Dua pasang mata itu saling menatap tajam satu sama lain. Di depan Helen, Rachel sudah berdiri dengan kedua tangan yang terlipat di depan dada. Seperti biasa, pandangannya selalu remeh setiap melihat Helen.
“Haahh ... Aku penasaran sekali kenapa kau ingin bertemu denganku?” Rachel tertawa kecil. Sambil memainkan kuku-kukunya, dia membuat ekspresi seakan malas menanggapi.
“Kau yang menghajar Anna,” Helen tak ingin basa-basi lagi. Sudah muak dengan segala perbuatan menyebalkan Rachel yang seolah ingin menghancurkan hidupnya tanpa sebab.
Gerakan jari Rachel terhenti setelah dia mendengar Helen menyinggung soal Anna. Ekspresinya yang sempat kaget buru-buru diubah dengan senyuman tak peduli. “Apa? Apa sesuatu terjadi pada adikmu?” Tanyanya sok khawatir.
“Berhenti berakting karena aktingmu sangat buruk.” Cibir Helen.
Rachel lantas tertawa puas. “Kau cukup lucu ternyata,” dia terkekeh. “Lalu aku harus merespon bagaimana? Khawatir tidak boleh. Apa mungkin ... Kau ingin aku tertawa?” Jelas sekali bahwa pertanyaan Rachel adalah sarkas di balik kebenaran atas perbuatannya.
“Kurasa Jay sudah mengonfirmasi hal itu, bukan? Kau seharusnya lebih tahu.” Helen balas menyeringai.
Ketika mendengar nama Jay disebut, senyum di bibir Rachel pun menghilang, “Apa maksudmu?”
Setelah Rachel tertawa puas di hadapan Helen tadi, kini yang terjadi malah sebaliknya. “Intinya kau sudah mengakui sendiri kalau apa yang dialami Anna malam itu adalah perbuatanmu,” tatapan mata Helen berubah dingin. “Jadi, sebelum kau mendapat karmanya, aku akan membalas atas nama adikku.” Ujar Helen.
Rachel memalingkan wajah tak mengerti dengan senyum miring terukir di bibirnya. “Apa, sih maksudmu sialan?”
“Ayo, kita kelahi, Lim Rachel!” Balas Helen sudah memasang posisi aba-aba.
+×+
Anna bolak-balik menelepon Helen namun ponsel sang kakak tidak aktif. Dia juga sudah mencari di kamar bahkan ke seluruh ruangan di rumah Hueningkai tapi yang bersangkutan bahkan tak menampakkan batang hidung. Pasalnya ada hal yang ingin Anna bicarakan pada Helen.
Melihat Hueningkai sedang memandangi bulan di teras samping rumah, Anna pun memutuskan untuk menghampirinya. “Kak Kai! Kau tahu di mana kakakku? Aku tidak bisa menemukannya di mana-mana.” Aku Anna sembari menatap bingung ke sekeliling rumah.
Hueningkai tentu tahu Helen berada di mana sekarang, namun tetap saja pertanyaan Anna berhasil membuatnya jadi diam tak menjawab. Meski Helen tidak berpesan atau melarangnya memberitahu Anna, hanya saja Hueningkai pasti mengerti akan seperti apa reaksi adik Helen jika tahu kakaknya malah membahayakan diri.
Hueningkai mengambil kunci mobilnya dengan terburu-buru, membuat Anna menjadi semakin cemas. Reaksi Hueningkai seolah memberi sinyal bahwa kakaknya sedang dalam keadaan tidak baik.
“Kak, kau mau ke mana?” Seru Anna.
Mendengarnya pun Hueningkai menoleh kembali. “Kau tunggu saja di rumah. Aku akan menjemput kakakmu.” Jawabnya sebelum berlalu pergi.
~~~
Buaghh!
Bugghh!
Srukk!
“AHSSSHH! Bangsat!”

KAMU SEDANG MEMBACA
Duality : The Revenge [Hueningkai]✓
Fanfiction(Ft. JaSuKe Enhypen) Seorang murid pindahan datang mengambil alih beberapa fraksi dan membuat perpecahan di SMA Taerang. TXT Fanfiction/alternative universe, O3 Juli 2023 © 𝗰𝗯𝗴𝘄𝗶𝗳𝗲