Bagian 9

3.4K 252 15
                                    

"Ay, cepetan jalannya lo lelet banget sih!"

"Jangan melamun, kesurupan tau rasa loh!"

"Ayden, lu mau pesen apa?"

"Kita duduk di sini aja yuk?"

"mau makan apa jajan aja?"

Tetap tidak ada jawaban dari sahabatnya itu, lagi-lagi Sabiel hanya bisa menghela nafas. Sedikit sedih juga melihat Ayden jadi pendiam dan tak banyak bertingkah, teman seprekuensi nya itu jadi lebih banyak melamun.

"Udahlah Ay gak usah di pikirin." Ucap Sabiel lagi

Ayden mendengus, "gue gak mau mikikin by, tapi si gila itu malah muncul terus di otak gue."

"Ya udah, mikirin apa aja kek gituh? Jangan mikirin Theo  terus."

"Dih! Siapa juga yang mau mikirin dia?"

"Lah? Terus lo sok - Sokan ngegalau ngapain."

"Siapa yang galau ih!"

"Isshh, terserah lu." Kesel juga lama-lama sama sahabatnya ini.

Ayden menatap kearahnya dengan sinis, kemudian menolehkan kepalanya ke arah lain.

"Lu masih suka sama dia Ay?" Tanya Sabiel polos.

"APAAN ANJING!! Amit-amit gue suka sama titisan dakjal."

"Ya santai bangsat." Nah kan, Sabiel juga ikut-ikutan ngomong kasar.

"Au ah, badmood gue." Ayden mendekap kedua tangannya di dada dengan bibir yang mengerucut.

Sabiel menghela nafasnya, "huhh, jadi makan gak nih?"

Ayden tidak menjawab dan malah menatap Sabiel dengan wajah masam.

"Beneran gak jadi makan atau jajan nih?" Tanya Sabiel sekali lagi.

"Ck, jadi lah. Laper gue." Ayden berjalan mendahului Sabiel dan menuju salah satu kedai makan.

Sabiel masih membeku di tempatnya, andaikan kalau Ayden bukan teman satu-satunya mungkin sudah di smekdown sama Sabiel.

"Bu saya pesen soto ayam plus sama lontongnya, terus satu porsi nasi goreng rica rica sama dua telor ceplok di atasnya sama satu lagi mie ayam aja. Terus minum nya jus jeruk ya, batu es nya banyakin." Bagai seorang rapper, Ayden memesan dengan nada yang cepat.

Ibu kantin di hadapannya sedikit bengong lalu tersenyum singkat, "I-iya den, siap." Ucapnya agak kaget.

Tak jauh beda dengan ibu kantin tadi, Sabirl pun sama terkejutnya.

"Ay, lu pesen nya gak kebanyakan?" Tanyanya dengan nada tak percaya.

Ayden mendelik bahunya acuh, "gak tuh, malahan kalo ada bakso gue mau pesen."

"Heh? Ayden itu kebanyakan tau, bisa kembung tuh lambung?"

"Apasih, kagak. Gue kalo banyak pikiran tuh emang suka makan." Balas Ayden tanpa menoleh pada Sabiel, dia sedang memperhatikan ibu kantin yang menyiapkan pesanannya tadi.

"Beban pikiran lu bikin sehat yah, Ay."

Heran sih, biasanya kalo orang lagi banyak pikiran atau badmood bakal males makan terus mager kalo mau ngapa-ngapain. Tapi Ayden malah sebaliknya.

"Buruan gih pesen." Seru Ayden seterusnya, dia menaruh minuman yang dia pesan tadi di meja yang dekat dengan tempat mereka berdiri.

"Dasar, udah cuekin gue terus sekarang malah sibuk sendiri." Ujar Sabiel ngambek.

"Tinggal pesen aja Napa sii?" Balas Ayden ketus.

"Gak usah ketus 'kan bisa?", Sabiel memanyunkan bibirnya kesal.

My Brother Tsundere Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang