Akhir-akhir ini Reza sering sekali ng'chat dan bahkan ngajak aku ketemuan. Aku bingung aku harus apa? disisi lain teman-teman ku menginginkan aku move on.
"AKU-CUMA-MAU-SAHABAT-AKU-SENENG" batinku sambil menyedot starwberry milk ice di drinking jar yang aku pesan tadi.
Hari ini aku sedang ingin menunggu Papa dicaffe biasa karna ku fikir dirumah menyebalkan, tapi kenyataan nya menantikan Papa malah lebih menyebalkan. Tapi bagaimana lagi, jika aku sudah berada disini pasti aku malas pulang.Drrrtttt...
"Ya? Hallo Lai?" kataku
"..." kata Laily yang ada disebrang sana.
"Mau ngomong apa Lai?" kataku
"Tutttt.. Tutttt"
"Lah? Ko?? Ih Laily suka ngga jelas deh" batinku.Tiba-tiba handphone ku bergetar.
Drrrrtttt...
"Yap? Knp sih Lai? Kok mati telponnya?" tanyaku.
"...."
"Iya tadi kamu udah bilang, jadi? Mau ngomongin apa?" tanyaku penasaran.
"Soal Reza nih.."
"Kenapa sama Reza?" tanyaku, tiba-tiba layar handphone ku redup dibarengi dengan peringatan bahwa batre handphone ku lowbat.
"Eh bentar deh Lai, barusan kamu ngomong apa? Eh tunggu-tunggu!! Batre hapeku low.. Nanti aku telpon lagi ya, bye Lai" kataku mengakhiri sambunganMata ku menelusuri tiap sisi caffe ini sambil tangan kanan ku merogoh tas mencari power bank.
"Nah nih dia" batinku.Drrrttttt....
"Eh? Apan nih?" batin kuSecret admirer : "apa kabar Dara? Sudah ingat dengan ku?"
"Gimana mau inget! Klu macem apa tau cuma satu kalimat dan itu ngga jelas" batinku kesal.
Drrtttt..
"Hallo Lai, kenapa?"
"..."
"Iya tadi kamu mau bilang apa?"
"...."
"Iya aku dicaffe, kenapa sih Lai? Perasaan topiknya tadi si Reza?" tanya ku. "Kalau sudah tentang Reza aku ngga mungkin mau ketinggalan" batinku
"Eh iya Lai apa? Hehe"
"..."
"Kenapa sih emang? Janji...! Langsung ajah deh ngga usah basa-basi" kataku mulai kesal.
"Itu, Re-- *tutttt...*"
Deg..
Deg..
Deg..tiba-tiba aku melihat sosok yang sedang menjadi topik pembicaraan bergandengan dengan seseorang yang tak asing dimataku.
"Itu Reza?" batinku. "Serius itu Reza? Itu ka---n?" batinku mengucek mata memastikan bahwa aku tidak salah melihat.
"Reza sama Naysila? Jadi--??" tak terasa cairan bening menetes dan mengalir lembut dipipi.Drrrrrtt...
"Iya?"
"Kok putus Dar?" kata Laily. "Hey Daraaa!! Aku mau bilang Reza update status di path with si Naysila temen sekelas aku dan mereka sekarang ada di---"
"Cukup Lai! Aku udah tau! Makasih infonya. Aku ngga apa-apa. Aku butuh sendiri. Hehe" kataku kepada Laily di akhiri dengan fake laugh."Re---hiiks.. Kamu tega Za?? Untuk apa kemarin kamu kasih aku harapan kalo jadinya harapan kosong gini?!" batinku sambil menangis.
"Karna kamu aku jadi tau gimana rasanya melayang setinggi langit, dan karna kamu juga aku jadi tau gimana rasanya jatuh terhempas ketanah" batinku.
Lebih baik aku pulang dari pada aku tambah sakit hati.
Air mata ku tak kunjung henti, rasanya berjalan ke pintu caffe jauh sekali. Namun ku urungkan niat ku untuk pulang dan kembali duduk.
"Kalo.. Hikks.. Aku.. Hiks.. Pulang, ak--u past-i ngelewatin mereka berdua.. Hikss" batinku.Aku mencoba untuk menghapus air mataku, berusaha menenangkan diri. Aku sakit sebenernya kalau harus ngeliat pemandangan seperti ini aku bingung harus seperti apa!
"Menunggu memang menyakitkan, meninggalkan juga. Tapi lebih menyakitkan lagi ketika kita ngga tau kita musti nunggu atau meninggalkan" batinku.
Reza dan gebetannya pun sudah pergi tapi sakit hatinya masih tertinggal disini, dihatiku yang baru saja menaruh harapan padanya dan berusaha menunggu dia.
Papa pun memberi pesan bahwa sekarang beliau telah didepan caffe, aku pulang dengan suasana hati yang tak karuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
secret admirer
De Todo"mati satu tumbuh seribu" itulah yang aku rasa... setelah putus dari nya, ntah mengapa pahlawan itu datang. malaikat tanpa sayap yang siap sedia menjadi obat saat aku sakit, menjadi garam dalam makanan, menjadi gula dalam minuman, menjadi jembatan d...