Bagian 14

3K 211 24
                                    

Happy reading
...

Abaikan typo, dan selamat membaca :D

(Sedikit mengandung 🔞 mohon maaf bila kurang nyaman)
_______________________________________





Grabiel mendudukkan Sabiel di meja closet samping lemarinya, posisi mereka saat ini berhadapan. Satu stelan baju piyama tidur sudah ada di tangannya, sebelum ia ingin memberikan benda itu pada Sabiel ia sempatkan untuk bertanya terlebih dahulu.

"Lo mau pake baju sendiri apa gue pakein?"

Keduanya netra coklat itu sedikit membulat ketika Grabiel bertanya dengan entengnya.

"Aku pake baju sendiri aja deh, lagian tangan aku gak terlalu sakit juga."

Grabiel mengangkat satu alisnya, "serius? Padahal tadi minta gue buat bantuin lo ganti baju."

"S-serius, aku bisa sendiri kok. Tapi aku minta tolong bukain baju aku dulu boleh kan?"

"Gue pakein aja ya?

"Aku pake sendiri aja."

"Gue mau mandi kak, lo jangan bertele-tele dong ah."

"Ck, yaudah deh. Terserah kamu aja kalo gak kerepotan." Ucap Sabiel sambil decak sebal.

"Gak ada yang ngerepotin! Lo jangan bawel."

"Iya, iya Baginda." Jawabnya pasrah.

Sebenarnya ia sedikit malu untuk membiarkan Grabiel mambantu nya, tapi dari pada kedinginan pake baju basah jadi yaudah lah. Lagian pula ini bukan pertama kalinya, mereka bahkan pernah mandi bersama sewaktu kecil jadi hal ini tidak masalah.

Perlahan, tangan Grabiel bergerak untuk mengangkat kaus tipis yang di kenakan Sabiel hingga kini baju itu terlepas dari tubuh kakaknya. Grabiel terdiam, ia merasa terpaku pada lekuk tubuh Sabiel yang terpampang jelas di depannya. Ia menelan ludahnya dengan susah payah saat melihat dua buah dada pink milik Sabiel yang sedikit memerah pada dadanya karena bergesekan dengan dirinya saat digendong tadi.

Ah, sial. Dia mulai hilang kendalinya. sebagai pria normal tentu saja ia merasa terangsang(?)

Sementara Sabiel sendiri, ia merasa gugup dan asing dengan suasana ini. Terlebih ketika sadar bahwa yang lebih muda tidak mengalihkan pandangannya sejengkal pun pada ia yang bertelanjang dada.

Tidak ingin terlalu berada di situasi awkward seperti ini. Sabiel mendongak menatap wajah adiknya hendak mengatakan sesuatu, namun seketika urung setelah melihat tatapan sayu Grabiel yang semakin lama semakin dekat dengannya.

"Gr—Grabiel ka-kamu mau ngapain?" Tanyanya gugup, satu tangannya menahan bahu tegap Grabiel.

Seakan tuli, Grabiel mengabaikan celetuknya barusan. Lelaki yang lebih muda tampak semakin mengikis jarak dengan tatapan yang begitu sayu.

Sedikit demi sedikit sabiel memundurkan tubuhnya perlahan seiring dengan Grabiel yang mendekat dan semakin dekat padanya. Sayangnya, Sabiel lupa bahwa dari tadi ia sudah tidak bisa kemana-mana lagi hingga punggungnya yang tak terbalut kain menempel pada dinding yang dingin.

Sabiel mendongakkan kepalanya untuk memberi peringatan pada Grabiel agar tak melewati batas, namun yang ia dapatkan hanya Grabiel dengan nafas tersengal nya; —seperti menahan sesuatu (?)  dapat ia rasakan sensasi nafas berat Grabiel yang sekarang tepat berada di depan wajahnya.

"Kamu... K-kenapa—"

"Ssstt!!" Ucapan Sabiel terpotong kala bibirnya disentuh oleh jari telunjuk Grabiel, mengisyaratkan bahwa ia harus diam.

My Brother Tsundere Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang