Aku masih terdiam mengingat kejadian habis istirahat didepan kelas tadi. Aku jadi ingat 'dulu' dia selalu pamit saat bell masuk berbunyi, pamit tepat di depan pintu kelas ku seperti tadi.
"Dara.. Hey.. Weyy" kata Priza membangunkan ku dari lamunan.
"Eh kenapa Za?" tanyaku polos.
"Itu ada bu Meri.. Kita udah siap persentasikan?" tanya Priza
"Udah ko" kata ku. Lagi-lagi aku ingat saat ujian praktik bulan lalu saat pelajaran bu Meri, aku persentasi sendirian dan Reza nontonin aku dari kaca jendela luar sambil memberi semangat..
"Kamu kenapa sih Dar?" kata Priza.
"Hehe aku jadi kangen Reza" kata ku.
"Move on!" kata Priza.Bell pulang berbunyi.. Semua siswa-siswi kelas XI.1 berhamburan keluar. Ramai, ricuh, gaduh, ya seperti itu lah kira-kira suasana depan kelasku jika pulang sekolah setiap harinya.
Bagaikan anak kecil kehilangan ibunya saat antri ingin naik kereta. Aku kebingungan mencari Priza yang terhalangi anak-anak yang Ramai."Priza?" kataku
"Daraaa"
"Ada yang manggil? Bukan Priza deh" batinku, tiba-tiba ada tangan kuat yang menarikku, mengeluarkan ku dari kerumunan anak-anak yang membuatku pusing.
"Pelan dong!" teriakku kepada seseorang yang menarikku dengan kasar.
"Dara.." kata seseorang, aku menoleh ke belakang kearah sipemilik tangan kuat itu.
"Reza? Ngapain!" kataku membanting lengan Reza.
"Eitz.. Tunggu! Aku cuma mau minta maaf soal kemarin" kata Reza.
Deg... Deg... "Aku harus apa? Ya Tuhan kuatkan aku!!" batinku
"Dar? Aku tau, pasti butuh proses buat maafin aku" kata Reza lagi.
Deg... "Reza.... Aku udah maafin kamu! Udah dong kamu jangan dayeng dihidup aku lagi!! Aku mau move on dari kamu!! Husss" batinku
"Oh, ehmm oke. Kayaknya kamu udah ditungguin temen-temen kamu tuh.." kata Reza lagi kemudian menghilang.Aku menghampiri teman-teman ku.
"Dia ngomong apa Dar?!" kata Laily.
"Cuma minta maaf" kataku
"Terus?" tanya Naura.
"Ya, emang salah kalo aku kasih dia kesempatan kedua? Aku rasa kemarin dia khilaf? Atau mungkin kemarin hari jadi kita jadi dia ngerjain aku?" kataku bahagia dan teman-temanku hanya menatapku dengan tatapan "kamu yakin?", "hello?? Dia udah mutusin kamu didepan orang banyak plis".
Mereka diam. "Hemm oke.. Aku labil, aku mustinya move on.. Tapi temen-temen... Aku ngga bisaa, aku belom siap deh kayaknya" kataku kepada mereka dan mereka memelukku.
"Jangan dipaksa Dar, perasaan ngga bisa dipaksa, kalo kalian emang masih sama-sama ada rasa?" kata Naura.
"Ngga Dar!! Inget kata dia 'kita udah ngga ada kecocokan lagi' maksud dia apa? Move on Dar!" kata Laily.
"Temen-temen... Udah deh mending kita liat ajah apa yang bakal terjadi, biar waktu yang ngebuktiin dia beneran pantes buat Dara apa ngga" kata Priza.
"Oke kita pulang" kata Naura.Siang ini matahari masih bersembunyi dibalik awan hitam. Aku masih sibuk mengotak-atik gadget ku, tiba-tiba notif berbunyi
"Line dari Laily?" batinkuLaily : "kamu hari ini nunggu papa
kamu di caffe Dar?"
Dara : "ngga Lai, kenapa?"
Laily : "ngga ko Dar, ngga apa-apa
hehe.."
Dara : "ihh dasarr!"
Laily : "yaudah Dar aku bobo
dulu. Bye! Haha.."Laily kenapa sih" batinku.
"Daraa~" teriak mama dari luar kamar ku. Aku pun menghampiri mama yang ada di gudang bawah tangga.
"Kenapa mah?" tanya ku.
"Ini lho, komik-komik kamu mau kamu apain? Udah segudang.. Atau mama kasih ke tetangga ajah?" tanya mama.
"Eh ihh jangan mah.. Akukan masih mau baca" kata ku.
"Ya sudah kamu beresin gih jangan sampe kayak gini.. Nanti kalo papa liat bisa dia jual ke toko buku bekas lho" kata mama tertawa
"Ih enak ajah.. Jangan!! Komikku dari SD maa" kataku, mama malah berlalu.Ngga nyangka koleksi komik ku udah sekardus begini.
"Taro mana lagi ya?" batinku membawa tumpukan komik milikku.
Brukkkk... "Eh aduhh.." rengekku
"Ih dasar anak tangga! Ngapain sih disini? Jadi kesandungkan!!" kataku. "Kayaknya aku gila deh" batinku sambil merapihkan buku yang berserakkan ditangga. Tiba-tiba ada sebuah komik yang membuat sepenggalan masalaluku terputar kembali.-flashback on-
Bruuukkk!!
"Awww.." kataku
"Eh aku minta maaf" kata seseorang yang menabrakku tadi. "Lho kamu sekolah di harapan bangsa juga?" katanya lagi
Aku menoleh memperhatikan orang yang tadi menabrakku, sosok yang tinggi, berkulit kuning langsat, bermata sipit dan berjambul.
"Hey? Ko kamu diam saja? Kamu kelas berapa?" tanyanya. Aku masih sajah terpesona dengan wajahnya yang sangat tampan. Aku hanya diam memerhatikan wajahnya dan mengacungkan tiga jari tangan kanan ku tapi wajah ku masih terus memandangi orang asing itu, orang itu tampak bingung.
"Oh kamu kelas tiga?" tanya nya
"Eh.. Hemm iya hehe. Kamu?" tanyaku
"Aku Vidi kelas lima hehe, kamu?" tanya Kak Vidi.
"Aku Dara Kak" kataku
"Oke Dara aku.. Kesana ya. Sampai ketemu lagi" kata Kak Vidi.
-flashback off-Bayangan itu menghilang dan seketika datang lagi
-flashback on-
"Dara.. Sini deh" kata aryo
"Kenapa? Kamu mau nakalin aku lagi?" tanya ku
"Ngga ko, aku sekarang baik sama kamu.. Aku malah mau main sama kamu" kata nya.
"Ah kamu bohong aku ngga percaya!" kataku.
"Eh aku tuh baik! Kamu ngga percaya sama aku? Sini biar aku jambak tanduk kambing kamu!" kata aryo menjambak rambutku yang terikat dua.
"Sakit Aryoo!! Aryo lepasin!! Aryo! Aduhh.. Mamaaaaa hikss hikkss" rengekku.
"Heh anak kelas tiga! Lepasin Dara! Jangan berani-beraninya kamu jambak rambut Dara!" kata seseorang dibelakangku. Aku menoleh "Kak Vidi?????" batinku kaget.
"Emang kau siapa? Temennya Dara? Atau anaknya Tuanku Imam Bonjol biar jadi pahlawan?" kata Aryo.
"Pokoknya kamu jangan macem-macem sama Dara!! Kalo ngga........." tanpa meneruskan ucapannya Kak Vidi langsung mendorong Aryo hingga tersungkur.
"Sekarang kamu masih mau nakalin Dara lagi?" tanya Kak Vidi pada Aryo, dan Aryo pun menghilang secepat kilat.
"Kamu ngga apa-apa Dar?" tanya Kak Vidi.
"Ngga kenapa-kenapa kok Kak" kataku terpesona.
"Dara????? Kamu yakin ngga pusing setelah dijambak anak tadi?" tanya Kak Vidi dengan mimik bingung.
"Eh ngga ko Kak.."Bell tanda usai istirahat berbunyi.
"Ya udah deh. Dah Dara" kata Kak Vidi pamit.
-flashback off-"Haha jadi kangen deh sama Kak Vidi.. Ngomong-ngomong dia ada dimana ya sekarang?" batinku
Tiba-tiba amplop hijau terjatuh dari dalam komik. Ku buka amplop yang sudah kusam terkena debu itu.
Dara, maafin Kak Vidi ya.. Ngga bisa jadi temen kamu lagi. Kak Vidi juga ngga mau pindah. Jangan takut, udah ngga ada yang berani nakalin kamu lagi ko. Percaya deh sama kaka
Kak Vidi
-flashback on-
"Gimana sama nilai rapot Kaka?" tanyaku
"Baik-baik ajah ko Dar, akhirnya kamu kelas empat juga ya. Hehe" kata Kak Vidi.
"Iya dong hehe" kataku
"Dara, Kak Vidi mau kasih ini kekamu, Kak Vidi udah ngga bakal bisa jadi temen kamu lagi Dar, Kaka harus pindah sekolah, soalnya kerjaannya papa Kaka juga pindah. Maafin Kaka ya Dara.." kata Kak Vidi menyerahkan amplop berwarna hijau kemudian pamit pulang.
"Kak Vidiii....." teriak ku, kak Vidi menoleh.
"Kenapa?" tanya Kak Vidi.
"Kaka jangan tinggalin aku.. Nanti aku main sama siapa? Nanti kalo Aryo sama temen-temennya nakal gimana? Nanti kalo ada yang jahat sama aku, aku harus apa? Nanti kalo aku istirahat aku main sama siapa? Aku ngga punya temen selain Kaka.. Aku takut kalo ngga ada Kaka.. Kaka jangan pergi tolong!!" kata ku menangis.
"Ngga bisa Dar, kakak nanti tinggal sama siapa kalo ngga ikut papa mama Kaka?" kata Kak Vidi. "Tenang, kita pasti ketemu lagi kok" kata Kak Vidi lagi.
-flashback off-
KAMU SEDANG MEMBACA
secret admirer
De Todo"mati satu tumbuh seribu" itulah yang aku rasa... setelah putus dari nya, ntah mengapa pahlawan itu datang. malaikat tanpa sayap yang siap sedia menjadi obat saat aku sakit, menjadi garam dalam makanan, menjadi gula dalam minuman, menjadi jembatan d...