paket ini" balas Ustadzah Rahma.
"Sini biar saya bantu" Akhtar pun mengambil setengah buku paket yang Ustadzah Rahma bawa.
"Makasih Ustadz, maaf saya merepotkan" Ustadzah Rahma menunduk merasa tak enak hati.
"Tidak kok, mari" keduanya pun berjalan beriringan sambil membawa tumpukkan buku di tangan masing-masing.
Sepanjang keduanya berjalan, mata para siswa tak lepas pandangan dari keduanya. Bukan, bukan karena para siswa cemburu ataupun sirik melihat Akhtar berjalan berdua dengan Ustadzah Rahma, melainkan sebaliknya. Mereka merasa baper dan malah menjodoh-jodohkannya kedua guru mereka yang masih single tersebut.
"Kayanya Ustadzah Rahma naksir deh sama Ustadz Akhtar"
"Iya, malu-malu gitu ya mukanya jadi gemes"
"Cocok ya mereka cantik dan ganteng. Semoga aja cinlok"
"Gak kebayang seromantis apa kalo mereka menikah"
"Doa'kan saja semoga Ustadz Akhtar dan Ustadzah Rahma berjodoh"
Begitulah beberapa perbicangan para siswa yang ada di sekitar koridor.
Seorang gadis bermata cokelat nampak mengerutkan keningnya saat tak sengaja mendengar obrolan para teman-temannya. Ia pun mengikuti arah pandang para teman-temannya yang ternyata tertuju pada Ustadz Akhtar dan Ustadzah Rahma yang sedang berjalan di depan sana.
"Oh jadi Ustadzah Rahma itu suka sama Ustadz Akhtar" monolognya menyimpulkannya.
Denira hanya mengedik acuh dan lanjut berjalan tanpa memperdulikan lagi.
****
"Assalamu'alaikum. Rara pulang" Denira memasuki rumahnya dengan ceria.Namun, tak berselang lama keceriaannya pun memudar ketika Ia menyadari jika rumahnya sepi. Denira menunduk sedih seraya mendudukkan dirinya di atas sofa ruang tamu.
"Pasti Mamah Papah belum pulang kerja"
"Hufh... Mereka benar-benar mati-matian demi Aku, biar aku gak jadi nikah sama anaknya Tuan Tian. Semoga aja usaha mamah papah gak sia-sia karena aku juga gak mau kalo harus nikah sama Arga."
****
Dengan gemetaran tangan Akhtar mengetik kata terakhir di dalam kolom word laptopnya. Nafasnya terhela legah ketika deretan tulisan yang selama ini Ia perjuangkan itu akhirnya terselesaikan juga."Bismillahirrahmanirrahim semoga skripsi ku gak ada kecacatan lagi dan aku bisa cepet-cepet sidang" gumamnya sangat berharap.
Clek...
Akhtar menoleh ketika pintu kamar kost nya terbuka. Ia mendapati Tio sahabatnya plus tetangga kamar kost sebelahnya datang memasuki kamarnya.
"Gimana Tar? Udah kelar skripsi ente?" Tanya Tio seraya duduk di atas kasur milik Akhtar.

KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Sang Cahaya
ДуховныеPerannya bagaikan cahaya. Dia tercipta sebagai manusia biasa yang mempunyai dosa dan rentan dengan kesalahan manusiawi. Dia hanyalah seorang gadis sederhana yang terlahir dari keluarga sederhana juga. Namun, dalam kesederhanaannya dia mampu menghada...