"Astagfirullah hala'dzim. Apa yang aku lakukan tadi" Akhtar menatap telapak tangannya dengan lirih.
Akhtar pun berlari kecil menuju toilet umum yang berada tak jauh dari tempat camping yang mana toilet itu memang di sediakan khusus untuk para penyewa lahan camping.
Akhtar pun masuk dan mulai mengambil wudhu. Niatnya sekarang Ia ingin melaksanakan sholat tobat karena hatinya merasa tidak tenang akibat perbuatannya tadi. Selesai wudhu, Akhtar pun keluar dari dalam toilet.
Ia keluar dari lingkungan kemah untuk mencari masjid ataupun mushola di sekitar. Beberapa saat Ia berjalan hingga akhirnya Ia berhasil menemukan sebuah mushola kecil yang tak terlalu jauh dari sana. Ia pun memasuki mushola dan memulai sholat tobatnya disana.
Selesai sholat, Ia pun mengangkat telapak tangannya untuk berdo'a. Selesai berdoa, Ia pun beranjak pergi dari mushola tersebut karena dirasa masih banyak tugas di tempat perkemahan.
****
Semua siswa kini sudah berkumpul setelah sebelumnya mereka sempat di perintahkan untuk mengambil air dan kayu bakar secara berkelompok.
"Nanti malam setelah sholat isya kita akan mengadakan acara api unggun di sertai game seru yang sudah kami para pembimbing tentukan. Karena hari sudah hampir maghrib lebih baik sekarang kalian ambil wudhu di manapun air yang di rasa suci untuk berwudhu kalian boleh menggunakannya. Mengerti?"
"Mengerti Bu"
"Baik silahkan kalian bubar"
Malam pun tiba. Kini semua peserta camping sudah berkumpul melingkar dan di tengah-tengah mereka terdapat api unggun sebagai penghangat dinginnya udara malam.
"Baik, kita akan mengadakan game seru untuk kalian. Cara main game nya simple, siapa yang Ustadz Akhtar tunjuk harus berdiri dan menceritakan apapun tentang hidupnya. Baik itu kesedihan maupun kesenangan pokonya bebas" jelas ustadzah Rahma.
"S__saya Ustadzah?" Bingung Akhtar karena sebelumnya Ia tak di beritahu.
"Iya, silahkan berdiri Ustadz" Akhtar hanya menurut saja dan berdiri di depan bersama ustadzah Rahma.
Denira menghela nafas dan memutar bola matanya malas. Entah kenapa melihat Akhtar dan ustadzah Rahma di depan sana membuat api unggun di depannya seakan 2x lipat lebih panas Ia rasakan.
"Kita mulai game nya" instruksi ustadzah Rahma.
Akhtar mengedarkan pandangannya menatap seluruh siswanya. Hingga akhirnya tunjukannya jatuh pada salah satu siswa.
"Iqbal silahkan berdiri" perintah ustadzah Rahma.
Dengan percaya diri Iqbal berdiri dan berdekhem sejenak sebelum bercerita.
"Perkenalkan nama saya Iqbal Al Farizi Bin Bapak Suaib Jamaludin anak tunggal pewaris kebun jagung lima puluh hektar. Hobi saya olahraga. Cita-cita saya, saya ingin menjadi suaminya Salwa__"
Tuk...
"Adoh" keluh Iqbal saat tiba-tiba wajahnya di lempar kerikil kecil oleh seseorang dan pastinya kalian tau seseorang itu siapa.
"Nih bocah satu, intro doang kagak kelar-kelar. Langsung ke intinya aja bisa gak si!" Ketus Denira.
"Ya... Intinya begini. Sebenarnya saya lagi sedih karena cinta saya tidak kunjung terbalaskan. Padahal, saya tiap malem doa'in Salwa tapi, Salwa gak luluh-luluh sama saya" mendengar itu membuat Denira memasang ekspresi ilfilnya.
Sedangkan Salwa sendiri hanya tersenyum geli dan geleng-geleng kepala saja dengan kelakukan Iqbal. Segitunya laki-laki itu mencintainya, astagfirullah ada-ada saja.

KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Sang Cahaya
ДуховныеPerannya bagaikan cahaya. Dia tercipta sebagai manusia biasa yang mempunyai dosa dan rentan dengan kesalahan manusiawi. Dia hanyalah seorang gadis sederhana yang terlahir dari keluarga sederhana juga. Namun, dalam kesederhanaannya dia mampu menghada...