RIP

468 25 0
                                    

"Oke kalo gitu, aku... Harus pergi" kataku meninggalkan orang asing tadi.

Aku berlalu, sesekali menoleh kearah orang asing tadi, dan yang aku dapat orang asing tadi masih melihatku dengan bingung.

Aku rasa kita sama-sama bingung.
"Ntahlah" batinku menarik nafas dalam-dalam.

"Eh Dara? Kamu ngapain ke caffe?" tanya seseorang yang tak lain adalah Papa.
"Eh Pa, aku tadi abis kerja kelompok sama temen-temen" kataku berdusta.
"Oh, ya sudah kalau sudah selesai kamu pulang ya.." kata Papa.
"Oke pah, ini juga aku udah mau pulang" kataku menyalami papah.
"Hati-hati Dara" kata Papa. "Eh Dar, inget ya ngga boleh menangisi sesuatu yang pergi" kata Papa lagi. Aku bingung sama ucapan Papa, atau Papa tau aku putus sama Reza?

Keberadaan Papa sudah tidak terlihat lagi. Aku berdiri dihalte menunggu angkutan umum.
Tiba-tiba..
Drrrttttt....

Secret admirer : "kamu masih di caffe?"

"Ada apa nih? Kenapa dia tiba-tiba balas line dari aku?" batinku.
Aku melirik ke arlogiku "jam setengah tiga?" batinku lagi.

Secret admirer : "besok kamu bisa berjumpa dengan ku"

"Masa bodo!!" batinku.
Tampak dari kejauhan angkutan umum menepi kearah ku.
"Ditungguinnya lama, eh pas dateng udah penuh gini! Huffttt" batinku.

~~~~~~~~~~~~~~~

Aku sampai dirumah pukul 16:00 terjebak dikepadatan kota jakarta.
Ku lihat mama sedang memasak, lalu Kak Upi sedang membaca novel dimeja makan dan Tere sedang bermain bersama marmut kesayangannya.
"Ngga boleh menangisi sesuatu yang pergi" terbayang ucapan papa tadi sebelum aku berpamitan.

"Hey Dara! Apa kamu masih tetep mau berdiri disana?" tanya Mama dibarengi dengan sorotan mata Kak Upi dan Tere.
"Hay Mam" kataku menyapa Mama, kemudian duduk disofa ruang tengah.
Kak Upi menghampiriku dan ikut duduk disampingku.
"Eh ka, aku mau tanya deh" kataku berbisik.
"Apa?" tanya Kak Upi.
"Papa tau kalo aku putus sama Reza?" tanyaku pelan.
"Ngga deh kayaknya" kata Kak Upi yang masih fokus pada novelnya.
"Terus? Apa maksud Papa ngomong kayak tadi ya??" kataku pelan
"Ngomong apa?" tanya Kak Upi yang kini menatap ku serius.
"Eh? Ngga kok kak" kataku.
"Bilang apa?!" tanya Kak Upi setengah menyentak.
"Iya, tadi pas aku pamit pulang, Papa bilang 'ngga boleh menangisi sesuatu yang pergi' sesungguhnya aku ngga tau maksud Papa bilang gitu itu apa? Dan untuk siapa Papa bilang gitu" kataku.
"Kok Papa bijak ya? Hah" kata Kak Upi yang kembali fokus pada novelnya.
Hening...
  Tentram...

Tiba-tiba suara Mama memecahkan keheningan tadi.

"APPAAAAAA?????????? oke terimakasih ibu, saya segera kesana"  kata Mama dengan nada panik bercampur takut dan sedih.
Ada apa dengan Mama? Semua mata kini tertuju pada Mama yang masih memegang gagang telpon disertai dengan tangisan.
"Mama ada apa sih?" batinku panik.
Satu persatu dari kami mendekati Mama.
Tere..
  Kak Upi..
    Aku..
Mama menangis semakin derasnya membuat semua panik.

"Mama kenapa?" tanya Kak Upi.
"Iya Mah, mama jangan nangis sendiri.. Bilang kita!! Mama kenapa??" kataku ikut menangis.

"Upi, Dara, Tere-- hiks.. Maafin mama yaaa-- hiks..." kata Mama tak mampu menahan air mata.
"Iya, kita maafin.. Tapi kenapa Mah??" kata Kak Upi cemas.
"Papa Kak.. Papa mening----gal hiks..." kata Mama menangis tersedu-sedu.
"APA??? ngga mungkin mah!! Tadi aku masih ketemu Papa di depan Caffe!!" kataku tak percaya.
"Iya Ma, Papa kan ngga kenapa-kenapa!!!" kata Tere menangis aku memeluk Tere dengan erat.
"Iya, tadi Mama dapet telpon dari pihak kantor Papa" kata Mama berusaha tenang "Papa kena serangan jantung ngedadak" kata Mama lagi dengan suara gemetar.
"Tapi Mah!!! Papa kan sehat-sehat ajah!!!" kataku menangis sambil mengeratkan pelukkan ke Tere.
"Iya Papa sehat, tapu emang Papa punya sakit jantung, dan akhir-akhir ini banyak banget masalah dikantor Papa" kata Mama memeluk aki dan Tere sambil menangis. Aku melihat kearah Kak Upi yang terduduk lemah dilantai, menangis tak terima dan berusaha mengatur emosi.
"Ya sudah sekarang kita kerumah sakit" kata Mama tenang.

Setelah sampai di Rumah Sakit, kami langsung bertemu dengan teman kantor Papa yang menyalami Mama dan mengucapkan bela sungkawa.
Tiba-tiba seorang om-om membawa aku, Kak Upi dan Tere ke sebuah kasur dan seseorang yang tertutup kain kafan dan tergeletak kaku. Hanya telapak kaki dan name tag yang tergantung dijempol kaki seseorang itu. Aku membaca nya dan name tag itu berisi nama Papa. Saat itu juga air mataku tumpah tak terkendali.

Aku masih belum percaya jiika pertemuan singkatku dengan Papa di depan caffe tadi adalah pertemuan terakhir kami.
Mama menyusul ku lalu berhambur kepelukkan Papa. Aku yakin kita punya satu perasaan yang sama, belum percaya bahwa seseorang yang terbujur kaku ini adalah Papa. Mama melepas pelukkan nya ke Papah dan memeluk kami bertiga.
"Kita harus ikhlas sayang!! Ngga mau liat Papa disana kesepian dan menangis kan??" tanya Mama yang menangis seperti orang kesetanan. Kami hanya mengangguk, antara percaya atau tidak. Mendadak semua gelap----

Gelap berubah menjadi sangat terang hingga menyilaukan mataku.
"Dar?? Kamu udah sadar??" kata seseorang yaitu Laily.
"Aku???????? Aku mimpikan Lai??" kataku.
"Dara,, kamu ngga perlu lari dari sesuatu yang menyakitkan.." kata Naura.
"Jadi-- ini nyata??? Terus kemana Papa???" kataku teriak.
"Jam sepuluh pagi nanti Papa dikebumikan" kata Laily. Aku masih shock, menangis, menjambak rambutku dengan frustasi.
"Disana Papa lebih aman ko Dar" kata Priza. Aku memeluk mereka bertiga.

Waktu pemakaman pun tiba, tak dapat dibendung, air mata jatuh dengan deras. Kak Upi masih terdiam kaku meratapi kenyataan yang ada. Mama tak dapat mengendalikan emosi hingga pingsan, tinggal aku dan Tere yang berdiam melihat sosok Papa terkubur.

~~~~~~~~~~~~~

Aku izin tidak masuk sekolah untuk beberapa hari ini,  aku masih butuh berdiam.

Aku keluar dari kamar lalu mendengar Ka Upi sedang ada dikamar Mama.
"Ma, mau aku belikan apa? Mama mau makan apa?" tanya Kak Upi.
Aku melihat Mama yang masih berdiam dikasur sambil memeluk foto pernikahan mereka, Tere tertidur pulas disebelah Mama.
"Ma??" kataku memasuki kamar mama. Mama dan Kak Upi tersenyum.
"Ayo Kak, aku juga mau keluar ada yang perlu aku beli" kataku.
"Mama makan apa?" tanyaku kepada Mama.
"Apa ajah deh, Mama ngga mood" kata Mama.
"Tapi makan ya!!!!" kata Kak Upi, Mama tersenyum.
Aku mendekati Mama dan duduk disamping Mama.
"Ma, sebelum Papa ninggalin kita semua, papa sempet bilang ke aku awalnya aku ngga ngerti kenapa Papa bilang gitu, dia bilang 'jangan menangisi sesuatu yang sudah pergi' dan ternyata itu adalah pesan terakhir Papa, Mama udah jangan nangis lagi... Kasihan sama Tere yang ngeliat Mama dengan kondiai seperti ini.. Kita bakal jalanin hidup bareng-bareng Mah!" kataku.
"Iya Ma, Papa bukan ninggalin kita Ma, tapi-- papa abadi bersama kita" kata Kak Upi tersenyum.
"Karna sesungguhnya kematian adalah kesembuhan total" kata Tere sambil mengubah posisi nya dari tidur hingga duduk sejajar dengan Mama. Kita semua kaget dan tersenyum bersama.

secret admirerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang