epilog ((2))

542 26 0
                                    

#AryoPOV

"Sudah saatnya aku mengakui siapa aku sebenarnya" batinku. Aku duduk dimeja nomor 21 menantikan seseorang yang sudah lama aku kagumi. Jam menunjukan pukul tiga, namun Dara belum juga muncul. Aku tidak bisa menunggu dia terlalu lama, karna jam enam sore nanti aku akan segera berangkat kesingapura.

Tiba-tiba saja handhone ku berdering, menandakan ada LINE masuk.

Dara : apa kamu sudah ada dicaffe?

Secret admirer : sudah dari tadi. Kamu dimana?! Jika sampai jam setengah lima kamu belum juga sampai, kesempatan kamu untuk bertemu dengan ku hilang.

Dara : hey.. Tunggu! Disini hujan! Lagi pula tak ada taxi yang melintas disini. Aku mohon tunggu aku!!!

Dia memang sepeti itu, selalu menggemaskan dan asyik untuk dikerjai. Aku memutuskan untuk tidak membalas nya.

Jam menunjukan pukul empat lewat lima belas, dan aku mulai was-was dengan Dara, diluar memang hujan sangat deras, aku takut terjadi sesuatu pada Dara. Aku memutuskan untuk menunggunya lima menit lagi, jika tidak datang juga aku akan menunggunya di mobil.

Tepat lima menit kemudian Dara tak juga nampak dari balik pintu.
"Dia kemana? Apa dia benar-benar terjebak hujan disekolah?",batinku cemas lalu aku memutuskan untuk menyusulnya kesekolah.

Diperjalanan, hujan sangat deras sampai-sampai aku tak dapat melihat dengan jelas. Namun setelah sampai disekolah tempat Dara sekolah, sudah tak ada siapa-siapa alias sepi dan aku memutuskan untuk kembali lagi ke cafe. Dengan rasa bersalah dan sangat khawatir aku mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi hingga sampai dicaffe dengan cepat. Tiba-tiba seorang wanita berpakaian seragam abu-abu sekolah yang dengan rambut tergerai yang lepek keluar dari caffe dengan wajah sedih dan kecewa. Aku sangat menyesal telah membuat dia seperti itu. Aku malu pada diriku sendiri.
"Jadi Dara, dari sekolah kecaffe jalan kaki? Kehujanan? YaTuhan... Aryo kenapa kamu setega ini!!!!" kataku yang terus mengutuki diriku sendiri. Aku merasa telah gagal, aku telah mengecewakan gadis yang selama 9tahun aku sayangi.

Dara melangkah menjauhi caffe dengan wajah yang sangat kacau dan itu aku yang sebabkan.
"Aku benci pada diriku sendiri! Disisa hidupku, aku malah menyakiti orang yang aku sayang...? Aku sangat bodoh!" batinku. Handphone ku berbunyi, aku melihat ada telpon masuk dari mama, kemudian aku abaikan. Aku memerhatikan Dara yang samakin jauh dari pandanganku. Tanpa basa-basi aku langsung turyn dari mobil, menerjang hujan, dan berlaei mengejar Dara.

"Daraaaa....." teriakku tak kalah kuat dari suara hujan.
Alangkah kagetnya dia melihat orang yang tadi memanggilnya, Dara memasang wajah bingung.

"Bagaimana kamu tau namaku?!" tanyanya ditengah hujan deras, aku tak berani untuk menjawabnya, aku belum siap.

"Hah?! Apa jangan-jangan??!" katanya shock, perasaanku tak enak. "Ngga! Ngga mungkin" katanya berlari meninggalkan aku, aku mengejarnya.
"Dara tunggu!" teriakku dari belakang. Dia berhenti berlari tanpa menoleh kearahku.

"Ini saatnya aku mengatakan yang sebenarnya, sebelum aku menyesal" batinku

"Iya, aku secret admirer itu.." kataku.
"Tapi kamu siapa!?" katanya dihiasi mimik bingung diwajahnya
"Aryo.." kataku

Aku melihat ekspresi Dara yang begitu kebingungan.

"Kamu??? Tapi kenapa?! Kenapa harus kamu?!" katanya memasang wajah marah sekaligus tak percaya.
"Aku takut dia benci sama aku" batinku.

"Aku tau Dar, kamu ngga pernah mengharapkan aku, tapi... Lihatlah aku selalu berusaha ada untuk kamu saat hati kamu patah, dulu" kataku mendekat.
"Jangan mendekat! Aku benci kamu!!!" katanya teriak tak karuan.
"Aku tau kamu bakal benci sama aku.. Tapi, apakah kamu tau rasanya mencintai namun bertahan untuk tidak memiliki? Bertahan untuk tidak mengungkapkan? Percayalah, ini lebih buruk dari sekedar.. Patah hati yang kamu rasa, karna sayang sendirian itu sakit" kata ku. "Aku sangat takut!" batinku
"Aku ngga pernah minta kamu buat suka sama aku Yo!" katanya kesal.
Jawaban dari Dara seperti sebuah petir yang menyambar aku.

secret admirerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang