Tatapan kosong penuh kekhawatiran terlihat jelas dari sorot mata seorang gadis cantik berhijab dongker yang kini sedang duduk di undakan masjid. Ia masih memikirkan pernyataan Papah nya tadi siang mengenai seorang laki-laki yang ingin melamarnya.
"Ya Allah gimana ini? Apakah engkau memang sudah menakdirkan Wildan untuk menjadi jodoh hamba? Lantas, bagaimana dengan perasaan hamba untuk Ustadz Akhtar?" Gumamnya frustasi.
Denira memejamkan matanya. Sebuah cairan bening keluar dari pelupuk matanya mengalir turun hingga ke dagu. Isakan kecil pun terdengar dari bibir mungilnya. Ia menenggelamkan wajahnya pada lipatan tangannya yang Ia tumpukan di kedua lututnya yang Ia tekuk.
"Denira" pundak Denira nampak mengejut saat mendengar sebuah suara yang familiar di telinganya.
"Eh, Salwa"
"Loh, kamu nangis?" Salwa menatap sahabatnya dengan raut khawatir.
Denira tersenyum tipis ke arah Salwa seraya menyeka air matanya. "Gak papa, biasa orang hidup pasti ada aja masalahnya" Denira duduk tegak berusaha meyakinkan sahabatnya.
"Beneran? Kalo ada apa-apa cerita loh ya"
"Iya, orang cuma masalah keluarga doang gak nyampe mengancam nyawa gue" Salwa hanya mengangguk memahami kondisi Denira.
"Yaudah yuk masuk" ajak Salwa.
"Sebentar aku mau wudhu dulu" Denira beranjak dari duduknya seraya merapihkan hijabnya yang sedikit acak-acakan.
"Iya, aku masuk duluan ya" Denira pun mengangguk.
Keduanya berjalan berpisah arah. Salwa masuk kedalam masjid sedangkan Denira melipir ke tempat wudhu perempuan terlebih dahulu.
Denira pun mulai berwudhu dengan fokus dan tertib. Selesai berwudhu, terlebih dahulu Ia mengangkat tangan dengan posisi menghadap kiblat dan mulai membaca do'a sesudah wudhu.
Denira kembali mengenakan hijabnya. Ia pun menarik nafas panjang dan mengeluarkannya lewat mulut. Ia sedang berusaha menenangkan hati dan pikirannya agar fokusnya saat kajian nanti tak terganggu.
Kakinya melangkah keluar dari tempat wudhu dengan langkah sedikit cepat karena takut Akhtar sudah sampai di tempat.
Langkah Denira berhenti mendadak saat Ia hampir tak sengaja menabrak seorang laki-laki bertubuh tinggi yang berjalan berlawanan arah dengannya, karena terhalang tembok pembatas.Sejenak Akhtar di buat terpaku melihat wajah cantik nan menyejukkan di depannya. Wajahnya tak terlalu putih namun, butiran-butiran air yang Akhtar yakini air wudhu itu bak bersinar di wajah cantiknya.
Alis tebal serta kedua bola mata cokelat beningnya sungguh membuat Akhtar semakin jatuh dalam pesona gadis itu."Astagfirullah hala'dzim" Akhtar langsung refleks mundur dan buang muka saat sadar bahwa Ia sudah keterlaluan menatap seorang akhwat yang bukan mahramnya.
"Ustadz gak papa?" Denira buka suara untuk bertanya lantaran khawatir melihat wajah putih Akhtar yang nampak memerah.
"E__enggak papa. Maaf saya tidak melihat jalan" balasnya sedikit kikuk namun berusaha terlihat biasa saja.
"Saya duluan Ustadz. Assalamu'alaikum" pamit Denira seraya menunduk dan pergi melewati Akhtar.
"Wa'alaikumsalam" jawab Akhtar.
Akhtar memejamkan matanya sambil memijat pangkal hidungnya yang terasa berdenyut. Ia benar-benar tak faham kenapa imannya jadi begitu lemah ketika Ia berhadapan dengan gadis itu.
Ini tidak bisa di biarkan dan tidak bisa di benarkan. Ia harus menentukan langkah akan maju atau mundur. Ia tak boleh menyimpan rasa syahwat besar ini lama-lama.
![](https://img.wattpad.com/cover/340832783-288-k265977.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Sang Cahaya
ДуховныеPerannya bagaikan cahaya. Dia tercipta sebagai manusia biasa yang mempunyai dosa dan rentan dengan kesalahan manusiawi. Dia hanyalah seorang gadis sederhana yang terlahir dari keluarga sederhana juga. Namun, dalam kesederhanaannya dia mampu menghada...