Bagian 15

2.9K 242 38
                                        

____________ • • Happy reading• • ____________


.
.
.
.
.

Kebetulan yang sangat tak terduga. Siapa sangka bahwa kelas yang akan di gabung pada hari yang sama dalam pembelajaran olahraga adalah kelas Sabiel dan adiknya sendiri Grabiel. Materi yang akan di pelajari hari ini adalah basket, salah satu kesukaan hobi Grabiel yang cukup baik dilakukannya. Sebaliknya, Sabiel malah sangat buruk. Inilah alasan kenapa ia malas di pelajaran olahraga kali ini.

"Brondong lu tuh!" Celetuk Ayden.

"Gak doyan brondong." Balas Sabiel cuek.

Dari jarak yang tak begitu jauh Grabiel yang sedang memainkan dribble lalu memasukannya ke dalam ring, sembari menunggu sang guru datang. Sabiel mau tak mau ikut menoleh ke arah yang sama lantaran Ayden yang berkata seperti itu.

"Brondongnya gak doyan... doyan nya merhatiin diem-diem sih." Ujar Ayden ketika menangkap basah Sabiel yang melirik kearah Grabiel.

"Ayden, mending lo diem deh. Tangan gue masih kuat buat Jambak rambut lo sampe botak."

"Sadis..." Ayden berdehem kaku, "lagian kenapa gak lu sapa aja tuh anak?"

Sabiel hanya menggeleng lalu diam sambil memalingkan wajahnya kembali.

"Dih! Dia adek lu juga." Ucap Ayden heran, entah apa yang terjadi pada sahabatnya ini yang mendadak diam sejak saat mereka tiba di lapangan outdoor.

Ayden tidak tahu saja, bahwa alasan yang membuat Sabiel tidak ingin bertemu sapa dengan adiknya adalah rasa canggung. Jangan mengira kalau setelah kejadian kemarin malam keduanya akan baik-baik saja seperti biasa, seolah tak terjadi apa-apa. Sebaliknya, Sabiel justru yang paling menghindar dari Grabiel. Bukannya apa, tapi setelah malam itu rasanya begitu memalukan dan ia tidak dapat mengontrol debaran jantungnya jika berhadapan dengan adiknya. Sabiel tidak mengerti, ini sangat aneh baginya.

"Kayaknya Nicky terlalu fokus main, sampe gak nyadar kalo lo ada di sini, by!"

"Iya kali,"

"Mau di notis nggak?"

"Biarin aja, ay."

Dia sebenarnya tidak ingin menghindari adiknya, tapi apa boleh buat, debaran jantungnya sungguh menyebalkan baginya dan mudah cepat gugup. Dan berakhir, suasananya menjadi canggung. Untungnya tidak ada perubahan dari sikap Grabiel, pemuda itu masih sama seperti biasanya menurut Sabiel. Ya, mungkin.

"Telat. Noh! orangnya udah liat sini." Ayden sedikit menunjuk Grabiel yang masih mendribble bola tapi tatapan pemuda itu mengarah pada tempat Sabiel berdiri.

Kali ini Sabiel menoleh sebentar, niatnya ingin kembali mengalihkan perhatiannya pada si pemuda tapi tatapan mata setajam puma itu seakan membuatnya terpaku.

Sabiel tidak suka tatapan mata itu, menurutnya sedikit... menakutkan.

"Sabiel Ayden, masuk ke barisan!"

Celetukan dari Yudha sang ketua kelas membuat Sabiel tersadar, pun dengan Ayden di sampingnya yang ikut menoleh.

Tanpa menunggu banyak waktu, setelah guru datang dan meminta semuanya buat bikin dua baris sesuai kelas. Sabiel dan Grabiel berakhir berdiri bersebelahan, itu pun dengan diselimuti rasa canggung. Sudah beberapa kali ia menghela nafas kasarnya, Sabiel jadi heran sendiri kenapa ia jadi ingin menghindari Grabiel setelah kejadian kemarin. padahal Grabiel juga tidak ambil pusing atau berusaha sedikit menggodanya pun tidak, lalu kenapa dirinya tidak bisa bersikap biasa saja.

Seolah yang terjadi di hari sebelumnya hanyalah halusinasi Sabiel.

"Ay, tolong cubit pipi gue dong."

"Hah?"

My Brother Tsundere Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang