Bab 2

93 10 0
                                    

Dengan langkah cepat gadis berkacamata bulat itu berusaha mengimbangi langkah laki-laki yang berjalan di depannya. Laki-laki itu nampak mengangkat tangannya sambil memegang sebuah gantungan kunci berwarna ping yang kemungkinan milik gadis itu.

"Lo gak bisa ngambil, kan?" Laki-laki berbadan tinggi itu nampak meledeknya dan terus menjauhkan gantungan kunci tersebut ketika gadis itu berusaha ingin meraihnya.

"Plis balikin, gantungan itu penting banget buat aku" mohon gadis itu dengan sangat.

"Gue bakalan balikin asalkan, lo mau jadi calon istri gue" syaratnya.

Tanpa laki-laki itu sadari, seorang gadis bertubuh mungil berjalan dengan gontai di belakangnya dengan ekspresi merah padam.

Bugh...

"Awwh..." Ringis laki-laki itu seraya memegang pundaknya dan refleks menjatuhkan gantungan kunci di tangannya.

Gadis berkacamata bulat itupun berjongkok dan mengambil gantungan kunci miliknya yang telah terlepaskan dari genggaman tangan laki-laki itu.

"Heh, lo apain sahabat gue?" Tuding Denira pas di depan wajah laki-laki itu.

"Apaan si orang cuma bercanda" alibinya.

"Bercanda apanya orang jelas-jelas lo ngerjain sahabat gue sampe dia nangis ketahan kaya gitu" marahnya tak terima.

Seorang guru berkemeja putih sontak menghentikan langkahnya saat tak sengaja melihat pertengkaran antara keduanya. Guru tersebut pun memperhatikan keduanya dengan tatapan yang sulit di artikan.

'Gadis itu...' Matanya memicing terfokus pada Denira.

"Ra udah Ra, aku gak papa kok" Salwa menarik tangan Denira berusaha melerai nya.

"Awas lo ya sampe ngerjain Salwa lagi" tuding Denira sebelum akhirnya pergi mengikuti tarikan Salwa.

Laki-laki itu hanya mengangkat telapak tangannya dan tersenyum remeh.

Sang guru yang masih memperhatikan nampak tersenyum dan terkekeh pelan merasa lucu dengan gadis yang sedang marah-marah tersebut.

****

"Gue gak habis fikir deh Sal, Iqbal tuh kayanya gak ada kerjaan banget pake segala gangguin lo" gerutu Denira merasa kesal dengan kejadian tadi.

"Udah, aku gak papa kok Ra. Kan kamu tau Iqbal itu anaknya iseng dan jail jadi, ngeliat aku yang culun ini hasrat jailnya jadi meronta-ronta" keduanya pun tertawa bersamaan.

"Apaan si Sal, orang sahabat aku cantik gini kok ngakunya culun"

"Bisa aja kamu Ra" Salwa memukul pelan lengan Denira lantaran merasa malu dengan pujiannya.

"Hai" Kalina tiba-tiba datang menghampiri mereka berdua seraya merangkul pundak keduanya.

"Hai hai hai hai, assalamu'alaikum bukan hai" semprot Denira.

Kalina menyengir kuda lantaran malu dengan teguran dari Denira. "Hehe... Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumsalam"

"Nah, gitu dong"

Ketiganya pun berjalan beriringan menuju ke arah kelas mereka yang kebetulan mereka menempati satu kelas yang sama yaitu kelas 12 IPS 2.

Sesampainya di kelas, ketiganya pun duduk di bangku mereka masing-masing. Denira duduk bersama Salwa sedangkan Kalina bersama teman kelasnya yang lain namun, letak bangkunya berada di belakang bangku Salwa dan Denira.

"Eh, kayanya jamkos lagi deh soalnya belum ada penggantinya Ustadzah Cindi"

"Hufh... Udah dua kali loh pelajaran fiqih jamkos terus" kesal Salwa.

Takdir Sang CahayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang