Dalam remang-remang kegelapan malam yang sunyi, dua sejoli dari anak Adam dan Hawa itu mengayunkan kaki mereka, mengayun ayunan yang tengah mereka tempati.
Helaian rambut keriting miliknya sesekali bergelombang akibat lajunya dirinya mengayun ayunan miliknya.
Dan yang Hawa hanya mengayunkan ayunan miliknya dengan pelan.
Derit rantai ayunan menjadi satu-satunya suara yang memekakkan mereka diantara kesunyian malam yang panjang ini.
Hingga suara milik dari kaum sang Adam yang memecahkan keheningan diantara mereka memenuhi panca indera pendengaran milik sang Kaum Hawa.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
* * *
Dinginnya angin malam berhembus, menerpa wajah miliknya. Pertemuan antara tumit sepatu dan permukaan jalan Tokyo menjadi satu-satunya suara dalam keheningan malam kota Tokyo.
Bulan dan bintang-bintang hadir sebagai penerang dalam gelapnya dunia. Juga lampu yang menjadi penerang jalan tempat ia menjejakkan kaki miliknya.
Semakin banyak langkah yang telah ia ambil, hawa dingin tak membuat nyaman itu semakin terasa. Layaknya hawa itu telah menghiasi langit, menggoroti dirinya secara perlahan.
Langkahnya seketika terhenti kala telinganya menangkap sebuah suara, seakan sesuatu telah pecah.
Dan dalam satu kedipan mata, sebuah senjata berupa sebuah pistol es(?) telah tertodong tepat kearah dahi miliknya.
Tangan itu tepat berada di atas lengannya yang tengah ikut menodongkan VS Charger miliknya
Bagian ujung Vs Charger miliknya menyentuh bagian tepi topi pemuda dengan surai hitam dan sedikit helai berwarna putih.
Keduanya diam, masih dalam posisi yang sama. Keduanya siap menarik pelatuk mereka kapan saja.
Tak lama kemudian pemuda dihadapannya menjatuhkan senjata miliknya, membuat benda itu hancur berkeping-keping layaknya es pipih yang telah hancur berkeping-keping.